HARMONY OF FRESH FRUITS :: PEACH, GAMSAHAMNIDA

ANNYEONG HASEYO YEOROBUUUUUNNN~!!!
SAYA, AUTHOR GAJE KELAS TERI DATANG MEMBAWA FF KEDUA DIAKUN BARU INI UE KYANG KYANG KYANG UHUUKK..UHUUK.. *KESELEK MONITOR*
YAH SEPERTI BIASA, MOHON MAAP BILA TERJADI KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN LAIN-LAIN NE. KARNA AUTHOR JUGA MANUSIA PUNYA RASA PUNYA HATI. JANGAN SAMAKAN DENGAN PISAU GERGAJI *PLAK~!!*

OH YA, FF INI TERINSPIRASI DARI SEBUAH MANGA. TAPI UDAH SAYA GANTI ALURNYA EMMM... MUNGKIN SEKITAR 85% YANG SAYA GANTI...^^

DAN....
WARNING~!!!
DILARANG KERAS UNTUK MEN-COPAS ATO MEMPERBANYAK FF GAJE INI TANPA SEIJIN AUTHOR! KARNA SEMUA FF GAJE BIKINAN SAYA DIBUAT DENGAN PENUH PENGORBANAN DAN WAKTU. W.A.K.T.U!!! ARASEO!!!!! JADI JANGAN DI-COPAS NE~! ^,

DAN SEKALI LAGI, DEMI KELANJUTAN FF GAJE DAN KELANGSUNGAN HIDUP SI AUTHOR MOHON RCL SEIKHLASNYA. KALO GA IKHLAS MENDING GA USAH BACA~!!!!

OKE, OKE! CUKUP! DARIPADA BERLAMA-LAMA, ENJOYED

~~~~^___^~~~~


############################################

Author:Recca Xiahki Cassiopeia

TITLE : HARMONY OF FRESH FRUITS :: PEACH, GAMSAHAMNIDA

GENRE : LOVE-ROMANCE-YAOI-GAJE-TYPHO-OTHER

LENGTH : FLASH-ONESHOOT

AUTHOR : RECCA a.k.a KIM HYERIN

CAST :  JUNG YUNHO
                KIM JAEJOONG
                …..other cast


~~~^___^~~~

-YUNHO PV-

Buah persik. Bentuk dan warnanya yang menarik serta aroma dan rasanya yang manis dan segar ditambah lagi harganya yang terjangkau bagi semua kalangan menjadikan buah ini sebagai salah satu buah favorit. Tapi bagiku buah persik bagaikan malaikat kematian yg bisa mengakhiri hidupku kapan saja. Dengan melihat bentuknya saja sudah berhasil membuatku mual. Aromanya bisa membuatku sesak napas dan berkeringat dingin serta bersin. Dan bila memakan buah itu aku bisa pingsan, muntah bahkan kejang-kejang.

Menyebalkan memang. Sejak kecil aku alergi pada buah persik, aku hampir kehilangan nyawaku saat eomma menyuapiku dengan sepotong persik. Saat usiaku menginjak satu tahun, aku harus terbaring diruang perawatan intensif dengan masker oksigen yang menutupi mulutku. Sejak saat itulah orangtuaku menjauhkanku dari segala hal yang berhubungan dengan buah persik.

Tapi penderitaanku semakin bertambah saat aku dewasa karna semua orang yang ada disekitarku menyukai buah persik. Sahabatku, keluargaku, rekan kerjaku, bahkan namja itu. Namja cantik yang sangat kucintai, Kim Jaejoong. Jaejoong adalah putra pemilik perkebunan buah persik berkualitas paling baik di korea. Dan besok aku harus pergi kerumah orangtuanya di daerah Chungnam untuk melamar dan kemudian menikahinya. Aku tau nyawaku bisa terancam karna rumah orang tua Jaejoong berada ditengah-tengah hamparan kebun persik. Aku bahkan belum pernah mengatakan pada Jaejoong tentang alergiku, tapi aku janji suatu hari nanti aku akan menceritakannya pada kekasihku itu.

~~~^___^~~~

Malam ini udara terasa sejuk, mungkin karna sudah memasuki musim gugur.
Aku duduk diteras rumahku sambil merenung, berusaha untuk menenangkan kebimbanganku. Disatu sisi aku ingin segera pergi kerumah orangtua Jaejoong untuk sesegera mungkin melamarnya, tapi disisi lain aku takut jika alergiku kambuh dan membuat orangtua Jaejoong menolak lamaranku krna tentu saja mereka mencari seseorang yang bisa meneruskan usaha perkebunan persik keluarga Kim.

“ Yunnie” sapa suara lembut yang tak lain adalah suara malaikatku, Kim Jaejoong membuyarkan lamunanku

“ah nde? Wae Boo?” jawabku sedikit terkejut

“aku tidak bisa tidur Yunnie, aku ingin segera bertemu orangtuaku” ucap Jaejoong sembari duduk dipangkuanku

“bersabarlah Boo, kita akan menemui mereka besok pagi ne”

“ara Yunnie bear~! Saranghae, jeongmal saranghae” ucap Jaejoong manis

“nado Boojae, nado saranghae”


CHU~


Kukecup bibir merah cherry Jaejoong dengan lembut dan semakin kuperdalam ciumanku. Kami pun menghabiskan malam yang dingin dengan penuh cinta.

~~~^___^~~~


-JAEJOONG PV-


“Yunnie, ireona chagi~!” seruku sembari mengguncang tubuh Yunho berusaha untuk membangunkannya yang masih terlelap dengan gaya tidurny yang miring, terlihat sangat seksi apalagi saat ini ia tengah naked.

“eungh…” lenguhnya manis

“Yunnie ireona~! Ppalli~! Hari ini kita akan pergi kerumah orangtuaku ara?” ucapku sambil terus mengguncang tubuhnya

“ne Boo, 5 menit lagi ara…” ucapnya lirih tanpa bergerak sedikitpun dari tempat tidur

“aniya~! Ini sudah hampir siang Yunnie, pancake maple-mu bisa dingin kalau tidak segera dimakan. Sudah susah payah aku membuatnya. Kajja Jung Yunho~! ireona” gerutuku sambil menarik lengan Yunho

“ara, ara Boo~! Aku bangun” jawabnya sembari mengucek mata dan beranjak dari tempat tidur

“Good bear~! Cepat mandi ne, aku tunggu kau dibawah”

“ne Boo~!”


~~~^___^~~~

-YUNHO PV-

Setelah selesai mandi dan sarapan, segera kami berangkat ke Chungnam. Kerumah orangtua Jaejoong. Rasa gugup menghantuiku, rasa takutku akan penyakitku selalu mengganggu. Selama diperjalanan aku hanya diam sambil menyetir

“Yunnie-ah” ucap Jaejoong lirih

“…….”

“Yunnie, gwaenchana?” seru Jaejoong dengan suara agak keras

“nde?! Ah gwaenchana Boo” jawabku

“kurae? Kau terus diam dan melamun Yunnie, ige mwoya?” Tanya Jaejoong dengan wajah cemas

“aniya, aku hanya sedikit gugup” jawabku sekenanya

“jinjja?? Waeyo?”

“aniya, aku gugup karna akan bertemu orangtuamu sebentar lagi”

“oh soal itu, aku juga gugup Yunnie. Tapi kita akan menghadapinya bersama ne” ucap Jaejoong membuatku tenang

“ne Boo, saranghae~!”

“nado Yunnie”

CHU~

Jawab Jaejoong sambil mengecup pipiku.

Perasaanku lebih baik sekarang, akan kulakukan apa saja demi namja cantikku ini. Bahkan aku rela mati dikebun persik.


~~~^___^~~~

Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit, kamipun sampai disebuah rumah yang cukup besar dan dikelilingi kebun buah persik. Bau harum dan manis bunga persik pun tercium oleh indera penciumanku. Napasku tercekat, badanku terasa dingin dan kepalaku sedikit pening.

Oh myJae~! Bagaimana ini? Aku bahkan tak bisa mengeluarkan suaraku!

“Yunnie, gwaenchana?” Tanya Jaejoong.

Aku hanya bisa menganggukan kepalaku pelan

“kau pucat Yunnie, apa kau sakit?” Tanya Jaejoong panik

“a..aaniyaa B..Boo a..aku baik-baik saja, hanya sedikit gugup” ucapku sedikit terbata-bata

“Yunnie, aku cemas sekali ayo cepat kita temui orangtuaku” ajak Jaejoong
 Segera Jaejoong mengajakku keluar dari mobil dan pergi menuju kerumah orangtuanya.
Didepan pintu rumah terlihat seorang yeoja paruh baya yang melambaikan tangan kearah kami.

“eommmaa~!” teriak Jaejoong sambil mengajakku menghampiri yeoja itu

‘‘annyeong h..haseyo omoni” ucapku

“annyeong haseyo. Ternyata benar yang diceritakan Joongie, kau sangat tampan Yunho-ah” ucap mrs.Kim sambil tersenyum.

Sangat cantik. Kurasa wajah cantik Jaejoong diwarisi dari eommanya

“gomawo omoni” jawabku

“eomma, appa eodigayo?” Tanya Jaejoong
“ah, appamu menunggu didalam ayo masuk! Ia sudah menunggu sejak pagi tadi” ajak mrs.Kim.

Dan kamipun segera bergegas menuju ke tempat mr.Kim berada. Diruang keluarga tepatnya, ruang yang cukup besar dan terlihat elegan. Rasa sakitku sedikit hilang didalam rumah ini. Mungkin karna kami duduk didekat perapian dan tentu saja aku duduk disamping Boojae-ku yang selalu membuatku merasa nyaman

“annyeong haseyo abeoji” sapaku pada namja paruh baya yang tak lain adalah mr.Kim

“annyeong haseyo appa! Bogoshipeunde~!” seru Jaejoong sambil memghambur dan memeluk erat namja itu

“ahahaha. Nado Joongie! Appa sangat merindukanmu. Jadi itu namja yang sering kau ceritakan ditelpon ne?” ucap mr.Kim

“ne appa, itu Jung Yunho. Namja yang membuat Joongie bahagia selama ini” jawab Jaejoong

“jadi kau datang kesini untuk melamr Joongie kecilku ini ara?” Tanya mr.Kim

“ne abeoji” jawabku singkat

“apa kau benar-benar menyukai putraku ini tuan Jung?” Tanya mr.Kim

“ne abeoji, saya sangat menyayangi Jaejoong! Saya akan melakukan apa saja seperti yang abeoji inginkan asalkan saya bisa tetap bersama Jaejoong”

“Joongie, apa kau juga mencintai namja ini chagi?” Tanya mr.Kim pada Jaejoong

“tentu saja appa! Joongie sayang sama Yunnie!” jawab Jaejoong mantap

“baguslah kalau begitu. Jika kalian menikah nanti, appa ingin kalian merawat kebun buah persik keluarga Kim yang sudah legendaris ini. Kau mau kan tuan Jung?” Tanya mr.kim

Aigo! Ottokkae? apa yang harus kulakukan?! Aku tidak ingin kehilangan Boojae-ku, aku harus bisa melawan alergi konyol ini!”  gumamku. Aku benar-benar seperti telur diujung tanduk sekarang

“Yunnie, otte??” bisik Jaejoong

“ah, n..ne!” jawabku mantap. Saat ini aku akan mempertaruhkan apapun bahkan nyawaku demi namja yang sangat kucintai itu.

“ah ara~! Aku menerimamu sebagai menantuku anak muda! Ini makanlah! Buah persik keluarga Kim yang sangat terkenal karna kelezatannya! Semua menantu keluarga Kim harus makan buah ini” seru Mr.Kim sembari menyodorkan sepirng penuh potongan buah persik

“matilah kau Jung Yunho! Kau harus makan buah ini atau kau akan kehilangan Boojae-mu itu.pikirkan baik-baik Jung Yunho! Atau kau akan kehilangan hartamu yang berharga!" ucapku dalam hati.

Aku merasa seluruh hidupku tak berarti tanpa Boojae-ku. Karna itu aku rela mati asalkan aku bisa menjadi menantu dari keluarga Kim.


GLEK!

DEG!

DEG!

Keringat dingin mulai keluar dari tubuhku. Jantungku berdetak tak beraturan, tubuhku mati rasa


HAAAAAATTTCCHIIIIIIIIIIIIII~!


HAAAAAATTTCCHIIIIIIIIIIIIII~!

Aku pun mulai bersin-bersin hebat. Kulihat wajah Jaejoong yang terlihat sangat khawatir, tapi apapun yang terjadi aku harus makan buah itu! Demi Jaejoong!Yah! demi Jaejoong!!!


Kuambil garpu yang tergeletak dipinggiran piring. Tanagnku gemetaran saat aku mulai menusukkan garpu kebuah persik dan mendekatkannya kemulutku

“HENTIKAN!”
Teriak mr.Kim membuat seisi rumah berguncang.

“mwo?” pekikku heran sambil menahan sakit karna alergi

“appa, waeyo?” Tanya Jaejoong tak kalah heran dariku

“lihat Joongie, ada sesuatu yang aneh pada calon suamimu itu ne! dia alergi pada buah persik, cepat kau jauhkan buah persik dipiring ini darinya! Dia bisa mati!” perintah mr.Kim

“m..mwo?! mati?! A..ara appa!” ucap Jaejoong.
Dengan segera Jaejoong dan mr.Kim merawatku yang mulai lemah.

“mianhae Boo” ucapku lirih

“Yunnie, kenapa kau tak bilang saja sejak awal?! Semua ini pasti tak akan terjadi kalau kau bilang padaku!” teriak Jaejoong

“mianhae Boo, aku mencintaimu. Aku tidak ingin menyinggung perasaanmu dan keluargamu saranghae Boojae” jawabku

“nado Yunnie hiks..hiks..”

“mianhae Boo, kurasa kita tak bisa bersama. Karna menantu keluarga Kim harus makan buah persik itu. Tapi aku, aku tak bisa makan buah persik itu Boo” ucapku putus asa

“heh! Pabo kau! Kata siapa kau harus makan buah persik itu eoh?!” teriak mr.Kim yang sedari tadi berada disamping Jeajoong

“t..tapi… abeoji tadi..” ucapku bingung

“kulihat kau rela mati demi Joongie kecilku, itu artinya kau benar-benar mencintai Joongie tuan Jung! Karna itu aku tetap merestui hubungan kalian! Ahahahahaha bodoh sekali kau ini!” serum r.Kim seenaknya

“yah! Appa! Yunho hampar sekarat karna buah persik appa! Appa paboooooooooo!!!” teriak Jaejoong tidak terima

“sudahlah Boo~ yang penting kita bisa bersama lagi sekarang, aku baik-baik saja”

“yah! Kau juga pabo!! Apanya yang baik-baik saja eoh!! Kau hampir mati Yunniiiiiieee~!" teriak Jaejoong sembari mencubit lenganku

“mianhae Boo, saranghae!”

CHUUUUUU~~!!!!!


Kuhisap bibir cherry itu tanpa ampun. Kulihat mr.Kim sampai terngangga dibuatnya karna aku mencium bibir putra kesayangannya tepat didepan matanya

“yah! Jangan berciuman didepanku!!! Cepat pergi dari siniiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!!” teriak mr.Kim histeris sambil melempar beberapa Koran kearahku namun tak kami hiraukan bahkan semakin kuperdalam ciuman kami yang mungkin terlihat err.. hot

“nadooo.. Yunnie~”


CHUUU~

Bisik Jaejoong sembari membalas ciumanku

Mungkin tak ada salahnya jika aku berterima kasih pada buah persik, buah yang kuanggap sebagai malaikat maut ini yang berhasil membuatku mendapatkan malaikat cantikku.


Peach…


Gamsahamnida….



“YAH!! SUDAH CUKUP!!! HENTIKAAAAAAAAAAAAANNNN!!!!” teriak mr.Kim membahana



~~~~END~~~~

#####################################

HUWAAAAAAAAAAA~~~!!! OTTE??!! GAJE KAN...T__T

APAPUN YANG TERJADI, MOHON RCL NE~! ^^

KEEP RCL AND DON'T BE SILENT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

GAMSAHAMNIDA~! ^O^/

My Sexy Boo Chapter 7


Title : My Sexy Boo

Author : Nna Cassiopeia Yunjaeyoosumin

Pairing : Yunjae

Genre : GS (Gender Switched), Romance

Leght : 7 of 8

Rating : PG 19

Cast :

- Kim Jae Joong as yeoja(24)
- Jung Yunho as namja ( 26)
- Kim JunSu as yeoja (24)
- Park Yoochun as namja (26)
- Shim Changmin as namja (20)

Other Cast :

-          Cha Sun Woo (Baro B1A4)
-          Jessica
-          Tiffany
-          Sunny

Hai saya balik lagi^^.. mian ya kalau sering telat rilisnya *?*,, #ditimpuk readers.. Bwt next itu last chap.. jeongmal gomawoyo my readers n yg udah mw singgah ke note ini^^
Ya udah langsung aja ya-


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chap 7

Hari demi hari terlewati keadaan Jaejoong mulai kembali normal namun rasa sedih, bersalah dan rindu masih tetap ada dalam dirinya tapi dengan bantuan Junsu dan Yoochun mereka bersama mengatasi serta mengontrol emosi Jaejoong yang terkadang di luar batas. Seiring berjalannya waktu keadaan kembali membaik Jaejoong sudah lebih ceria dari sebelumnya.  Ia tampak segar, senyumnya tak pernah pudar, kecantikannya begitu terpancar membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona. Air mata yang beberapa hari lalu mengalir kini sudah tiada lagi. Walaupun masih pagi, ia sudah bersemangat. “Apa mungkin Yunnie akan kembali ?”ucapnya sendiri. Ia tersenyum sendiri sembari melihat foto kekasihnya yang tampan di setiap ruang.

“Ternyata dia narsis sekali setiap ruangan ia pajang fotonya. ckckck” Jaejoong berdecak. Ia duduk di sofa empuk itu mengambil remote yang berada di sampingnya dan menghidupkan tv lalu menonton acara kesukaannya Hello Kitty. Ketika ia sedang menonton tv. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.

Tok Tok Tok

Jaejoong pun beranjak mendekati pintu dan membukakan pintu.

Kleek
Betapa terkejutnya Jaejoong melihat namja yang berdiri di depannya.

“Changmin. Ada apa kau ke sini ?”Jaejoong memasang mimik wajah yang datar dan perkataan yang dingin. Ia tak ingin hubungannya kembali rusak gara-gara Shim Changmin. Changmin terkejut dengan sikap Jaejoong sekarang. Ia tak pernah melihat Jaejoong seperti ini.

“aku ingin mengatakan sesuatu yang penting noona. Bolehkah kita berbicara di dalam saja ?”ucap Changmin. Banyak tetangga yang berjalan melewati mereka membuat Changmin tidak nyaman berbicara karena mungkin akan terdengar oleh orang.

Jaejoong berpikir sejenak lalu mengizinkan Changmin masuk ke dalam apartemen. Mimik wajah Jaejoong belum berubah ia masih berpura-pura dingin.

“Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku akan pergi ke Paris,noona. Mian, jika selama ini aku sudah membuat hidup noona banyak masalah. Aku sudah menyadari bahwa selama ini aku salah. Aku terlalu terobsesi dengan noona tapi percayalah aku mencintai noona dengan tulus walaupun dengan cara yang sa-”perkataan Changmin terpotong karena mendengar penuturan Jaejoong yang lembut walaupun isinya sangat menyakitkan baginya.

“Mian, minnie. Noona sudah mencintai orang lain. Noona yakin minnie akan mendapatkan kekasih yang minnie impikan tapi itu bukan noona. Suatu saat minnie pasti bertemu dengannya”ucap Jaejoong yang sudah tak lagi memasang mimik wajah yang datar maupun perkataan yang dingin karena hatinya terlalu baik untuk memperlakukan Changmin seperti itu.

“aku mengerti noona. Kalau noona akan menikah beritahu aku ya noona. Minnie ingin melihat noona memakai baju pengantin wanita pasti cantik sekali.hehehe”

Blush

Mendengar perkataan Changmin, pipi Jaejoong mulai memerah karena malu tetapi membuat ia makin cantik saja. Changmin dan Jaejoong pun memulai pembicaraan ringan terkadang yeoja cantik ini tertawa melihat Changmin memperagakan seorang pelawak yang sering ia tonton. Tanpa mereka sadari seorang namja yang bermata musang nan tampan mengetuk pintu apartemen sudah lama ia rindukan. Sudah dua kali ia mengetuk pintu tetapi tak ada sahutan dari dalam, ia mendesah dan untuk ketiga kali ia mengetuk pintu dengan cukup keras. Changmin dan Jaejoong terlonjak kaget mendengar suara ketukan dari luar.

TOK TOK TOK

“Siapa sih mengetuk pintu seperti orang gila”tukas Changmin sembari mengelus dadanya karena kaget mendengar ketukan keras.

“Molla. Sebentar ya minnie, noona mau membuka pintu dulu”ujar Jaejoong lalu beranjak mendekati daun pintu.
Changmin yang penasaran dengan orang yang sudah membuat jantungnya ingin melompat akhirnya memutuskan untuk ke depan juga.

Seketika itupulah kedua bola mata yang indah itu membesar melihat namja yang sudah berada di depannya. Jaejoong ingin berkata sepatah kata namun namja tampan ini memotongnya dengan suara yang cukup keras. Namja ini tak lain adalah kekasihnya Jung Yunho.

“KAU”

Jaejoong tersentak lalu menunduk. Ia berpikir pasti Yunho akan memarahinya,dan bla..bla.. tapi kenapa Yunho dari tadi tidak berbicara. Jaejoong pun mulai menengadahkan kepalanya menatap Yunho. Ia tidak melihat Yunho menatap Jaejoong karena mata Yunho menyipit menatap sesuatu di belakang Jaejoong. Jaejoong pun melihat ke belakang dan mendapati Changmin sedang mendadahkan tangan ke arah Yunho dan menyapanya.

“Hai”sapa Changmin tersenyum lebar.

‘semoga saja tidak ada yang terjadi setelah ini’batin Jaejoong.

Changmin beranjak dari tempatnya dan menghampiri Jaejoong.

“Wah, sepertinya suami noona sudah datang. Aku pamit ya noona^^ dan jangan lupa kalau menikah undang dongsaengmu yang paling tampan dan cute ini”narsis Changmin lalu mencium bibir Jaejoong sekilas di depan mata Yunho.

“Gomawo.. Hyung”ucap Changmin melewati Yunho yang masih berdiri mematung melihat adegan Changmin mencium bibir yang ia rindukan.Jaejoong membulatkan matanya, tak percaya apa yang baru saja terjadi. Changmin pun tersenyum pada Jaejoong dan Yunho sekilas sebelum melenggang pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sedang mematung.

Beberapa detik kemudian keduanya tersadar. Yunho pun menatap Jaejoong dengan tajam seolah meminta penjelasan dari ini semua.

“Cha..Changmin ke sini ingin berpamitan padaku ka..karena ia ingin ke paris berliburan di sana”gugup Jaejoong karena Yunho terus menatapnya tajam bak beruang ingin menerkam mangsanya.

Yunho perlahan mendekat pada Jaejoong dan Jaejoong pun perlahan mundur ketika kaki jenjang Yunho sudah berada di belakang pintu ia menutup pintu dengan kakinya dan mulai mendekat pada Jaejoong yang terus mundur karena takut. Jaejoong tak menyadari Yunho menggiringnya ke kamar atau lebih tepatnya ranjang King size milik Yunho.

Brugh

Jaejoong jatuh terlentang di ranjang King size milik Yunho. Yunho menyeringai tentu saja ia tak akan melewatkan kesempatan emas ini. Ia menindih Jaejoong sembari mengenggam kedua tangan indah milik Jaejoong di atas kepala Jaejoong.

“KYAAA”

*****

Di ruangan kerja yang bertuliskan Yoosu room’s sedang bersuasana ‘panas’ karena kedua sejoli ini sedang berciuman di dekat Jendela yang terbuka lebar.  Para pejalan kaki yang berjalan di sekitar sana ada yang tersenyum melihat mereka berdua karena romantis namun ada juga yang menggerutu karena mereka berdua seharusnya tidak melakukan itu di dekat Jendela terbuka seperti itu. Para orangtua yang sedang membawa anak kecil buru-buru menutup kedua mata anaknya. Namun semua itu tak diperdulikan Yoosu, jika sedang berdua dunia hanya milik mereka. Yoochun melepaskan ciumannya karena Junsu sudah menepuk-nepuk dadanya merasa kehabisan oksigen.

“haah..haah”deru nafas Junsu. Yoochun tersenyum melihat yeoja imut di depannya.

“kau seksi chagi”ucap Yoochun lalu tersenyum pervert kepada Junsu.

Junsu hanya diam mengabaikan ucapan Yoochun.

“aku mencintaimu”ucap Junsu dengan tulus. Ia bersyukur mendapatkan kekasih sebaik Yoochun yang perhatian,lembut dan romantis walaupun sedikit pervert.

“Kau mengambil ucapanku chagi. Seharusnya aku duluan yang mengatakannya padamu tapi aku juga mencintaimu su-ie”Yoochun mengecup bibir Junsu sekilas.

“aku ingin kau melihat sesuatu tapi harus tutup mata dulu”ucap Yoochun. Junsu menggeleng sebentar  pertanda ia tak mau tetapi Yoochun sedikit memaksa dan Junsu pun menyerah.

“Jangan lama”ucap Junsu lagi.

“tidak sayang”

Yoochun dan junsu menghadap ke arah jendela. Yoochun memetikkan tangan kirinya ke jendela sedangkan tangan kanannya menutup mata Junsu.

Yoochun mulai melepaskan tangannya yang menutup mata Junsu. Junsu yang merasakan tak ada lagi benda yang menutup matanya memutuskan membuka mata kecilnya secara perlahan. Antara mimpi atau tidak ia melihat balon-balon berwarna pink bertebangan ke udara dan balon-balon itu bertuliskan I LOVE JUNSU. Selang beberapa detik munculah sebuah balon raksasa berwarna pink dan bertuliskan..

WOULD YOU MARRY ME,KIM JUNSU ?. – Park Yoochun.

Junsu tertegun membaca tulisan yang berada di balon raksasa itu. Junsu tak mampu berkata apa-apa, suaranya seakan tercekat ketika ingin menjawab pertanyaan Yoochun. Junsu memandang Yoochun sembari menahan isak tangis kebahagiaannya dan menghela nafas sejenak lalu menjawabnya.

“Yes. I do”ucap Junsu lalu memeluk Yoochun dengan erat. Yoochun tersenyum bahagia dan membalas memeluk Junsu yang tak kalah erat dengan kekasihnya. Suara tepuk tangan membuncah terdengar dari arah bawah.

Mereka pun melepaskan pelukannya dan melihat ke bawah ternyata para pejalan kaki melihat semua adegan keromantisan Yoochun melamar Junsu. Mereka berdua tersenyum malu.

*****

Incheon Airport

Aktor muda tampan dan berbakat sedang duduk menunggu keberangkatannya. Para wartawan yang sudah dari tadi membututi Changmin  menemui Jaejoong langsung menyerbu Changmin dengan berbagai macam pertanyaan ketika mereka sudah sampai di bandara.

“Changmin-ssi..Changmin-ssi apa yang ada bicarakan pada Jaejoong-ssi ?”tanya wartawan gosip bername tag Jessica.

Changmin awalnya terkejut mendengar pertanyaan wartawan berambut blonde ini.

‘pantas saja aku tidak nyaman saat berada di apartemen Yunho hyung ternyata mereka
mengikutiku..dasar’batin Changmin.

“aku hanya berpamitan pada noona, seperti yang kalian lihat sekarang..aku ingin berlibur ke paris”ujarnya dengan senyum khas milik Shim Changmin.

“apa kau sudah menyerah mendapatkan Kim Jaejoong-ssi ? dan sepertinya Jung Yunho-ssi sudah kembali entah dari mana. Apa kau tidak merasa cemburu jika Jaejoong-ssi memilih Yunho-ssi dari pada anda ?”tanya wartawan itu lagi.

“menyerah ?. sepertinya tidak karena aku sudah berhasil mendapatkan cinta dari Jaejoong noona tetapi cinta sebagai dongsaeng bukan sebagai namjachingu”Changmin tersenyum kembali.

Para wartawan terus menghujam Changmin dengan berbagai macam pertanyaan yang aneh tetapi ia tetap saja menjawab dan tak mengeluh. Suara pemberitahuan keberangkatan pun berbunyi dan Changmin pun berdiri memegang kopernya dan beranjak dari sana sebelum memberikan perkataan pada fansnya yang akan menonton tayangan ini mungkin. Baru beberapa langkah ia membalikkan badannya dan berkata yang membuat semua orang gempar.

“Oh, aku lupa mengatakannya. Chukkae Yoochun hyung dan Junsu noona yang akan menikah^^..aku juga ingin mengingatkan lagi pada Yunho hyung dan Jaejoong noona, jangan lupa mengundangku di hari pernikahan kalian ya^^ ”ucap Changmin dengan senyum yang kali ini agak evil lalu ia berlari dengan cepat karena pasti wartawan-wartawan itu meminta kejelasan dari ucapan Changmin yang barusan.

End Author POV

*****
Yunho POV

“KYAA” *teriakan jaejoong*

Waktu berakting dimulai.

“Jadi selama aku pergi, kau bersama Changmin di sini ?”tanyaku dengan dingin. Jaejoong menggelengkan kepalanya dan ketika Jaejoong ingin berkata aku sudah memotongnya.

“Ternyata salama ini aku salah menilaimu. Kau benar-benar jahat Jaejoong-aah”

Aku sungguh ingin menggodanya sekarang. Aku rindu akan sikapnya,wajahnya yang merona, senyumnya, dan bibirnya. Bibir indah milik kekasihku Kim Jaejoong. Aku merindukan semua yang ada pada dirinya tapi bibir ini tadi.. aish aku benci mengingatnya.

 Dasar Shim Changmin sialan..

“Hiks..Hiks”aku tak percaya apa yang kulihat sekarang. Boojae menangis..

Betapa bodohnya kau Jung Yunho membuatnya menangis. Aku jadi merasa bersalah melihatnya seperti ini. Sebelum aku kembali Yoochun memberitahukan semua tentang Jaejoong dan penderitaan Jaejoong setelah kepergianku. Sungguh ini di luar dugaanku, ia sampai mengalami depresi ringan karena ku. Aku berjanji tak akan membiarkan lagi air mata itu keluar dari mata indahnya.. sebaiknya aku akhiri saja akting bodoh ini.
Perlahan tapi pasti aku membisikan sebuah kebenaran padanya.Kedua mata Jaejoong membulat seketika mendengar bisikanku yang seksi. Jaejoong juga mulai menghapus sisa-sisa air matanya dengan cepat serta mendorong tubuhku agar menjauh darinya namun tak berhasil jadi ia hanya memukul-mukul dadaku. Aku  hanya tertawa melihat Boojae yang sangat imut.

“Hahahaha”

Jaejoong mengalihkan wajahnya ke samping dengan bibir yang mengerucut imut.

“Mian. Omoo.. Boojae marah dengan Yunnie ? apa Boojae tidak merindukan Yunnie ? padahal Yunnie rindu sekali pada Boojae”aku mulai gila sekarang Yunho yang keren,tampan dan cool harus bertingkah lebay seperti anak kecil. Semoga saja publik tidak mengetahui ini. Dia diam sembari mengalihkan padangannya tak mau melihatku. Oh dia marah ? aku tahu apa yang harus aku lakukan.

Chu

“Ummp..Ummph”

Aku mencium bibirnya cukup lama sehingga Boojae yang awalnya memberontak kini membalas ciumanku. Aku mulai melumat bibir menggoda miliknya sebelum menjilat bibir bawahnya. Ia mengerti lalu membuka mulutnya membiarkan lidahku mengeksplor apa saja yang ada di sana bahkan perang lidah pun kami lakukan dan baru saja aku akan membuka pakaian. Suara dering ponsel terdengar sehingga Boojae melepaskan ciuman ini. Dasar perusak suasana. Siapa sih yang menelpon ?. Tanpa basa-basi aku mengambil ponselku lalu berbicara dengan orang yang sedang menelponku tanpa melihat siapa orang yang sudah berani mengganggu suasana ini.

“JUNG YUNHO..MENGAPA KAU LAMA SEKALI MENGANGKAT TELPON,HAH ?”suara ini pasti eomma.

Tidak di Seoul tidak di Jepang ternyata sama saja jika sedang kesal pasti akan berteriak seperti.

“Ne,eomma. Yunho mendengarnya tidak perlu berteriak seperti itu. Ada apa eomma meneleponku?”

“Apa tidak boleh jika eomma menelepon anaknya,hah ? aah,sudahlah. Eomma lusa akan pulang ke Seoul mengunjungimu di sana. Eomma hanya ingin menyampaikan itu saja dan jangan lupa bersihkan apartemenmu jangan seperti dulu.Annyeong”eomma mengakhiri telponnya. Aku melihat Boojae yang sudah menormalkan nafasnya tetapi wajahnya masih memerah menahan malu. Cantiknya..

“Siapa yang menelepon,Yun ?”tanyanya dan bergeser mendekatiku. Sepertinya dia suka sekali mendekatiku.hehe

“Eomma-ku sayang. Orangtua-ku mau ke sini bertemu denganku. Setiap tahun mereka menemuiku perkerjaan mereka tidak bisa ditunda, orangtua-ku berkerja di London terkandang aku rindu pada mereka namun aku hanya dapat menahannya”ucapku dan tiba-tiba saja Boojae memelukku.

“Aku akan selalu di sampingmu Yunnie”

Aku tersenyum mendengarnya. Aku membalas pelukannya dan mencium keningnya sesudah kusampirkan poninya. Oh tuhan, aku sangat mencintai melebihi diriku. Terima kasih karena Engkau telah memberi anugerah padaku, seorang malaikat polos untukku. Aku tidak akan menyiakannya lagi dan tak akan membiarkan air mata kesedihan mengalir di kedua pipi cantiknya.

“Yunnie. Boleh aku bertanya ?”

Suara merdunya membangunkan dari lamunan ini. Betapa sempurnanya dirimu,sayang..

“Tentu saja. Apa yang ingin Boojae tanyakan,hmm ?”

“Selama ini Yunnie pergi kemana ?”tanyanya dengan sedikit menunduk. Ah, dia pasti masih merasa bersalah atas peristiwa yang sudah berlalu. Sebenarnya, aku sudah memaafkannya. Aku tidak bisa marah padanya terlalu lama. Aku tak ingin menyakitinya.

“Jeongrado. Aku pulang menemui halmeoni-ku. Jika aku sedang ada masalah ataupun tidak halmeoni adalah orang yang sangat aku sayangi, ia tempat bersandarku sebelum ada kau,Boo. Beliau juga yang menasehatiku agar aku cepat kembali dan kau tahu aku menceritakan semua tentang kita. Halmeoni juga penasaran dan ia ingin sekali bertemu denganmu Boo”

Boojae mengangguk tampaknya ia juga ingin bertemu halmeoni. Aku pasti akan mengenalkanmu pada halmeoni dan Orangtua-ku Boo. Rasa rindu ini belum berakhir aku memeluknya lagi dan menjatuhkan kami berdua di tempat tidur-ku. Kami pun tertawa bersama.

“Mianhae. Aku sudah menyakitimu,sudah membuatmu menderita selama aku pergi. Aku minta maaf.. ak-”

Dia menempelkan telunjuknya dibibirku, tersenyum lalu berkata yang membuatku senang.

“Jangan dibahas Yunnie. Ini juga salahku. Boojae juga minta maaf karena telah menyakiti Yunnie”
Aku sangat terharu segera saja aku mencium wajahnya yang membuat ia geli tapi aku tak perduli. Aku sangat mencintainya.

Aku juga bercerita kalau Yoochun memberitahukan semua tentang Jaejoong selama aku pergi. Kemarin aku tiba di Seoul tetapi aku tidak ke apartemen melainkan ke apartemen Yoochun mendengarkan semua yang berkaitan dengan Jaejoong dan perkerjaanku. Yoochun tidak memberitahu kedatanganku di Seoul kemarin karena aku yang memintanya. Mungkin setelah ini aku akan berterima kasih pada Yoochun dan Junsu yang sudah merawat Boojae-ku. Aku juga akan membantu kedekatan mereka berdua. Dan aku juga sudah berbaikan dengan Changmin. Boojae terkejut dan pastinya kalian juga penasaran bukan ? bagaimana aku bisa berbaikan dengan namja yang sudah membuat masalah ini. Baiklah, aku akan memberitahu kalian dan Boojae-ku.

FlashBack

03.00 PM

Setelah aku menemui Yoochun, aku memintanya mengantarku ke rumah Changmin. Yoochun menawarkan diri untuk membantuku berbicara pada Changmin namun aku menolaknya secara halus. Aku sudah banyak merepotkannya biarlah sekali ini aku menyelesaikannya sendiri. Waktu pun berlalu kini aku sudah sampai di depan rumahnya sedangkan Yoochun menunggu di mobilnya yang terpakir di halaman luas rumah ini.

Ting Tong

Setelah menekan bel. Seorang pria paruh baya keluar dan menanyakan keperluanku. Ia pun mengangguk serta mengantarkanku menemui Changmin. Tak lama kemudian Changmin turun menghampiriku dengan padangannya yang aneh. Changmin menyuruh pria paruh baya meninggalkan kami berdua.

“Changmin-sii mungkin kau tak menyukai aku menginjakkan kaki ku di rumahmu tapi aku harus melakukannya. Aku mohon padamu Jangan membuatnya menderita, kalau kau mau menghancurkanku silahkan tapi jangan dia. Dia terlalu baik untuk disakiti. Aku tau kau mencintainya tapi untuk kali ini aku tidak bisa memberikan peluang atau harapan padamu karena aku sangat mencintainya. Suatu saat nanti kau pasti menemukan seseorang yang kau cintai dan mencintaimu secara tulus tetapi dia bukan Boojae”jelasku. Semoga ia mau mendengarkannya.

“Hmm, baiklah”

Hei. Apa maksudnya ?

“Tenang saja hyung. Aku sudah sadar berkat Yoochun hyung dan Junsu noona. Aku sangat mendukung hubungan kalian. Maafkan aku ne telah membuat kalian susah tapi hyung aku tak akan bisa memendam rasa cintaku pada Jae noona karena rasa ini sudah berubah menjadi cinta seorang adik pada kakaknya”tukas Changmin. Ia mendekatiku lalu memelukku sebentar.

“Jangan salah paham dengan pelukaku. Aku hanya memberimu semangat dan ya sebagai pertanda kita bukan musuh lagi”

Di luar dugaanku, dia menerimanya dengan lapang dada dan dia juga terlihat sangat ramah dan sedikit polos. Wajar saja umurnya juga muda. Aku dan Changmin pun memulai percakapan singkat dengannya..

End FlashBack

“Jadi kalian sudah berbaikan ?”tanya Boojae yang sedang tersenyum-senyum sendiri sepertinya ia sangat senang mengetahui ini.

“Ya begitulah”

Kau tahu Boo selama aku di sana sedetik pun aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Senyummu, cara tertawamu yang khas dan sifatmu yang  sangat baik hati nan polos itu. Aku merindukan semua yang ada pada dirimu. Izinkanlah aku untuk segera memilikimu BooJae..

“Boo. Coba tutup matamu”

BooJae mengeryitkan dahinya. Seolah tak mau bingung berlarut-larut ia segera bertanya padaku untuk apa namun aku tak menjawabnya tetapi menutup kedua matanya dengan sebelah tanganku. Sedangkan tanganku yang sebelah lagi aku pergunakan untuk merogoh suatu benda yang berada disaku ku yang sudah lama ingin kuperlihatkan padanya. Baiklah, benda ini sudah ditanganku, Hmm, semoga saja BooJae menerimanya..

“Yunnie.kenapa lama sekali ?”gerutunya. ahh,bibirnya mengerucut imut, ingin sekali aku melahapnya tapi aku harus menahannya karena ada yang lebih penting saat ini dari pada itu.

Persiapan sudah siap. Aku pun melepaskan tanganku yang menutupi mata indahnyaa dan kedua bola mata yang bening nan indah itu mulai terbuka perlahan. Aku menampakkan sebuah kotak kecil berwarna merah dengan kalung berlian berukir inisial kami YunJae.

“Mungkin ini terdengar konyol tapi aku ingin mengatakan maukah kau menerimanya sebagai permintaan maafku”

“a..aku mau Yunnie”

End Yunho POV



TBC


O.K seperti biasa.. silahkan RCL^^
Yang gak sengaja baca juga tinggalkan jejak ya..
Bagi yang punya kritik dan saran dikomen aja..
Gamsahamida^^

And All Is Over

Title                          : And All is Over
Cast                         :
- DBSK
- Manajer Lee (OC)
- Cassiopeia, and others
Genre                      : Friendship, hurt
Rating                     : PG 13
Author                    : Nao Shidajin

WARNING: gaje, ancur, alur kecepetan, membosankan, dll.

Ini fanfic request dari Niekfest unnie, dan sesuai permintaan disini Junsu oppa yang sebagai main cast. Jadi jangan heran jika ceritanya mayoritas dilihat dari sudut pandang Junsu oppa ne ^^

Happy reading ^^




*** 5 – 1 = 0 ***


~Author’s POV~

“Yah! Tangkap ini, Junsu-ah!” teriak Yunho pada Junsu yang tengah berbaring di hamparan pasir putih pantai sambil memandang langit jingga sore hari yang terbentang luas memayungi laut di selatan Hamamatsu, Jepang.

Junsu yang mendengar hyungnya meneriakkan namanya bergegas bangkit dan memandang hyungnya itu yang tengah mengangkat tinggi-tinggi sebuah benda sambil berlari ke arahnya. Dan tampak jelas, sang magnae, Shim Changmin mengejar Yunho bak seorang polisi yang mengejar seorang narapidana yang kabur dari tahanan, “YAH! Hyung, awas jika aku menangkapmu nanti! Kembalikan sekarang juga!” teriak Changmin sambil terus berlari.

“Junsu-ah, tangkap!” Yunho pun melemparkan benda tersebut kepada Junsu. Dan Junsu hanya berdiam diri setelah menerima benda yang telah dilemparkan kepadanya itu, ‘Eh? Sebungkus roti?’ pikirnya masih tak mengerti.

“Junsu, cepat lari!” teriak Yunho lagi, dan sel-sel otak Junsu pun mulai bekerja setelah melihat Changmin berlari ke arahnya seolah ingin menerkamnya.

“Hiyaaaaaaaaaaaaa. . . Hyung, tolong aku!” pinta Junsu saat berlari melewati Jaejoong dan Yoochun yang tengah sibuk memasak takoyaki (bakso ala Jepang yang terbuat dari adonan tepung terigu dan biasanya ditambahkan potongan gurita atau semacamnya ke dalamnya) di bawah sebuah pohon kelapa. Jaejoong dan Yoochun hanya dapat tertawa melihat tingkah mereka bertiga. “Yunho hyung.. hosh.. hosh.. aku sudah tidak kuat lagi.. tangkap ini!” kata Junsu sambil terengah-engah.

Junsu segera melempar roti itu kepada Yunho yang berdiri sekitar satu meter di depannya, “Junsu hyung, kau sama menyebalkannya seperti Yunho hyung!” dengus Changmin sambil lalu melewati Junsu yang terduduk dan meluruskan kakinya di hamparan pasir putih. Yunho tertawa sambil membawa lari roti itu. Seakan tak kenal rasa lelah, Changmin kembali mengejar Yunho demi mendapatkan roti terakhir yang ia temukan di dalam tas ranselnya yang hanya berisi makanan.

Dan kemudian, dua sosok namja berbadan tinggi itu menghilang diantara rapatnya barisan pepohonan di salah satu sisi pantai. Tiba-tiba langit yang pada awalnya berwarna jingga, kini berubah menjadi gelap nan mengerikan. Laut yang tenang mulai bergelombang, dan angin mulai berhembus kencang. Junsu menengok ke belakang dan ia tak menemui siapa pun disana, hanya tersisa meja masak yang tadi digunakan oleh Jaejoong dan juga Yoochun yang berantakan akibat hembusan angin.

“Jaejoong hyung? Yoochunnie?” panggilnya seraya mendekat ke meja tersebut, lalu meja itu hilang dengan sendirinya bersamaan dengan bertiupnya angin ke arah laut yang mulai mengganas. Junsu ketakutan dan kebingungan, ia berusaha berteriak memanggil hyung-hyungnya namun hasilnya nihil. Ia mengikuti jejak Yunho dan Changmin memasuki rapatnya barisan pepohonan di salah satu sisi pantai tersebut, ia terus berteriak berharap mendapat sebuah jawaban sambil terus berjalan di tengah kegelapan. Entah kemana arah tujuannya, ia merasa ada sesuatu yang menuntunnya untuk terus berjalan. Hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah sinar yang begitu menyilaukan.

Ia berusaha menghalangi cahaya masuk ke matanya, namun tak khayal ia begitu penasaran dengan cahaya menyilaukan itu. Dilihatnya dari balik ruas-ruas jarinya, ada dua orang pria yang tengah bersimpuh di dalam sebuah kerangkeng besi dengan tali terikat dileher mereka yang mana salah satu ujung tali tersebut diikatkan ke bagian atas kerangkeng besi itu. Sinar itu semakin meredup dan tampaklah dua pria yang semula menundukkan wajah mereka, kini secara perlahan mengangkat wajahnya menatap Junsu dengan tatapan pilu dan kesedihan yang begitu nyata. Wajah mereka penuh lebam, dan cairan merah kental menghiasi sudut bibir keduanya. Darah..

“Changmin! Yunho hyung!” Junsu berteriak sekeras mungkin, ia ingin melangkahkan kakinya ke dua sahabatnya yang mengenaskan itu. Tapi kakinya terasa berat, dan ia dapat merasakan dirinya dengan perlahan semakin masuk ke dalam pasir di bawahnya.  ‘Pasir apung? Tapi bagaimana bisa?’ pikirannya berkecamuk, sementara tanah yang ia pijak semakin menenggelamkannya. Terakhir hal yang bisa Junsu lihat adalah Yunho dan Changmin yang menangis di dalam kerangkeng tanpa bisa melakukan apapun.. Dan..



*** 5 – 1 = 0 ***



“TIDAAAAAAAK!” teriak Junsu terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat bercucuran dari pelipisnya.  Jaejoong serta Yoochun yang masih terjaga dan berada dalam satu ruangan yang sama dengan Junsu segera menghampirinya.

“Ada apa, Junsu-ah? Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaejoong khawatir. Yang ditanya hanya memejamkan matanya seraya menghela nafas berat.

Junsu menatap Yoochun dan Jaejoong bergantian, “Aku memimpikan mereka lagi. Aku..” tenggorokan Junsu terasa tercekat, “Aku benar-benar tak tahan lagi, aku ingin bertemu dengan mereka berdua..” raut wajah Yoochun dan Jaejoong yang awalnya tampak khawatir kini berubah sedih. Yoochun dan Jaejoong saling bertukar pandang, “Kami juga, Junsu-ah.. Sama sepertimu, kami juga sangat merindukan mereka.” ucap Jaejoong lemah.

“Yakinlah bahwa suatu saat nanti.. entah cepat ataupun lambat, kita pasti akan kembali bersama.. berlima.” mata Yoochun berkaca-kaca, ia menatap Junsu dan menggenggam erat tangannya. “Mmm.. apa yang kau mimpikan sampai berteriak seperti itu, Junsu-ah? Tak biasanya kau terbangun karena bermimpi.” ucap Jaejoong lembut.

“Keadaan mereka sangatlah menyedihkan.. aku tak tahu harus bercerita dari mana.. tapi mereka.. hiks.. mereka.. hiks..”

“Jangan menangis, Junsu-ah.. Itu hanya mimpi belaka. Mereka akan baik-baik saja walaupun tak berada dekat dengan kita. Ssshh, tenanglah..” kata Yoochun mencoba menenangkan Junsu dan menyandarkan kepala Junsu pada bahu kanannya.

“Eum.. hiks..” isakan-isakan kecil masih saja terdengar dari bibir tipis Junsu. “Sekarang tidurlah, besok kita harus berangkat ke Indonesia.” ujar Yoochun kemudian.

“Tidak.. karena mimpi itu, aku menjadi takut untuk tidur.” jawabnya dengan menundukkan kepala. “Baiklah, aku tidur duluan kalau begitu. Ingat, jangan terlalu malam begadang, dan segeralah tidur Junsu-ah.” Jaejoong melangkah ke ranjang yang berada di seberang tempat tidur Junsu dan merebahkan badannya disana. Sedangkan Yoochun lebih memilih keluar kamar dan menuju balkon untuk merasakan sentuhan udara malam, ia mendekap badannya sendiri kedinginan karena hanya mengenakan kaus berlengan pendek nan tipis.

Junsu bangkit dari atas ranjangnya dan berjalan ke tempat dimana laptopnya ia simpan. Kemudian ia kembali duduk di atas tempat tidur dan menghidupkan laptop kesayangannya itu. Tanpa sengaja, ia menemukan sebuah folder yang sangat asing baginya, “Eh? Sejak kapan ada folder ini di dalam dokumenku?” tanyanya pada diri sendiri, “Hm.. Mungkinkah ini dokumen milik Changmin ketika ia dulu meminjam laptopku sebelum ia memiliki laptop sendiri? Tapi itu sudah lama sekali, bagaimana bisa aku baru menyaadarinya?” tanyanya pada diri sendiri.

Karena rasa penasaran, Junsu pun membuka folder yang berjudul ‘Bebek dilarang masuk’ itu. Di dalamnya terdapat beberapa video, Junsu tertarik dengan salah satu video yang berjudul ‘Nae hyungdeul’. Ia mulai memainkan video itu, dan seketika itu pula Junsu terpaku melihatnya.

Di dalam video itu memperlihatkan Yunho, Jaejoong, Yoochun, dan Junsu tengah duduk di rerumputan taman sedang asyik bermain gunting, kertas, batu sementara Changmin mengambil gambar mereka menggunakan kamera. Dapat terdengar suara Changmin yang menginterupsi para hyungnya untuk tersenyum ke kamera.

“Changmin-ah, kau yakin tak mau bergabung dengan kami?” tanya sang leader di dalam video itu. Changmin menggeleng, “ Aku tak mau diserang oleh pasukan semut lagi karena bersembunyi di balik semak-semak seperti minggu lalu.” jawabnya cemberut. Empat namja yang lainnya pun tertawa mendengar jawaban sang magnae tersebut.

Lima detik kemudian video itu menampilkan Yunho, Jaejoong, dan Yoochun yang berlarian berusaha mencari tempat yang aman untuk bersembunyi sedangkan Junsu yang berjaga. Pikiran Junsu melayang ke beberapa tahun silam dimana dirinya dan ke-empat personil DBSK yang lainnya kerap bermain petak umpet di taman. Ia sangat merindukan saat-saat itu terulang kembali.

Kemudian sekelebat perkataan Yoochun di sebuah fans meeting terlintas dalam benaknya, “Tidak hanya dua tahun, tapi bahkan sampai dua puluh, dua ratus, dua ribu tahun … kita harus selalu bersama-sama.” Dan ia teringat Jaejoong pernah berkata, “Kami ditakdirkan untuk selalu berlima.”

Mata Junsu mulai berkaca-kaca, ia segera menghentikan video itu dan menutup laptopnya. Ia meringkuk di atas tempat tidur dengan menahan tangis. Saat itu pula Yoochun masuk ke dalam kamar, “Junsu? Kau sudah tidur?” tanya Yoochun dari balik punggung Junsu. Junsu pura-pura memejamkan mata agar Yoochun mengira bahwa ia telah tertidur. Karena tak mendapat jawaban dari Junsu, akhirnya Yoochun pun memilih untuk tidur juga. Ia mematikan lampu kamar sehingga kini hanyalah lampu di samping tempat tidur yang menyala. Lalu Yoochun mengambil tempat di sebelah Junsu, membaringkan dirinya disana.

“Selamat malam, Junsu. Semoga mimpi indah.” kata Yoochun setengah berbisik. Junsu dapat mendengarnya, karena sebenarnya ia masih terjaga. ‘Kata-kata itu.. selalu kami ucapkan kepada setiap anggota ketika akan beranjak tidur di dorm kami dahulu.. Oh Tuhan, kapan akan Kau persatukan kami kembali?Jika kami harus bersatu dengan cara melewati padang rumput yang penuh duri, ataupun melewati jutaan ular berbisa yang mematikan.. kami akan lakukan. Namun, jangan Kau buat kami mati karena rasa rindu yang begitu dalam dan menyakitkan..’ batin Junsu menjerit pilu.



*** 5 – 1 = 0 ***



7 p.m. @ Jakarta, Indonesia

Dengan tiba-tiba Yoochun masuk ke dalam kamar hotel tempat mereka menginap, “Jaejoong hyung, Junsu-ah.. Apakah kalian telah mendengarnya? Aaaaahh.. Aku begitu gembira.” katanya begitu bersemangat dengan wajah berseri-seri. “Ada apa, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong penasaran.

“Kalian belum mendengarnya? HoMin ternyata juga memiliki jadwal show di Indonesia, namun di tempat yang berbeda dengan kita. Diperkirakan mereka akan tiba esok hari.”

“Wah.. Benarkah? Bagaimana bisa kami tidak mengetahui kabar sepenting ini? Ah.. Aku benar-benar merindukan mereka, aku sudah tak sabar melihat mereka dari jarak dekat.” ucap Junsu girang.

“Junsu-ah, sadarkah kau keadaan kita sekarang?” Yoochun mengerutkan dahinya yang lebar.  “Mm.. Ya, aku tahu. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk bertemu mereka secara langsung kan?” kata Junsu optimis.


Keesokan harinya..


“Kau mau kemana, hyung? Kita baru saja sampai, apa kau tak ingin beristirahat terlebih dahulu setelah melakukan perjalanan jauh?” kata Changmin menghentikan langkah kaki Yunho menuju pintu.

“Tidak, Changmin-ah. Ada hal yang lebih penting dibandingkan itu.” Yunho menatap Changmin dengan penuh keseriusan.

“Hal apa itu.. kalau boleh aku tahu?” tanya Changmin penasaran. Yunho mendekati Changmin yang tengah duduk di atas ranjang seraya memegang bahu kiri magnae tercintanya itu, “Kau akan mengetahuinya nanti, sekarang tidurlah. Aku tak ingin rencanaku tak berjalan sesuai semestinya jika kau terlalu kelelahan. Kurasa tiga jam waktu yang cukup untuk beristirahat sejenak.” Yunho menyunggingkan senyum penuh arti.

“Hah? Apa.. maksudmu, hyung? Aku benar-benar tak mengerti..” Changmin nampak bingung memikirkan kata-kata hyungnya tadi. “Sudahlah, aku tahu kau sangat lelah. Cepat pergi tidur.” Yunho menepuk-nepuk pipi Changmin dan melangkah menuju lobi hotel untuk bertemu dengan seseorang yang telah diberinya suatu tugas penting.


*** 5 – 1 = 0 ***


Ting tong..

Bunyi bel memecah kesunyian di dalam kamar JYJ dimana ketiga namja di dalamnya tengah berbaring di atas ranjang melepas keletihan seusai melakukan konser perdananya di Jakarta. Kini waktu telah menunjukkan pukul 00.30 WIB, namun mereka belum juga terlelap.

“Tunggu sebentar.” suara lembut khas Hero Jaejoong menjawab dari dalam, ia segera beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu. Namun ternyata tak ada seorang pun disana, yang ada hanyalah secarik surat yang tergeletak di lantai. Jaejoong segera mengambilnya dan kembali masuk.

“Ada apa, hyung? Apa itu?” tanya Junsu menunjuk kertas di tangan Jaejoong. “Surat, hm.. mencurigakan.” jawab Jaejoong sembari membolak-balikkan surat itu.

“Surat? Ayo cepat dibuka, hyung. Aku tak sabar ingin mengetahui isinya. Siapa tahu itu surat cinta dari salah satu penggemar untukku.” seketika sebuah pukulan keras mendarat di kepala Yoochun. “Yah! Kenapa otakmu hanya berisi wanita dan wanita saja, huh? Pernahkah kau memikirkan krisis keuangan di negara kita?” kata Junsu berapi-api.

“Junsu-ah.. Kukira itu bukan urusan kita, melainkan pemerintah Korea.” Jaejoong menyela dengan mengernyitkan dahinya. “Oh.. ya.. memang.. tapi, aku benar-benar kesal dengan si jidat lebar ini, yang ia pikirkan hanyalah tentang wanita saja.” elak Junsu.

“Iya.. aku minta maaf, lalu tunggu apa lagi? Segera buka suratnya..” kata Yoochun tak sabar. Jaejoong segera duduk disamping Junsu, dan Yoochun mendekat ke arah mereka berdua.

Aku tahu kalian pasti lelah setelah melakukan konser hari ini..
Tapi lelah hati kita dalam menunggu sebuah kepastian tiada ujung kurasa lebih melelahkan..
Aku ingin mengabarkan sebuah kabar penting kepada kalian ..
Kurasa dini hari seperti ini adalah waktu yang tepat untuk kita bertemu
Kalian tahu? Magnae kita begitu bahagia mengetahui kita menghirup udara di tempat yang sama kembali, tak ubahnya diriku
Kumohon salah satu dari kalian datang ke Gereja tepat di seberang hotel kalian menginap untuk menemui kami setelah kalian membaca surat ini..
Kalian tak ingin jika kegundahan hati manajer kalian karena mengetahui kami yang berada dekat dengan kalian lantas mengakibatkan sesuatu yang tak terduga bukan?
Mengecek kamar kalian ditengah malam seperti ini misalnya?
Kuharap kalian segera mengambil gerak cepat dan memutuskan siapa yang akan bertemu dengan kami..


~Jung Yunho~

“Yunho hyung..” lirih Junsu. Jaejoong dan Yoochun masih tampak terkejut, mereka tak menyangka surat misterius itu dari Yunho. “Hyung, sekarang bagaimana? Siapa yang akan pergi menemui Yunho hyung dan Changmin?” Yoochun menatap dalam mata Jaejoong. Jaejoong beralih menatap Junsu, “Junsu-ah..” panggilnya pelan.

“Ya, hyung?” dilihatnya wajah hyung tertuanya itu. “Kau sangat rindu mereka bukan? Pergilah dan temui mereka, katakan bahwa kami juga sangat merindukan mereka.” ucap Jaejoong tegas.

“Ta.. tapi kali-“ Jaejoong segera memotong perkataan Junsu, “Cepat pergilah.”

“Eum!” akhirnya Junsu pun mengangguk mantap. “Bergegaslah!” perintah Jaejoong. Segera Junsu menyambar jaket dan mengenakan syalnya serta kaca mata besar tanpa ukuran lensa. Ia menoleh ke Jaejoong dan Yoochun sebelum memutar kenop pintu, “Hyung, kalian yakin tak ingin ikut?”

“Tidak, Junsu-ah.. yang dikatakan Yunho hyung ada benarnya. Kau ingat gerak-gerik manajer yang selalu mengamati kita saat di belakang panggung tadi kan?” Jaejoong berusaha meyakinkan. “Benar kata Jaejoong hyung.” tambah Yoochun.

“Baiklah, aku pergi dulu. Akan kusampaikan pesan kalian kepada mereka.” Junsu melangkah pergi dengan perasaan yang bercampur aduk.

~End of POV~

*** 5 – 1 = 0 ***


~Junsu’s POV~

Tap.. tap..

Disanalah mereka, duduk di kursi panjang Gereja dengan membelakangiku. Ingin sekali aku berteriak memanggil nama mereka, tapi tenggorakanku terasa kering, “Yunho hyung.. Changmin-ah..” panggilku pada akhirnya dengan suara pelan. Tapi mereka dapat mendengarnya, terbukti mereka menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. Badanku bergetar, tapi aku melawannya, aku berusaha berlari dan mereka melakukan hal yang sama. Kami berpelukan diiringi isak tangis kerinduan.

“Hyung.. hiks.. walaupun kau sering membuatku.. hiks.. menangis tapi aku tak bisa menutupi perasaanku bahwa aku.. hiks.. merindukanmu juga Jaejoong hyung dan Yoochun hyung..” suara kekanakan Changmin ketika menangis seperti ini amat kurindukan.

“Aku juga, Changmin-ah.. hiks.. kami bertiga juga sangat merindukan kalian. Yunho hyung.. katamu ada hal penting yang ingin kau katakan. Apa itu?” tak banyak bicara lagi, segera kulontarkan pertanyaan yang berada di benakku sedari tadi. “Aku tak tahu apakah ini berita buruk.. atau berita baik untuk kita. CEO SM Entertaiment, Kim Young Min, beliau meninggal sebulan yang lalu. Dan kini saham terbesar dimiliki oleh Hong Suk Chun, sehingga beliaulah yang menggantikan posisi Kim Young Min saat ini. Dan Suk Chun-shi.. beliau akan membantu kita untuk kembali bersatu.” papar Yunho hyung.

“Benarkah?”

~End of POV~

>>>>> 

~Author’s POV~

“Hai, anak-anak! Yah! Dimana Junsu?” kata manajer JYJ dengan seenaknya masuk ke kamar mereka tanpa ijin. “Ma.. manajer Lee? Kau mengagetkan saja. Kau belum tidur?” tanya Yoochun, sementara Jaejoong memutar otak untuk menjawab pertanyaan manajernya ini.

“Yoochun-ah, kenapa kau balik bertanya? Jawab dulu pertanyaanku!” ucap sang manajer dengan berkacak pinggang. “Ah.. Junsu sedang membeli makanan untuk kami. Well, kafetaria hotel telah tutup diatas jam 10 bukan? Kau tahu, kudengar ada makanan khas Indonesia yang sangat lezat, Manajer. Namanya telak telu.” dusta Jaejoong dengan pura-pura memasang wajah ceria.

“Kerak telur, hyung..” ralat Yoochun. “Ah, iya itu maksudku.” sahut Jaejoong.

“Hmm.. mungkin tak ada salahnya jika aku ikut mencicipinya. Kalian tak akan keberatan kan? Baiklah, aku akan menunggu Junsu bersama kalian disini.”

“APAAAAAA??!” seru Yoochun dan Jaejoong bersamaan, dalam hati ia merutuki perkataannya sendiri. “Yoochun-ah, cepat kau kirim pesan ke Junsu untuk membeli makanan itu!” bisik Jaejoong. “Dia bahkan tak membawa ponselnya, bagaimana caranya aku memberi tahunya?” Yoochun menunjuk ponsel Junsu yang tergeletak di atas meja, Jaejoong menghela nafas dengan ekspresi ‘matilah kita’.

>>>>> 

“Ya, beliau ingin merubah sistem perbudakan di SM. Beliau juga akan membantu kita dalam persidangan nanti. Ini kesempatan emas untuk kita. Dua tahun lebih bukanlah waktu yang singkat menunggu kalian kembali pada kami.. dengan hati yang perih.” lirih Yunho.

“Hyung.. hiks.. aku benar-benar bingung, aku tak tahu bagaimana mengungkapkan perasaanku saat ini.. hiks..” kata Junsu disela-sela isakannya, “kita harus segera membicarakannya dengan Jaejoong hyung dan Yoochun. Ayo kita kesana.” Junsu menarik tangan Yunho dan Changmin, tapi Yunho menghentikannya dengan sentuhan halus.

“Junsu-ah.. dengarkan aku.. terlalu berbahaya bagi kami untuk kesana. Jangan sangka aku tak tahu bagaimana sifat manajermu, aku tahu dia tak ingin melihat kalian mengetahui ataupun membicarakan apapun tentang kami.” kata Yunho.

“Tapi, hyung.. aku sangat merindukan Jaejoong hyung dan Yoochun hyung.. akan sungguh sia-sia jika kesempatan ini tidak kita gunakan. Ayolah, hyung.. kumohon..” sekarang giliran si magnae yang angkat bicara, sorot matanya sendu dan menggambarkan sebuah permintaan yang tulus dari dalam hatinya.

“Changmin-ah..” belum selesai Yunho mengutarakan maksudnya, Junsu segera memotong perkataannya. “Hyung.. benar apa yang dikatakan Changmin. Kau tahu? Mereka juga sangat merindukan kalian.. jadi apa salahnya?”

“Tapi, Junsu-ah..” Junsu menyelanya lagi, “Gwaenchana, hyung.. ini sudah lewat tengah malam, pasti manajerku sudah tidur.” Junsu berusaha meyakinkan. Yunho berpikir sejenak, “Jika itu yang kalian inginkan.. baiklah..” kata Yunho akhirnya.

“Aah.. Terima kasih, hyung.” ujar Changmin senang.

~End of POV~

>>>>> 

~Junsu’s POV~

Kami melangkah menuju hotel tempatku menginap. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana senangnya hatiku saat ini. Tapi di sisi lain, hati kecilku mengatakan bahwa ada hal buruk yang akan terjadi. Aah.. entahlah, apa pun itu aku berusaha menyikapinya dengan berpikir positif. Aku berjalan di depan, sementara Changmin dan Yunho hyung mengikuti sekitar 4 meter di belakangku. Ini atas perintah Yunho hyung agar kami tak terlihat mencurigakan di mata staff hotel.

Dan disinilah, kamar dimana kami menginap. Aku berdiri di depan pintu dan melambaikan tanganku memberi isyarat kepada mereka berdua untuk mempercepat langkahnya. Setelah mereka berdua berada di sampingku, aku pun menekan bel. Tak lama kemudian pintu pun terbuka. “Hyung, aku memba-“ seketika badanku terasa tersengat listrik tegangan tinggi, mataku membulat tak percaya, “Manajer..”

“YAH! KIM JUNSU! KENAPA KAU MEMBAWA DUA ORANG TENGIK INI?” teriak manajer hyung memekikkan telinga, dan kulihat Jaejoong hyung dan Yoochun segera menghambur ke arah kami, mereka nampak begitu terkejut melihat keberadaan kami.

“Hyung!!” seakan tak menghiraukan sosok emosinal di depannya, Changmin berusaha memeluk Jaejoong hyung dan Yoochun yang berada di belakang manajer hyung. Namun yang terjadi justru Changmin didorong oleh manajerku sampai jatuh ke lantai dan ia meringis kesakitan. “Jangan perlakukan ia seperti itu!” gertak Yunho hyung, aku dan dia berusaha membantu Changmin untuk berdiri.

“PERGI KALIAN SEKARANG JUGA! JUNSU, CEPAT MASUK!” manajer hyung menarik tanganku untuk masuk ke dalam kamar, tapi aku menangkis tangannya, “Aku yang membawa mereka kemari, jika kau mengusir mereka sama saja kau mengusirku. Tanpa mengurangi rasa hormat, mereka adalah tamuku, jadi kau tak berhak mengusir mereka sesuka hatimu!” bentakku.

PLAAK

Sebuah tamparan melayang di pipi kananku. Sakit. “Berani sekali kau! Pergi kalian berdua!” bentaknya lagi. Kurasakan sebuah tangan menyentuh bahuku, “Maaf, Manajer-shi.. Tapi kurasa Junsu benar, dia yang mengundang kami kesini dan dia juga yang berhak mengusir kami, bukan Anda.” kata Yunho hyung dengan tenang.

“Kurang ajar kau!” tangan manajer hyung terangkat hendak menampar Yunho hyung yang beridiri disampingku, tapi dengan sigap aku menghentikannya sebelum benar-benar mendarat di wajah Yunho hyung. “Jangan bertindak kasar kepada tamu-tamuku. Kau boleh menamparku sesuka hatimu, tapi jangan sakiti mereka!” ancamku. Jaejoong hyung yang berdiri di belakang manajer berjalan menerobos melewatinya begitu saja dan berdiri berhadapan dengannya, “Aku juga.” ucapnya penuh kesungguhan, Yoochun melakukan hal yang sama. Ia berdiri di samping Jaejoong hyung, menghadap ke arah manajer hyung untuk melindungi kami bertiga, “Aku juga. Jangan pernah sedikitpun kau menyentuh mereka lagi.”

“YAH! KALI-“

*Klik*

Sebuah blitz kamera mengalihkan perhatian kami, seseorang tengah bersembunyi di balik dinding di sudut koridor dengan membawa sebuah kamera. “Yah! Siapa kau? Awas kau! Yah! Yah! Berhenti!” manajer hyung berlari mengejar orang itu, sementara aku hanya berdiri menatapnya dari kejauhan.

“Yunho hyung! Changmin-ah!” seruan Jaejoong hyung dan Yoochun membuatku tersadar dari lamunan. Kami berlima berpelukan dengan erat. Isakan tangis terluap sudah, sebagai akhir dari rasa rindu berkepanjangan, “Percayalah kita akan kembali bersama seperti dulu. Dan semuanya akan berakhir..” kata Yunho hyung menitikkan air mata. “Kami percaya itu, hyung.. selalu.” sahut Yoochun dengan suara serak.

“Hiks.. aku rindu masakanmu Jaejoong hyung.” kata Changmin polos. “Aku akan memasakkan makanan sebanyak apapun yang kau mau jika kita bersama lagi, Changmin-ah.”

“Dan aku- Aww!” badanku terpelanting ke belakang dan pantatku mendarat mulus di ubin yang keras. “Junsu-ah!” teriak mereka berempat serempak, Changmin hendak membantuku berdiri, namun sebuah lengan kekar menangkis tangannya.

“Usir mereka berdua, Pak!” seru manajer hyung dengan aksen Bahasa Inggris yang agak patah-patah seraya menunjuk pada Yunho hyung dan Changmin. Ia kembali dengan membawa sebuah kamera di tangannya dan dua pria bertubuh tegap dengan seragam security yang melekat pada tubuh mereka. Seketika salah satu security itu menggamit tangan Yunho hyung dan Changmin sambil menariknya menjauhi kami. Changmin meronta-ronta, sebelah tangannya yang terbebas berusaha meraih tangan kami. Kuulurkan tanganku untuk menggapai tangannya, namun security lainnya yang berkumis tebal menghalanginya. Kami bertiga berusaha mengejar mereka yang semakin menjauh, namun security ini membuat benteng pertahanan dengan merentangkan kedua tangannya, dan manajer hyung semakin mempersulit keadaan dengan menarik tanganku dan Yoochun masuk ke dalam kamar.

“Hyung!” teriak Changmin masih meronta-ronta, kami bertiga tak bisa berbuat apa-apa lagi. Jaejoong hyung tampaknya amat terpukul, ia menggapai-gapai tangan Changmin yang mustahil akan diraihnya. Ia menangis dan menjerit tak karuan dengan terus menerus meneriakkan nama Yunho hyung dan juga Changmin.



*** 5 – 1 = 0 ***


Pagi harinya..

“Junsu-ah, Yoochun-ah! Lihat ini!” suara Jaejoong hyung memekikkan telinga, aku dan Yoochun yang sedang asyik menonton konser HoMin di laptopku segera berpaling ke arah yang di tunjuk oleh Jaejoong hyung.

“Tahun 2010 merupakan tahun terberat bagi kami, aku berharap mereka segera pulang, tapi ternyata tidak. Tiga mungkin telah pergi, tapi aku tak ingin TVXQ untuk dilupakan. Kita harus melakukannya dengan baik dan menyusuri jalan yang positif, bahkan walaupun kami hanya berdua. Kami tak ingin mengecewakan Cassiopeia dan BigEast yang telah setia dan selalu mendukung kami hingga detik ini.” ungkap Yunho hyung ketika di wawancarai di salah satu stasiun televisi.

‘Hyung.. kami ingin pulang.. tapi tidak jika kembali dalam perusahaan itu lagi.’ batinku pilu. Di saat perhatian kami berpusat pada acara televisi tersebut, suara gaduh dari luar hotel menarik perhatian kami. Kami bertiga segera keluar menuju balkon lantai 3 kamar kami. Aku terperangah, begitu juga dengan Jaejoong hyung serta Yoochun, kami saling bertatapan dengan ekspresi bahagia yang sulit digambarkan.

Jalan raya yang berada di pandangan kami kini disesaki dengan orang-orang berbaju merah dan mereka melambaikan tangan kepada kami dengan suara teriakan yang bergemuruh. Tiba-tiba terbentuklah formasi berbentuk persegi panjang yang terdiri dari beberapa barisan orang. “DONG-BANG-SHIN-KI!” teriak seorang gadis di barisan depan dengan lantang menggunakan pengeras suara. Bersamaan dengan itu, empat orang di belakangnya membalikkan papan berwarna merah bertuliskan 동방신기 (DongBangShinKi).

Sedetik kemudian teriakan kembali menggema hingga terasa menggetarkan tempat kami berdiri. Hatiku berdesir, aku sungguh tak menyangka Cassiopeia di Indonesia telah merancang sambutan sebesar ini untuk kami.. dan kedua sahabat kami juga pastinya. Lalu alunan reff lagu Break Out pun terdengar. Mereka yang tergabung dalam barisan-barisan itu menari mengikuti alunan lagu. “Wow, mereka lincah sekali. Hmm.. mungkin suatu saat mereka bisa dijadikan sebagai dancer kita.” celetuk Yoochun.

Kini giliran lagu Mirotic diputar, aku jadi teringat masa-masa ketika kami berlima membawakan lagu ini dari panggung ke panggung. “I.. ini benar-benar.. luar biasa.” ucap Jaejoong hyung terbata-bata. Para Cassiopeia di luar barisan itu memang tak ikut menari bersama mereka, tapi dengan kompak mereka menepuk-nepukkan tangan sehingga terdengar bunyi ‘prok prok’ yang seirama, menambah keramaian suasana pagi hari ini.

Setelah itu, lagu Balloons dikumandangkan dan seluruh Cassiopeia kembali merapat, sehingga barisan itu pun berbaur lagi seperti semula. Semua Cassiopeia yang memadati jalan di hadapan kami ini menarikan lagu Balloons sesuai dengan gerakan kami di MV tersebut. “Woaahh.. Benar-benar hebat, pemandangan yang sungguh luar biasa!” seruku kegirangan. Tiba-tiba sebuah ide muncul di otakku. Aku berlari masuk ke kamar dan mencari apapun yang bisa kugunakan.

Kubuka laci meja di samping tempat tidur, dan kutemukan beberapa lembar kertas HVS juga spidol merah disana. “Perferct!” segera aku mengambil 3 lembar kertas dan menulis huruf I, LOVE, dan YOU di setiap lembarnya. Aku berlari ke balkon, “Apa itu, Junsu-ah?” tanya Yoochun.

“Lihat ini!” aku mensejajarkan ketiga kertas itu dan mengangkatnya di udara, memperlihatkannya kepada para Cassiopeia di bawah sana. Seketika suara gemuruh teriakan kembali terdengar, aku dapat mendengar teriakan “I love you too” dari beberapa orang dengan jelas. Kami tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka. Aku menangkap beberapa tulisan yang mereka bawa dan itu terasa menohok hatiku seperti ‘Please comeback as five..’, ‘DB5K FOREVER’ atau ‘TVXQ  not 2 or 3 but 5’. Sebesar inikah kepercayaan mereka kepada kami? Aku begitu bangga kepada seluruh Cassiopeia yang masih setia menunggu kami kembali berlima. Terima kasih, Cassiopeia.. Aku yakin penantian kalian akan segera berakhir.. Percayalah seperti kami percaya akan besarnya cinta kalian kepada kami.

.

.

.

.

30 Desember 2012 @ Hawaii island

“Changmin-ah, tolong bantu aku untuk menimbun badanku dengan pasir! Cepat!” dengan semangatnya Yoochun memerintah Changmin seenak jidatnya sendiri, aku hanya memutar bola mataku tak perduli. Aku tahu apa yang ia pikirkan, apalagi kalau bukan untuk mengintip apa yang berada di balik rok mini para gadis yang berlalu lalang disini? Sangat kentara dari gelagatnya yang kuperhatikan sedari tadi, ia melihat gadis-gadis seksi yang berjajar di sepanjang pantai dengan ekspresi yang.. ya, kurasa kalian dapat menebaknya. Dasar mesum!

“Hyung.. apa kau tak melihat aku sedang sibuk, huh?” kata Changmin tanpa memandang Yoochun. “Sibuk apa? Memainkan game fieldrunners itu lagi?” tanya Yoochun. Hah, aku tak tahu sudah berapa ratus kali ia memainkan game itu. “Tentu.. diamlah, aku sedang berkonsentrasi!” rasanya aku ingin tertawa mendengar jawaban Changmin yang otomatis membuat Yoochun mengerucutkan bibirnya kesal.

“Baiklah, kalau begitu.. Juns-“

“TIDAK!” ketusku, aku tetap melanjutkan aktivitasku membaca buku tanpa menoleh sedikitpun kepadanya. Kekanak-kanakan sekali, kenapa ia tak mengajak berkenalan gadis-gadis itu saja dibandingkan mengintip gadis-gadis itu dengan cara yang konyol? Ayolah Park Yoochun, dimana harga dirimu jika fansmu mengetahui kelakuanmu ini?  Aku menggeleng-gelengkan kepala prihatin ketika sebuah tangisan anak kecil samar-samar terdengar mengalihkan perhatianku.

“Yah! Lihat anak itu!” kataku pada Changmin dan Yoochun. Aku pun mendekati gadis kecil berambut panjang itu. Ah, ternyata dia gadis dari Korea yang satu pesawat dengan kami kemarin, “Mengapa kau menangis, adik manis?” tanyaku sambil mensejajarkan tubuhku disamping tubuhnya yang mungil. “Balonku.. hiks.. balonku tersangkut disana, oppa.. huwaaaaaaa..” aku mendongak melihat ke arah pohon yang ditunjuknya.

Tinggi juga tempat balon itu tersangkut, dan buruknya lagi aku tak bisa memanjat. “Ada apa, hyung?” kata Changmin yang sudah berdiri di belakangku bersama Yoochun. “Balon adik ini tersangkut disana.” tunjukku pada balon merah yang tersangkut di pohon itu, “seandainya saja ada tangga diseki-“ tunggu.. tangga? Aku menyunggingkan sebuah seringaian.

“Changmin-ah, jongkok sekarang juga!” aku suka ideku ini, “A.. apa? Jangan berkata kau..” kata Changmin tergagap. “Ya, tentu saja. Cepatlah!”

“Hahaha.. Matilah kau, Changmin-ah.” Hey, dia pikir aku ini seberat kuda nil? “Yah! Jangan tertawa. Kau juga harus menggendongku!” aku menatap Yoochun tajam, seketika ia menghentikan kekehannya. “Mwo? Aku juga? Tidak!”

“Huwaaaaa~~” gadis kecil itu kembali menangis. “Lihat? Kau telah membuatnya kembali menangis. Changmin cepat berjongkok! Dan kau, naik ke bahu Changmin!” mereka pun melakukan perintahku dengan wajah malas. Kemudian aku naik ke bahu Yoochun, “Changmin-ah ke kanan sedikit.” kataku, ah.. hampir saja aku mendapatkannya. “Kau terlalu ke kanan, ke kiri sedikit! Aku tak dapat menjangkaunya.” Setelah beberapa lama akhirnya aku pun mendapatkannya.

“Hyu.. hyung.. aku sudah tidak kuat.” teriak Changmin, aku dan Yoochun menjadi panik, “Changmin (tahan) cepat (dulu) berjongkok!” seruku dan Yoochun bersamaan. Namun sedetik kemudian..

BRUUK

Kami bertiga jatuh, dan aku yakin akulah yang paling merasakan sakit, “Aww.. appo.” ringisku. Tiba-tiba aku mendengar suara tepukan tangan. Aku mendapati beberapa orang memandang kami seraya bertepuk tangan, termasuk Yunho hyung dan Jaejoong hyung yang tadi menghilang entah kemana. “Gomawo, oppa..” kata gadis itu manis setelah aku memberikan balon itu kepadanya, lalu ia mengecup pipiku. Ia melakukan hal yang sama pada Yoochun dan Changmin, kemudian pergi meninggalkan kami.

“Aku menyesal tak membawa kameraku, hahaha..” Yunho hyung menertawakan kami. “Aiiisshh.. Ini tak lucu, hyung. Kami kan sudah berbaik hati membantu gadis kecil itu.” kata Changmin cemberut. “Darimana saja kalian, hyung?” tanya Yoochun.

“Kami hanya berkeliling di sekitar sini, dan kami menemukan sebuah tempat yang sangat indah di atas bukit sana.” tunjuk Jaejoong hyung ke sebuah bukit yang nampak kehijauan dari kejauhan. “Hanya berkeliling? Dengan berpegangan tangan?” aku mengernyitkan dahi, dengan cepat mereka melepas genggaman tangan mereka.

“Hey, apa yang salah?” sembur Yunho hyung. Tidak ada yang salah memang, namun senyum sumringah mereka menjadikanku sedikit penasaran. Ketika Yunho hyung sudah melotot seperti ini, aku tak berani menentangnya, “Ani, gwaenchana.” kataku untuk menyudahi sebelum aku ditelan bulat-bulat olehnya.

“Ah, bagaimana kalau kita ke bukit itu saja? Kalian pasti akan kecewa jika melewatkannya.” ajak Jaejoong hyung. “Hmm.. Baiklah, kedengarannya menarik.” sahut Changmin. “Apakah ada wanita-wanita cantik disana?” tanya Yoochun antusias.

“YAH! Apa-apaan kau ini, huh? Lantas kenapa jika ada wanita-wanita cantik disana? Kau mau menciumnya? Cium saja pantatku!” teriakku cukup keras, dan semuanya tertawa kecuali Yoochun. “Sudahlah, lebih baik kita segera kesana sebelum hari mulai gelap.”

Ya, kini senja pun telah tiba, menyisakan semburat kemerahan di langit biru nan luas membentang. Bayangan pepohonan semakin samar-samar terlihat. Kami melangkahkan kaki ke atas bukit kecil yang tak jauh dari bibir pantai. Aku begitu takjub akan keindahan yang terhampar di depan mataku. Tempat ini begitu sunyi dengan rerumputan yang tumbuh menyelimuti permukaan tanah, setinggi betis kaki orang dewasa. Beberapa kupu-kupu berterbangan kesana kemari seakan-akan ini adalah kebun bunga yang mengundang mereka untuk singgah kemari. Dan ketika aku melihat ke sisi kanan, aku dapat melihat debur ombak yang tak terlalu tinggi namun terkesan menawan terlihat dari atas sini. “Waaaah.. Indah sekali.” gumam Changmin di sampingku.

“Eh? Apa itu?” kata Jaejoong hyung seraya menunjuk sesuatu berwarna putih yang bergerak-gerak diantara rungkutnya rerumputan. “Itu kelinci, hyung. Aaaahh, lucu sekali.” pekik Yoochun kegirangan. Ia pun mencoba mengejarnya, Changmin dan Jaejoong hyung yang melihat tindakan Yoochun mengikuti di belakangnya, sementara Yunho hyung hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku lebih memilih duduk di bawah sebuah pohon willow besar untuk menikmati indahnya laut dari ketinggian.

“Hey, kau tak bergabung dengan mereka?” ucap Yunho hyung sembari duduk di sampingku. “Hahaha.. Tidak, hyung. Aku lebih suka menikmati suasana tenang seperti ini.” Aku menghela nafas dalam-dalam,”Suasana ini membuat pikiranku menjadi lebih segar, jarang-jarang kan kita mendapatkan ketenangan seperti ini? Tanpa sorotan kamera.. tanpa pertanyaan-pertanyaan dari wartawan.. tanpa gangguan dari fans-fans yang terlalu fanatik.. Biasanya kita pergi berlibur sekaligus untuk melakukan konser, namun tidak untuk kali ini. Aah, sangat menyenangkan.Kau tahu? Setelah kita dipersatukan kembali seperti sekarang, aku merasa seperti terlahir kembali.. dan aku merasa lebih bebas. Sepertinya semua beban dipikiranku telah musnah.”

Dipersatukan kembali? Apakah aku belum menceritakannya kepada kalian? Baiklah, sejak pertengahan tahun ini kami telah kembali berlima. Ini benar-benar merupakan suatu hal yang.. besar bagi kami khususnya, tatkala CEO baru SM Entertaiment, Suk Chun-shi membela kami dan ia menunjukkan data keuangaan TVXQ yang sebelumnya tak pernah ditunjukkan di saat persidangan di pengadilan sehingga kami pun memenangkan persidangan itu. Aku tak tahu apa yang telah dipikirkan olehnya sehingga mati-matian membela kami. Apa ia tak berfikir akan dampak yang bisa ditimbulkan karena perbuatannya?

Ah, entahlah. Yang ku tahu, beliau sangat-sangat berjasa bagi kami berlima dan jasanya tersebut tak dapat ternilai dengan apa pun. Kini kami tak lagi bernaung di bawah SM Entertaiment, kami telah menciptakan sebuah manajemen sendiri dengan nama Dong Bang Shin Ki Group. Tidaklah mudah untuk mendirikan perusahaan kami sendiri, namun dengan keyakinan dan kepercayaan serta dorongan yang di berikan oleh semua pihak, terutama Cassiopeia dan BigEast apa yang kami cita-citakan sedari dulu akhirnya dapat terwujud.

Aku meluruskan kakiku, kulihat wajah Yunho hyung di sampingku yang tersenyum penuh arti. “Kenapa kau tersenyum sendiri, hyung?” aku mengerutkan dahi keheranan.

“Hidup itu sulit, Junsu-ah. Terkadang apa yang kita inginkan tak sejalan sesuai rencana yang telah kita buat. Oleh karena itu di dalam hidup dibutuhkan perjuangaan.. Jika orang berfikir bahwa jalan yang kita tempuh selama ini untuk membuat kita kembali bersatu merupakan cobaan yang sangat berat, sesungguhnya hal yang jauh lebih sulit adalah membina apa yang telah kita peroleh saat ini. Kebersamaan yang telah kita dapatkan kembali ini harus kita jaga untuk selamanya. Demi kita.. dan juga orang-orang yang mengasihi kita..” ucap Yunho hyung.

Aku berpaling melihat ketiga saudaraku yang masih saja berusaha menangkap seekor kelinci liar, menyenangkan sekali rasanya bisa melihat mereka tertawa dengan riang. Tawa mereka memberikan kehangatan tersendiri untukku. “Kau benar, Yunho hyung.” kataku tak berpaling dari ketiga sosok itu, “Kalian adalah salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadaku. Aku tak akan menyia-nyiakannya.” sambungku sambil tersenyum.

“Yah! Aku mendapatkannya! Woohooo..” sorak Yoochun girang. Ia tersenyum lebar seraya mencengkeram kedua telinga si kelinci dan memperlihatkannya kepada kami. Karena terlalu bersemangat, ia sampai tak menyadari bahwa kelinci itu meronta-ronta dan akhirnya terlepas dari tengannya. “Baboya! Kau membuat kelinci itu lepas lagi, Yoochun-ah!” bentak Changmin. “Kau ini bagaimana sih, Yoochun-ah?” tambah Jaejoong hyung.

“M.. mwo? Aiish.. Ayo kita cari lagi. Pasti tak jauh dari sini.” kata Yoochun. “Hey, biarkan dia pergi. Dia juga ingin bebas.” ucap Yunho hyung setengah berteriak. “Ah, ya sudah. Kita kejar kupu-kupu saja. Disini ada banyak.” ujar Jaejoong hyung yang langsung dibalas anggukan bersemangat dari Changmin dan juga Yoochun. Dasar mereka.. Tetapi bagaimanapun juga aku tetap mencintai mereka.

Dan kini semuanya telah berakhir.. Jaejoong hyung bisa memasak sesuka hatinya seperti dulu, Changmin bisa memakan apapun yang ia inginkan karena Jaejoong hyung selalu bersedia memasakkan apapun untuknya, seperti yang pernah ia katakan dahulu. Sementara Yunho hyung.. Ia akan segera mewujudkan mimpinya ketika 3 tahun yang lalu ia berkata bahwa ia ingin menggelar konser keliling dunia bersama keempat member lainnya. Dan Yoochun.. ah, aku tak mau membahas orang yang satu ini. Yang jelas, aku sangat bahagia saat ini. Tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata akan betapa indahnya kebersamaan yang telah kami peroleh kembali setelah melewati jalan penuh cobaan selama ini. Dan.. ya, semuanya telah berakhir.



___ THE END ___



Ingat, ini hanyalah sebuah fanfiction. Keanehan, kemustahilan, dan sebagainya mohon dimaklumi XD
Maaf banget, terutama untuk Niekfest unnie jika ceritanya mengecewakan..Jeongmal mianhamnida, unnie-ya jadinya jelek begini
TT_____TT

O ya, saya juga berharap tidak ada HoMin STAND atapun JYJ STAND lagi..
Ingat jika JYJ pernah berkata bahwa mereka masih merupakan bagian dari TVXQ, kan? Semoga tak akan ada perpecahan lagi antara Cassiopeia..

ALWAYS KEEP THE FAITH!!! :D

I Realize I Love You Chapter 2

Main pairing: MinJae, slight YunJae (bastard!Yunho)

Author:Icha ssiopeia



Note: Mian buat fans2nya Yunho, aku bikin dia jadi badboy disini #Bow



******






Lebih dari 30 menit Changmin merasakan tubuhnya gemetar dan melemas mendengar rintihan-rintihan yang keluar dari mulut Jaejoong, yang bercampur dengan erangan kasar dari kekasihnya, Yunho. Ia tak bisa bergerak, pasrah mendengarkan rintihan dan erangan kasar itu lewat di telinganya. Ia ingin menolong Jaejoong, namun ia tahu kapasitasnya hanya sebagai seorang teman, bahkan hanya seorang tetangga, untuk Jaejoong. Dan ia adalah orang asing bagi permasalahan mereka berdua. Ia tak layak ikut campur. Tapi ia tak dapat bergerak, hanya posisi berjongkok dan memeluk dirinya sendiri yang ia bisa lakukan hingga suara-suara miris itu akhirnya memudar lalu berhenti.



Changmin memastikan suara-suara miris itu telah berhenti.



Dan Changmin pun perlahan-lahan berdiri lalu dengan takut-takut ia kembali mengintip apa yang selanjutnya terjadi.




“Remember this, my Boojae. You can’t get over me. You love me. You’re mine.” Yunho mencium bibir Jaejoong yang berdarah di sisinya.


“….No… never again…”


“Yes you do. I will comeback in anytime, wait for me, my pretty Boojae….” Yunho menepuk-nepuk pipi Jaejoong dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan Jaejoong.


“You….bastard…”




Changmin menyadari Yunho akan keluar dari lorong itu dan melangkah mendekatinya, maka secara refleks Changmin cepat-cepat keluar dari lorong, berpura-pura menjadi pejalan kaki yang sedang menunggu seseorang di bibir lorong.



Benar saja, setelah baru beberapa detik Changmin mengambil pose, Yunho keluar dari bibir lorong dengan wajah kusut. Changmin melihat Yunho melewatinya. Yunho merasa ada seseorang yang menatapnya, ia langsung menengok. Changmin terkejut, ia langsung membuang pandangan dan sibuk dengan handphonenya.

Ia pernah bertemu dengan Yunho sekali, saat Jaejoong membawanya untuk dikenalkan padanya. Changmin berharap Yunho tidak mengenalinya saat Yunho menatapnya dengan tatapan yang Changmin sendiri tidak tahu bagaimana karena ia terus berkutat dengan handphonenya.



Setelah Yunho akhirnya tidak ambil peduli dan sudah tak terlihat, Changmin segera berlari menuju tempat dimana Jaejoong berada.



“Hyung! Hyung! Oh My God…” Changmin berlari secepat kilat. Dan ia langsung panik melihat keadaan Jaejoong saat itu. Di sisi bibir Jaejoong terlihat sedikit bercak darah, di lengannya terlihat samar-samar bekas cengkraman dan disekitar lehernya terdapat bekas isapan. Ia tak tahu bagaimana keadaan dibalik kemeja yang dikenakan Jaejoong, melihat kancingnya saja sudah lepas satu.



Jaejoong sedang berusaha memakai jeansnya kembali sambil sempoyongan. Changmin membantunya agar tidak sempoyongan.



“Changmin-ah..”



“Hyung, are you alright? Gwenchana?”



“….Bagaimana kau tahu aku disini?” Jaejoong yang akan mengambil posisi duduk, sedikit mengaduh kesakitan.



“Hyung, hati-hati…”



“…Min-ah, kau tidak melihat semua itu kan?” Jaejoong menatap his dongsaeng dengan cemas.

Changmin mengambil duduk disamping Jaejoong, “….pertama, aku tidak mengikutimu, hyung, aku kebetulan lewat sehabis pulang dari kampus. Kedua, aku tidak melihat, tapi mendengar…..semuanya….”



“….Oh Changmin-ah…. Mianhae….” Jaejoong tiba-tiba menitikkan airmata, “Kau tidak seharusnya tahu hal ini…. aku hyung yang buruk buatmu…”



“Tidak, hyung….” Changmin memegang tangan Jaejoong yang gemetar. “….You’re still my best hyung…ne?”

Jaejoong mengelap airmatanya dengan tangannya yang bebas, “I hate him, Min. I really hate him. I wanna get over him. Banyak kelakuannya yang membuat rasa sayangku padanya hilang. I …hiks… I hate…hiks…him…”



“I understand it…” Tangan Changmin yang semula memegang tangan gemetar Jaejoong, kemudian berpindah ke atas pundak Jaejoong dan mengusap-usapnya dengan lembut.



“Changmin-ah…. What should I do?!”



Changmin lalu melepas jaket tebalnya dan memasangkannya dipundak Jaejoong. “Sudah malam hyung, diluar dingin sekali. Ayo kita pulang, ne?”



“Tapi aku- bagaimana menjelaskannya pada ibuku?”



Changmin terdiam berfikir.



“Ah, begini saja. Saat melewati restoran umma, kau bilang saja berencana akan mengajariku masak. Dan kau menginap di kamarku. Sounds good enough?”



“….yeah…”



Akhirnya Changmin membopong Jaejoong sampai depan restoran yang sekaligus rumahnya. Disitu Jaejoong berpura-pura berjalan normal dan berkata kepada ibunya seperti yang direncanakan tadi. Lalu setelah “misi” selesai, Jaejoong kembali dibopong oleh Changmin menuju kosannya.





*



“Changmin, gomapta….”



“For what, hyung?”



“For helping me.”



“Nah, anggap saja hutang budiku lunas. Hutang budi atas kebaikanmu setiap hari membawakan aku sarapan.”

Changmin sibuk menggantungkan dan merapikan semua atribut perkuliahan yang menempel di tubuhnya seharian itu. Jaejoong duduk beristirahat di sofa mini sambil tersenyum, memperhatikan dongsaeng-nya sibuk dengan dirinya sendiri. Jaket tebal Changmin masih menempel dibadannya.



“Wanna some tea?” pertanyaan Changmin sedikit menghentakkan Jaejoong. Ia lantas mengangguk.

Jaejoong kembali mmperhatikan gerak-gerik Changmin yang sedang lihai membuat dua gelas teh hangat.



“Min-ah….” Jaejoong memanggil Changmin dengan lembut -mungkin seperti itu yang ditangkap oleh telinga Changmin. Ia pun menengok.



“ Yup?”



“….Nothing,just….ah lupakan saja.”



Changmin menghapiri Jaejoong dan menyodorkan segelas teh hangat padanya. “Hyung…. maafkan aku, aku tak bisa menolongmu karena aku-“



“Tidak Changmin, aku tidak menyalahkanmu. Okay.” Jaejoong menerima teh hangat tersebut dan mengucapkan terimakasih.



“Tapi aku berada disana sampai…sampai…”



“Iya, aku mengerti. Aku lebih bersyukur kamu tidak melihat semua yang terjadi…”



Mereka terdiam sesaat.



Tiba-tiba Jaejoong menyenderkan kepalanya ke atas pundaknya dan memejamkan matanya. “Min-ah… Gomawo.”



“Cheonmaneyo, hyung….”



Dan mereka pun berbincang-bincang ringan seputar hal lucu dan menarik yang pernah mereka alami. Changmin yang memulai itu terlebih dahulu, karena ia ingin hyung-nya melupakan kejadian buruk yang barusan Jaejoong alami, walaupun hanya sejenak. Namun ia tidak memberitahu Jaejoong soal Yeonhee, ia merasa bukan saatnya membicarakan hal itu. Lalu Changmin memaksa Jaejoong tidur di kasurnya, karena Jaejoong lebih pantas disana dengan kondisinya saat ini. Ia baik-baik saja jika tidur di atas sofa atau di karpet saja. Changmin beralasan belum mau tidur karena ia harus menyelesaikan essaynya yang tertunda tadi siang.



Akhirnya Jaejoong pun terlelap, dengan Changmin menemaninya sambil berkutat dengan laptop kesayangannya, membuat essai. Malam ini akan menjadi malam yang panjang baginya.





****



Changmin merasakan kehangatan menyentuh wajahnya, dan itu membuatnya terbangun sambil memicingkan mata. Sinar matahari pagi menyorot langsung ke wajahnya dan membuatnya duduk terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih setengah terbuka, ia melihat jam yang terpajang diatas meja bukunya.



Pukul 07.00 a.m.



Ia masih punya waktu 2 jam untuk bersiap-siap berangkat ke kampus.



Namun ia melihat ada seseorang di dapur mungilnya sedang sibuk menuangkan masakan dari wajan ke piring, dan ia mencium aroma masakan yang sangat menggoda.

Ia baru ingat bahwa Jaejoong semalam menginap di kosannya. Dan sekarang ia sedang membuat sarapan untuknya.



Changmin tiba-tiba merasa hatinya ikut tersinari oleh sinar matahari pagi.



“Hyung?”



Jaejoong dengan tersenyum lebar membawa piring yang berisi hasil karyanya dan menaruhnya diatas meja serba guna. “Sarapan sudah jadi~”



“Kau membuat ini semua?”



“Yup.”



Changmin tersenyum bahagia. Hyung-nya terlalu baik.



“Sekarang kamu mandi dulu, baru boleh memakan sarapannya. Okay.”



“Baiklaaahh….” Ujar Changmin sambil berdiri melangkah menuju kamar mandi. “Kau seperti umma-ku, hyung.”



“Anggap saja begitu.”



“Dan jika kau adalah istriku, aku sudah menghukummu dengan ciuman maut morning kiss!” teriak Changmin dari pintu kamar mandi dan tertawa.



“Coba saja!” Jawab Jaejoong, pipinya sedikit merona.



“Huh, tidak jadi deh. Lebih baik aku mencium umma-ku. Hahahaaha….” Changmin lebih dahulu menutup pintu kamar mandi sebelum Jaejoong melemparnya dengan celemek.



Changmin bahagia, hyung-nya sudah tidak terlihat bersedih lagi.



Setelah ia bersiap-siap untuk berangkat kuliah, lalu melahap sarapan bersama Jaejoong, akhirnya ia bisa mengejar kereta dan mendapat duduk yang nyaman. Sebelumnya ia sudah berpesan pada Jaejoong, jika ia memerlukan bantuannya, segera hubungi ponselnya. Jaejoong berterima kasih atas hal itu.



Pagi ini membuatnya menjadi bersemangat.



Ditambah, saat ia telah menapaki langkahnya di depan kampus, ia sudah disambut oleh Yeonhee. Mereka berjalan bersama hingga persimpangan jalan menuju kelas jurusan masing-masing.



“Changmin-ah, see you again at kantin selatan ne?”



“Huh?”



“My treat….?” Yeonhee tersenyum berharap.



“….yeah, okay.” Changmin membalas senyumnya. Kemudian mereka benar-benar berpisah hingga waktu istirahat nanti.



****



Note: Mian sekali lagi buat fans2nya Yunho, aku bikin dia jadi badboy disini #Bow

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri