I Hate Loving You Chapter 3

Title: I Hate Loving You





Author: Yessyka WIdy
Requested by: SucciAssri Hyera Orchyd Wullanddarri

Casts:
-          Choi Sanghee
-          Jung Yunho
-          Lee Kiseop
-          Kim Jaejoong

------------------------------------------------------------


 “Review of Chapter 2*
“Yunho-ssi, kenapa kau mengajakku berlari? Bukankah beliau ayahmu?” Tanya Sanghee terengah-engah mengikuti langkah Yunho yang lebih panjang darinya.
“Sudahlah, kita harus menghindarinya.” Jawab Yunho sekenanya, ia terus berlari tak tentu arah, kalau sampai ayahnya menangkapnya, hukuman pun akan semakin berat ia terima.
Entah apa yang membuat Sanghee terus berlari dengannya tanpa protes ia mengikutinya, sebuah senyuman terlukis di wajahnya.
Baru kali ini ia merasa jantungnya semakin terpacu kencang, aliran darahnya pun terasa memanas. Langkah larinya pun semakin kencang tanpa merasa lelah, dan meski salju tengah turun perlahan, menciptakan cuaca yang begitu dingin, ia merasa tangan kanannya semakin menghangat, terasa nyaman dalam genggaman tangan pria itu.
“End of Review*
Chapter 3
Yunho menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah gang kecil menuju rumah Sanghee.
“Pulanglah.” Katanya dingin, perlahan melepaskan genggaman tangannya dari Sanghee.
Sanghee hanya terdiam, tangan yang awalnya terasa hangat perlahan kini mulai terasa membeku dingin lagi. Dan ia tersadar genggaman tangan itu telah terlepas.
“Yunho-ssi..” panggil Sanghee ragu, suaranya terasa tertelan, dan Yunho membalikkan badannya menghadap Sanghee, “Yunho-ssi, maafkan aku..”
Yunho terdiam, tanpa berkata apapun ia berjalan menjauhi Sanghee. Sanghee menghela napas panjang. Ia tahu meminta maaf atas perbuatannya bukanlah hal yang mudah. Ia harus melakukan sesuatu, ia harus meluruskan semua permasalahan ini.
“Mianhada..” gumamnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yunho tertunduk lesu, sudah hampir setengah ayahnya menceramahinya. Tak ada gunanya ia menjawab ataupun membela diri, karena pada akhirnya semuanya akan sia-sia saja.
Dan Yunho sedikitpun tak merasa bersalah kepada ayahnya, ia juga tak berniat untuk meminta maaf, ini bukan salahnya, ia pikir.
“Kemasi barang-barangmu. Kau akan kukirim ke Gwangju!” tegas ayah Yunho, beliau sudah tak mampu menolerir perbuatan anaknya lagi.
“Tapi appa..”
“Tak ada tapi-tapian. Kau harus pergi ke Gwangju. Lakukan apa yang diminta nenekmu, dan renungkan semua permasalahan yang telah kau perbuat.”
“Appa.. kuliahku..”
“CEPAT!”
Yunho mendengus, baru kali ini ayahnya begitu marah padanya, ia tak pernah diusir dari rumah secara halus sebelumnya.
Yunho terduduk letih di ranjang kamarnya, ia baru saja selesai mengemasi bebrapa pakaiannya, bisa diduga bahwa ia akan disana untuk beberapa bulan ke depan.
‘Tidakkah ini berlebihan?’ gumamnya.
Tapi ia tak bisa melakukan apapun selain menuruti perintah ayahnya, ayah yang selalu mendidiknya secara otoriter, yang telah kehilangan sifat lembutnya kepada siapapun.
Yunho membuka ponselnya, jari-jarinya menyentuh layar itu. Ia mengirimkan sebuah pesan singkat kepada keempat sahabatnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keempat sahabatnya mengantar keberangkatan Yunho di bandara, mereka akan merasa sangat kehilangan. Terlebih lagi 2 minggu lagi mereka akan tampil di sebuah acara kampus.
“Kalian lakukan saja meski tanpa aku.” Tutur Yunho menebar senyumnya, meski di hatinya ia merasa belum sepenuhnya rela melepaskan kesempatan emasnya tampil di sebuah panggung bersama dengan keempat sahabatnya itu.
“Yah, bisakah kalian tak memasang wajah kecut itu?” protesnya, membuat suasana semenyenangkan mungkin.
“Hyung, kami akan merindukanmu.”
“Kau harus sering-sering menelpon kami.” Kata Jaejoong.
“Arrasseo.” Jawab Yunho tersenyum seraya menepuk bahu Jaejoong.
“Aku benci perpisahan.” Gumam Junsu mendesah.
“Ini bukan perpisahan, Junsu. Anggap saja aku sedang berlibur. Tak akan lama lagi kita akan bertemu lagi. Dan saat kalian sedang libur semester, bukankah kalian bisa datang ke Gwangju?!” Tantang Yunho merangkul Junsu.
“Semua ini gara-gara gadis bernama Sanghee itu.” Gertak Changmin.
“Anni, tak ada hubungannya dengan Sanghee.”
“Kalau kau mendengarkan kata-kataku, dan tak menanggapi ucapan gadis itu, tak akan seperti ini kejadiannya.” Sambung Yoochun.
“Hanya saja ucapan anak itu membuatku merasa tertantang.”
“Tertantang mendapatkan hukuman berlibur di Gwangju huh?” sindir Jaejoong menyilangkan tangannya di dada.
“Ya, bisa kau katakan seperti itu, Joongie~” gelak Yunho memeluk Jaejoong dengan erat tampak mereka memang pasangan gay.
“Aish..” umpat yang lainnya tercengang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Tak bisakah kalian tak membicarakan itu lagi? Aku sudah muak mendengarnya.” Bentak Sanghee marah.
“Yaaa!! Bukankah kau yang mengatakannya pertama kali?” tuding seorang mahasiswa memprotes.
“Tapi.. yah! Itu tak benar! Uhm, maksudku yang kuucapkan saat itu tak benar!” suara Sanghee tampak seperti sebuah bisikan.
Sudah cukup ia terus diliputi perasaan bersalah, ia bukan orang yang tamak, ia bukan orang yang jahat.
“Sanghee-ah, ayo kita pulang.” pinta Kiseop menarik tangan Sanghee karena ia tak ingin Sanghee menerima cercaan itu berlarut-larut, ia tahu Sanghee sebenarnya rapuh, ia selalu merasa bersalah, dan ia bahkan tak memikirkan dirinya sendiri untuk meluruskan permasalahannya, dihina ataupun dikucilkan.
“Bukankah sudah kubilang kau jangan melakukannya sendiri, aku akan membantumu menghadap Tuan Jung.”
“Oppa, aku merasa tak berguna.”
“Siapa yang mengatakan hal itu huh?” Tanya Kiseop geram, memegang kedua bahu Sanghee dan menatapnya dalam-dalam, “apa gadis itu yang mengatakannya?”
 “Tak ada yang mengatakan hal itu.” Sanghee tertunduk diam, “Yunho-ssi tak mengatakan apapun saat aku meminta maaf padanya, aku yakin dia sangat membenciku, oppa.” Isak Sanghee.
“Yah, jangan menangis.” Tutur Kiseop meraih tubuh Sanghee ke dalam pelukannya, ia tak bisa tinggal diam, bagaimanapun juga ia harus melindunginya.
“Aku akan membuatnya memaafkanmu.”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Halmoni benar-benar membuatku gila. ARGH!” oceh Yunho menarik rambutnya frustasi. Sudah 1 pekan ia menjadi seperti seorang kuli angkat di rumah neneknya sendiri, padahal banyak pekerja disana. Tapi ia yakin jika ia tak mengikuti apa yang diperintahkan neneknya, ia akan segera berhadapan dengan ayahnya.
Ia angkat sebuah karung berisi bahan makanan ke dalam gudang penyimpanan. Badannya sudah terasa sakit semua, ia memang suka berolahraga, tapi semacam ini, ‘Ini tak akan menyehatkan tubuhku, tapi sama saja membunuhku secara perlahan. Lebih baik aku mengikuti wajib militer daripada seperti ini.’ Batinnya.
“Ya, Yunho-ah, bisakah kau mengambil beras untuk tetangga kita?” pinta neneknya.
“Tapi halmo..”
“Kau tahu bukan tetangga kita sudah tua, kasihan dia..” potong neneknya.
“Aish, baiklah.” Dengus Yunho, tulang-tulang badannya sudah terasa terlepas semua. Ia butuh istirahat, ia tak terbiasa melakukan semua ini setiap hari, bahkan di rumah ia tak pernah melakukan hal berat terkecuali mengangkat barble ataupun olahraga lainnya, tidak untuk menjadi seorang kuli angkat seperti ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Suasana universitas tempat Sanghee benar-benar tampak lengang, semuanya berjalan seperti biasanya, tak ada yang mencolok, semuanya seperti keadaan sebelum berita ‘gay’ itu beredar, tampak tenang. Tampaknya fitnah yang beredar itu sudah menyurut.
Dan sudah 2 minggu Sanghee tak pernah bertemu dengan Yunho, sedikit perasaan rindu terbesit di hatinya. Ia tak terbiasa tak melihat Yunho seharipun, seolah seperti seorang pemabuk yang kecanduan segelas bir. Pada kenyataannya ia tak mengetahui bahwa Yunho mengambil cuti kuliah dan berada di Gwangju sekarang.
Besar keingintahuannya pada Yunho, Sanghee sangat ingin bertanya pada teman-teman Yunho, tapi perasaan bersalah dan sedikit perasaan malu yang membuatnya mengurungkan niatnya untuk bertanya pada mereka.
“Permisi, Tuan. Bolehkah saya bertemu dengan Tuan Jung?” ijin Sanghee pada salah satu staff di kantor pemilik Unversitasnya.
“Apa kau sudah membuat janji dengannya?”
“Belum, saya hanya ingin menjelaskan sesuatu padanya. Kumohon..”
“Mianhada, tapi Tuan Jung tidak sedang disini sekarang, beliau sedang berada di luar kota, mungkin 3 hari ia akan kembali ke Seoul.” Terang staff tersebut seraya membenarkan letak kacamata yang menggantung di lehernya.
“Oh, baiklah. Kamsahamnida Tuan.” Kata Sanghee membungkuk dan melangkah lesu meninggalkan ruangan itu. Ia sangat ingin meluruskan permasalahan yang ia buat itu, mengingat ia mendengar isu bahwa semua dosen dan pemilik saham di universitas tersebut menganggap remehnya karena kasus Yunho menjadi seorang gay.
Sanghee berjalan gontai menysusuri koridor gedung universitasnya. Satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan saat ini adalah menemui teman-teman Yunho. Tapi bagaimana mungkin? Salah satu teman Yunho adalah Jaejoong, orang yang semua orang anggap sebagai pasangan gay Yunho.
Ia benar-benar kacau dan kalut.
“Sanghee-ssi. Itukah kau?” terdengar suara seorang pria dari belakangnya, “Choi Sanghee?” ulangnya. Perlahan Sanghee membalikkan badannya, tepat seorang pria bernama Kim Jaejoong berdiri di depannya.
“Uhm, sunbaenim, ada apa?” Tanya Sanghee gemetar.
“Bisakah kita bicara sebentar?” pinta Jaejoong.
“Oh, ne~”
Raut muka Sanghee memucat, ia tak tahu harus mengatakan apa saat itu. Namun yang jelas nyatanya ia mengikuti apa yang diinginkan Jaejoong.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
      “Oppa, aku akan pergi ke Gwangju. “ pamit Sanghee pada Kiseop. Ia berencana untuk menemui Yunho disana setelah mendengar apa yang di ceritakan Jaejoong tentang apa yang terjadi pada Yunho.
“Apa? Kau kesana sendiri?” Tanya Kiseop terbelalak.
“Tidak, oppa. Aku bersama Jaejoong-ssi, Yoochun-ssi, Junsu-ssi dan Changmin-ssi.” Terang Sanghee berusaha tak membuatnya cemas.
“Aku akan ikut bersamamu.” Putus Kiseop, bagaimana bisa ia menegakan Sanghee menghadapi Yunho yang terkenal angkuh dan keras kepala itu seorang diri.
“Tak perlu, aku bisa sendiri, oppa.”
“Pikirkan Sanghee, mana mungkin orang tuamu membiarkanmu pergi ke Gwangju dengan orang-orang yang baru saja kau kenal? Kalau aku ikut denganmu, aku akan meyakinkan mereka.” Jelas Kiseop membuat alibi.
“Oh, baiklah.” Jawab Sanghee merasa apa yang dikatakan Kiseop memang benar.
‘Aku akan mengucapkannya secepatnya. Apapun jawabanmu.’ Batin Kiseop menatap Sanghee yang mulai memasuki pintu gerbang rumahnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sanghee, Kiseop dan keempat sahabat Yunho sedang check in di bandara internasional Seoul, dimana mereka akan menuju Gwangju untuk berkunjung di rumah nenek Yunho.
Sesampainya disana mereka menaiki bus menuju kampong halaman Yunho, suasana asri tampak membentang luas sejauh mata mereka memandang. Dan bukan sebuah kesenangan terhadap ciptaan Tuhan tersebut, Sanghee mendesah, sebentar lagi ia akan bertemu dengan Yunho dan orangtua Yunho. Tapi bagaimanapun juga, berani ataupun tidak ia harus menghadapi semua ini. Namun tak hanya itu yang ada di pikirannya sekarang.
*Flashback*
Sebelum mereka berangkat ke bandara, Kiseop menjemput Sanghee, dan pada saat mereka berada di depan rumah Sanghee, Kiseop meminta waktu sejenak untuk mengatakan sesuatu padanya.
“Oppa, apa yang ingin kau katakan? Apa ada suatu masalah dengan rencanaku ke Gwangju?” Tanya Sanghee bingung.
“Tidak, hanya saja…” Kiseop terdiam, ‘Bahkan Yunho sudah mengisi pikiranmu.’ Batin Yunho.
“Sanghee….” Kata Kiseop memegang tangan Sanghee, sehingga membuat Sanghee merasa salah tingkah.
“Mungkin ini terdengar sangat mendadak bagimu, tapi ini terlalu lama untukmu memendam semua ini. Sanghee, aku tahu kau tak pernah melihatku sebagai seorang laki-laki, sebagai lawan jenismu, kau selalu menganggapku seperti kakakmu sendiri, dan kita sudah saling mengenal sejak kecil, kau tahu seperti apa aku, dan begitu pula denganku, aku tahu semuanya tentangmu. Tapi mungkin satu hal yang tidak kau tahu tentangku… bahwa sebenarnya aku…”
“Apa oppa?”
“Sanghee, aku selalu merasa kau tak pernah menyadari keberadaanku, meski kau berada di sampingku, tapi aku merasa pikiranmu tak berada denganmu. Sanghee-ah, aku menyukaimu, bukan rasa suka dalam hubungan adik dan kakak, tapi dalam hubungan pria wanita, aku mengerti maksudku bukan?”
Seperti sebuah kilat menyambar dengan cepat dan tepat di atas Sanghee, yang membuatnya hilang kesadaran dalam pikirannya.
Jika ia bisa berpura-pura tak mengerti apa yang dimaksud Kiseop, tapi terlambat, bahkan ia mampu mengerti kata-kata itu di dalam alam tak sadarnya.
*End of Flashback*
Sanghee menghela napas panjang, dan kini pria yang beberapa jam lalu mengungkapkan perasaannya padanya  tengah berjalan di sampingnya, perasaan bersalah dan canggung menyelimuti Sanghee. Tak bisakah ia hidup dengan tenang? tanpa beban?
‘Mianhada oppa, aku belum bisa menjawabnya sekarang. Aku harus menyelesaikan masalah ini terlebih dulu.’ Itulah kata-kata yang Sanghee ucapkan saat itu pada Kiseop.
Sejujurnya Kiseop mengetahui jawaban apa yang akan ia dapat, dan ia tahu Sanghee sedang dalam keadaan dilemma dan bimbang dengan perasaannya sendiri.
Aku tak  menyangka akan terasa sesulit ini.’ Batin Kiseop
Dari kejauhan tampak seorang pria bertubuh tegap dan maskulin itu tengah memanggul sekeranjang buah jeruk dengan lelahnya, dan pemandangan itu sangat membuat hati Sanghee sakit.
Namun raut muka yang letih itu mengendur dan berubah menjadi riang saat Yunho, pria itu, melihat sekelompok sahabatnya datang berkunjung.
“YAAA!!” teriaknya seketika menaruh keranjang itu sembarangan dan berlari menghampiri sahabat-sahabatnya.
Ia berikan pelukan pria pada masing-masing sahabatnya, ya, ia sangat merindukan keempat temannya itu, sudah hampir satu bulan mereka tak saling bertemu. Dan yang pasti Yunho sekarang bukanlah Yunho yang dulu, yang begitu angkuh, keras kepala dan serakah. Ia sangat berbeda dengan dulu.
“Akhirnya, kalian datang kemari..” celoteh Yunho memamerkan deretan giginya dengan lebar dan menyandarkan dagunya di bahu Jaejoong dari belakang.
“Kita merindukanmu, hyung.” Kata Junsu melengking, menampilkan aegyo-nya.
“Hyung, Sanghee-ssi dan Kiseop-ssi juga datang dengan kami.” Ungkap Yoochun melangkah ke samping, memperjelas pandangan pada 2 manusia yang mungkin tidak ingin ditemuinya sekarang ini.
Senyuman lebar yang tampak memancar dari bibir Yunho kini mulai meredup seketika melihat Sanghee dan Kiseop.
Di sisi lain, Sanghee pun enggan memperlihatkan wajahnya, sedari tadi ia terus menunduk tak bergeming.
“Sanghee-ssi.. Kiseop-ssi. Selamat datang di rumah kami.” Ucap Yunho getir, membunuh suasana yang begitu canggung di antara mereka semua.
“Annyeonghaseyo~” gumam Sanghee dan Kiseop.
“Baiklah, kenapa kau tak mempersilahkan kami masuk huh?” canda Jaejoong mengalungkan lengannya di bahu Yunho dan menariknya memasuki halaman rumah nenek Yunho.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mereka bercengkrama di gazebo tradisional di belakang rumah, hidangan pun tersaji di meja di hadapan mereka.
Cengkramaan itu terkesan didominasi oleh Yunho dan keempat lainnya, sementara Sanghee dan Kiseop hanya terdiam mendengarkan pembicaraan mereka, entah apa, Sanghee tak paham karena angannya sudah melayang jauh tak tentu arah.
Yunho tampak sangat antusias menceritakan semua penderitaannya di rumah itu. Dan hal itu membuat perasaan bersalah pada Sanghee mencuat kembali. Secara tak langsung, itu semua adalah salahnya.
Jaejoong yang tengah mengupas apel merah dan tanpa yang lain sadari, ia menyuapkannya pada Yunho, dan dengan senang hati Yunho pun memakannya, Sanghee yang melihat adegan itu hanya tersenyum pahit, dan segera berpaling, mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, berharap rasa sakit yang dirasakan dapat menghilang bersamaan napas yang ia hembuskan.
“Sanghee-ah, gwencahana?” Tanya  Kiseop khawatir melihat raut muka Sanghee yang sedari tadi tak berubah, muram.
Apakah karena ungkapan perasaanku?’ pikir Kiseop.
Jaejoong melihatnya dan melemparkan senyum pada Sanghee dengan tenang.
“Gwencahana, oppa.” Jawab Sanghee tersenyum.
“Yunnie~ lihatlah, ini acara Festival Musim Gugur di universitas kita.” Kata Jaejoong seraya mengeluarkan IPhonenya, mereka tengah asyik menonton video itu, dan Changmin, Yoochun, dan Junsu pun sudah terhanyut dengan obrolan mereka sendiri.
“Kalian tak ikut di acara ini?” Tanya Yunho kaget saat menyadari tak ada penampilan dari keempat sahabatnya, “bukankah kalian sudah berlatih?” tanyanya lagi tak sabar.
“Kami memang tak ikut tampil, kalau salah satu dari kita tak ikut, maka yang lain pun tak ikut. Bukan begitu?” papar Jaejoong pada Yunho tersenyum.
“Ye, Jae umma benar.” Seloroh Junsu, dan yang lain pun terkikik.
“Aigo, aku sangat terharu.” Balas Yunho menepuk rambut Jaejoong dengan lembut.
Semakin lama Sanghee semakin tak tahan melihat pemandangan-pemandangan itu. Ia mengajak Kiseop keluar, dan mereka pergi dengan alas an ingin mencari udara segar.. tengah malam…
“Oppa, mengenai ucapanmu tadi pagi.. aku… aku menerimamu, aku bersedia menjadi kekasihmu.”  Terang Sanghee, ia pun tak tahu apakah yang ia lakukan ini baik atau tidak.
Meski perasaan cintanya belum muncul pada Kiseop, namun ia ingin mencobanya, bukankah kau akan merasa bahagia jika kau selalu dibuat bahagia oleh orang yang mencintaimu?
Dan dengan begitulah, ia juga ingin melupakan perasaannya pada Yunho. Sia-sia jika ia menyukai orang yang tak menyukainya, jangankan menyukainya, bahkan Yunho bukanlah orang yang menyukai jenisnya. Yunho menyukai Jaejoong.
“Sanghee.. kau..” pungkas Kiseop semakin bingung dengan ulah Sanghee.
“Kau mengerti rencana kita bukan? Ini demi kebaikanmu dan kebaikan semuanya.” Sanghee masih sangat ingat apa yang ia bicarakan dengan Jaejoong di Seoul. Dan ia sekarang bersedia akan melakukan itu, untuk kebaikannya dan kebaikan semuanya, terutama kebaikan Yunho.
“Oppa, aku akan mencintaimu. Seiring berjalannya waktu, aku dapat mencintaimu, beri aku kepercayaan.” Kata Sanghee berjalan mendekati Kiseop dan memeluknya, membenamkan kepalanya di bahu Kiseop.
“Ne~” pikiran Kiseop pun melayang, jauh di lubuk hatinya ia sangat suka dengan usaha Sanghee, namun dia bukanlah orang yang tamak yang memaksakan kehendaknya. Ia tahu Sanghee sedang dalam keadaan gundah.
“Aku akan membuatmu bahagia.” sambung Kiseop mengelus rambut Sanghee, ‘Meski aku harus rela melepasmu dan melukai diriku sendiri.’ Lanjutnya dalam hati.

-To Be Continued-
March 15th, 2012
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Annyeong, mianhae nge-gaje lg dah ini chapter.. >
Semoga chingudeul suka yah.. mohon RCLnya.. ^^
Dan aku jg gak tau ini FF akan berakhir di chapter berapa, rencananya ending di chap 4 (it means next chapter) tp gak tau dah,, author jg bingung nyusun plotnya.. #plak ^^V
Mohon dukungannya yah.. tanpa kalian yg slalu ngasih support aku, aku jg bkn siapa2.. ^^

{ 0 comments... Skip ke Kotak Komentar }

Tambahkan Komentar Anda

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri