[FF] I Hate Loving You - Chapter 2

 

Author: Yessyka WIdy
Requested by: SucciAssri Hyera Orchyd Wullanddarri

Casts:
-          Choi Sanghee
-          Jung Yunho
-          Lee Kiseop
-          Kim Jaejoong

------------------------------------------------------------
Chapter 2
*Review of Chapter 1*
“Kau pikir aku akan melakukan sesuatu? Tapi bagaimana kau bisa tampak takut jika kau berpikir aku tertarik pada pria? Seharusnya kau tak takut, Choi Sanghee. Bukankah aku gay?!” Yunho dengan wajah nakalnya menebah kemejanya dan melangkah pergi, meninggalkan Sanghee dalam keadaan yang tak dapat dibaca.
*End of Review*
~~~~~~
Sanghee masih berdiri mematung di ruangan tua itu. Ia tak habis pikir dengan perkataan Yunho baru saja. Ia tertegun menatap Yunho yang semakin menjauh dan tak tampak lagi.
Apakah Yunho sedang menantangnya? Atau memang benarkah Yunho gay?
Yunho berjalan menuju sebuah meja di kantin gedung fakultasnya, tampak pria bernama Kim Jaejoong itu sedang meneguk segelas jus buah.
“Ya, Jaejoong~!” seloroh Yunho seraya duduk di bangku depan Jaejoong.
“Ya. Kau ini lama sekali.”
“Mianhae, aku harus menyelesaikan sesuatu terlebih dulu.”
“Apa? Gadis itu?” Tanya Jaejoong sembari mengaduk jusnya.
Yunho hanya menyunggingkan bibirnya, menyeringai, “Ya! Kau harus membantuku.”
“Apa?”
“Berpura-puralah menjadi pasanganku.”
“YA!! KAU GILA??” pekik Jaejoong seketika berdiri tak percaya dengan apa yang dikatakan orang yang sedang duduk santai di depannya itu.
“Aish, jangan keras-keras.” Bisik Yunho melekatkan jari telunjuknya di bibir.
“Kau kira aku gay huh?”
“Kau gay?”
“Sesange.. apapun alasanmu aku tak mau melakukannya. Aku masih pria normal, Yunho. Aku mencintai wanita. Dan bukan pria.” Tolak Jaejoong.
“Jebal, Joongie~“
“Kau melakukannya karena gadis itu?”
“Entahlah, hanya saja aku suka bermain-main dengannya.”
“Bermain dengan cara mengiyakan fitnahnya? Kau gila?”
“Entahlah, aku suka melihat ekspresinya saat aku menggodanya dengan sikap ‘gay’ku.”
“Kau menyukainya?” terka Jaejoong.
“Menyukainya? Kau gila?” pekik Yunho menangkis dugaan Jaejoong yang menurutnya tak masuk akal.
“Bukan aku yang gila, tapi kau.”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sanghee duduk di sebuah bangku di taman gedung fakultasnya. Ia tampak sibuk membersihkan lensa kameranya. Bahkan ia tak tahu kalau sudah 2 menit seorang pria duduk disampingnya.
“Ya! Kau mengabaikanku?” protes Kiseop. Ia tak habis pikir temannya ini tak menyadari keberadaannya.
“Oh, oppa!” tegur Sanghee setelah menoleh kesampingnya, “Aku tak tahu kau ada disini.” Kikiknya.
“Aish, kau terhanyut  dengan kameramu atau terhanyut dengan lamunanmu?”
“Anni, aku sedang membersihkan kameraku.” Jawab Sanghee menunjukkan kameranya seraya memperlihatkan deretan giginya.
“Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, Sanghee-ah.”
“Aku tak sedang melamun, oppa.” Sergah Sanghee memalingkan wajahnya.
“Hanya dengan melihat matamu, aku sudah tahu. Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Kiseop, ia memang sangat mengerti Sanghee. Dan ia memang sangat ingin Sanghee menganggapnya menjadi orang yang dapat dipercaya, “Yunho-ssi?”
Satu nama itu membuat Sanghee mendongak, ia hanya memberikan tatapan menerawang pada Kiseop. Tanpa ia katakan pun, orang yang ada di depannya sudah mengetahuinya.
“Kau ingin mengakhirinya?”
“Aku tak tahu, oppa. Aku merasa bersalah padanya. Aku tak tahu harus mengatakan apa” jawab Sanghee menunduk.
“Seharusnya sebelum semua ini terjadi kau harus memikirkannya dulu, Sanghee. Kabar ini sudah sampai ke telinga para dosen, dan kita bisa menduga tak akan lama lagi ayah Yunho-ssi pun akan segera mengetahuinya.”
Sanghee hanya terdiam.
“Kita tahu bahwa sifat ayah Yunho-ssi tak jauh beda dengan Yunho. Kaku, keras kepala. Mungkin saja ia akan menghukum anaknya, lebih parahnya lagi kau juga akan terseret ke dalam masalah itu.” Lanjut Kiseop. Ia tak bermaksud serba tahu, ataupun menggurui Sanghee, namun ia ingin Sanghee dapat mengenali dirinya sendiri, karena Sanghee yang ia hadapi sekarang bukan Sanghee yang ia kenal.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Diamlah.” Bisik Yunho seraya mengalungkan tangannya di bahu Jaejoong yang tampak merasa tak nyaman dengan ‘sikap’ Yunho.
“Aish..” gumam Jaejoong saat menyadari ada Sanghee yang berjalan melewati mereka.
Beberapa mahasiswi yang juga melintasi mereka kini tampak sangat terkejut dengan ‘sepasang kekasih’ ini. Bagaimana tidak, 2 ‘kingka’ di universitasnya ini menunjukkan gerakan yang tak normal.
Sanghee hanya terdiam, ia tak berani mengangkat wajahnya hanya untuk melirik Yunho dan Jaejoong yang tengah asyik dengan dunia mereka sendiri.
“Kau membuatku gila, Jung Yunho.” Pekik Jaejoong menampik tangan yang sedari tadi mendarat di bahunya.
“Apa hanya karena dia kau melakukan ini? Kau tak memikirkan pendapat orang lain huh? Bagaimana kalau ayahmu mengetahui hal ini? Bukan hanya kau yang akan dapat masalah besar, tapi aku juga. Kau ingin ayahmu melempar tasmu dan mengusirmu dari rumah huh?” celoteh Jaejoong memborbardir Yunho dengan runtutan nasehatnya.
“Aish, kau seperti perempuan saja. Banyak bicara.”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“JUNG YUNHO, KAU BENAR-BENAR MEMBUAT APPA KECEWA!” bentak ayah Yunho, sebenarnya ia memang tak sepenuhnya mempercayai semua itu. Namun bukti yang membuatnya berpikir bahwa anaknya bias saja memang seperti itu.
“APA KAU MEMANG BERBEDA DENGAN LAINNYA? KAU MENYUKAI PRIA? HUH?” Yunho hanya menunduk diam, ia tak berani menjawab, kalaupun ia benar dan menjawab semuanya akan sia-sia, ayahnya akan tetap menghukumnya.
“AYO, JAWAB APPA!” teriak ayahnya menarik dasi yang mengikat lehernya.
“Mianhada, appa.” Jawab Yunho menghela napas. Ia sangat ingin menjelaskan bahwa semua itu fitnah, namun melihat keadaan ayahnya yang sudah naik darah, tak mungkin baginya menjelaskan itu karena pada akhirnya siapapun yang salah, ia akan mendapat hukuman.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah beberapa hari Sanghee merasakan ada yang kurang, entah apa, perasaan itu membuatnya bingung. Terkadang ia pun mencari seseorang yang entah iapun tak tahu.
“Kenapa sedari tadi kau mondar-mandir saja?” Tanya Kiseop yang sudah merasa jengah melihat Sanghee berjalan kesana kemari di hadapannya.
“Aku juga tak tahu, oppa. Perasaanku sering tak enak.” Jawab Sanghee menghel napas, dan akhirnya mendaratkan pantatnya di kursi samping Kiseop.
“Apa yang membuatmu merasa tak enak? Apa kau sedang memikirkan sesuatu? Kau tampak gelisah, Sanghee.” Ungkap Kiseop mengamati raut muka Sanghee.
Sanghee menarik napas panjang, ‘Apa yang sedang kupikirkan?’ batinnya. Bahkan ia sendiri tak mengetahui apa yang sedang ia pikirkan, dan apa yang telah membuatnya gelisah.
“Kau seperti kehilangan jiwamu, Sanghee. Diam dan pikirkan baik-baik, kau harus mengenali dirimu sendiri, kau harus dapat mengendalikan dirimu sendiri. Aku merasa kehilangan Sanghee yang dulu yang selalu tertawa riang di hadapan semua orang. Sekarang kau berbeda, awalnya aku yakin aku mengenalimu, tapi sekarang aku seolah sedang berhadapan dengan orang asing.” Ulas Kiseop mengungkapkan semua yang ia rasakan, ia sangat peduli pada Sanghee. Ia tak ingin Sanghee hilang dalam kebimbangannya sendiri.
Seketika mereka terdiam, terhanyut dalam angan-angan mereka masing-masing. Jauh dari sepengetahuan Sanghee, di balik semua sikap peduli Kiseop pada Sanghee, Kiseop tak menganggapnya hanya sebagai seorang adik, ia mencurahkan semua perhatiannya pada Sanghee dalam hubungan antara wanita dan pria, ia ingin Sanghee tahu bahwa ada seorang pria yang sangat peduli padanya. Namun keberanian untuk memperlihatkannya terhalang oleh rasa takutnya jikalau Sanghee mengetahui semua itu, ia akan menjaga jarak dengannya, karena Kiseop tahu bahwa Sanghee tak memiliki perasaan yang sama padanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jaejoong berdiri menyandarkan tubuhnya di sebuah pilar di dekat ruang latihannya, ia ingin melakukan sesuatu, ia memang tak berniat mencampuri urusan orang lain, namun ia sangat ingin membantu temannya.
“Hyung, apa yang sedang kau lakukan?” Tanya pria bertubuh jangkung seraya menepuk bahunya.
“Oh, anni Changminnie~”
“Ayo kita berlatih, satu bulan lagi kita akan tampil di acara kampus.” Ajak Yoochun menarik Jajeoong ke dalam.
“Sayang Yunho hyung masih belum bisa berlatih dengan kita.” Gerutu Junsu mengerucutkan bibirnya.
“Sudahlah, tak akan lama ia menerima hukuman itu.” Jawab Jaejoong membuat suasana yang cerah, meski pikirannya sedang tak disana.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Di sebuah rumah mewah di Cheongdam-dong, seorang pria tampak sedang malas melakukan segala hal, kamarnya yang berantakan dengan pakaian, remah-remah makanan ringan dan tampak begitu tersebar memenuhi ruangan kamar itu, ia merebahkan tubuhnya di ranjang nyaman itu sambil menyematkan earphone dan mendengarkan lagu dari IPodnya.
Sebuah hukuman yang mungkin masih bisa dikatakan hukuman indah kini sedang Yunho terima, untuk 2 minggu ayahnya melarangnya keluar dari rumah. Ayahnya masih sangat malu dengan kelakuan anaknya itu, sementara ayahnya sedang berusaha membuat semua orang di universitas tempat ia menanamkan saham tetap menghormatinya meski hal itu diragukan sekarang, mengingatkan tingkah anaknya yang dianggap ‘tidak normal’.
Perlahan-lahan, tanpa sepengetahuan orang tua dan pembantu di rumahnya, Yunho berjalan mengendap-endap keluar, berusaha kabur, mencari udara segar di luar sana. Ia bukan anak yang bisa diam di dalam rumah tanpa melakukan apa yang ia inginkan dengan bebas.
Tak lupa ia memakai hoodie dan topinya, mengantisipasi kemungkinan terangkap basah oleh keluarganya. Ia berjalan santai di tepian jalan mengamati hiruk pikuk penduduk yang sedang lalu lalang dengan aktivitas mereka masing-masing.
Dan dari arah yang berlawanan tampak seorang gadis menggunakan jaket bulu dan syal yang melingkar erat di lehernya, serta penutup telinga yang tampak hangat  menempel di kepalanya.
Sanghee yang sedari tadi tak memperhatikan jalan, menabrak Yunho, yang sebenarnya memang Yunho sengaja berjalan tepat ke arah Sanghee.
“Mianhamnida.” Ucap Sanghee membungkuk tanpa melihat terlebih dulu siapa yang ia tabrak, “Oh, Jung Yunho.” Gumamnya saat tatapan tertabrak pada tatapan tajam yang tak asing baginya.
Yunho hanya terdiam, mengamati gerak Sanghee, sejujurnya ia sedang mengamati wajah yang ia rindukan.
“Uhm Yunho-ssi. Bisa kita bicara berdua?” pinta Sanghee.
“Bicara saja.” Jawab Yunho dingin, namun perlahan menghangat saat melihat wajah cemas itu, di dalam hatinya ia sangat ingin memeluk gadis di depannya itu.
“Uhm.. bisa kita berbicara disana?” ajak Sanghee, namun ia tak mendapat jawaban apapun dari Yunho, yang membuatnya tak nyaman dengan atmosfer itu, “aku hanya ingin duduk saja, dan kita berbicara dengan nyaman.”
“Baiklah.” Yunho berjalan di belakang gadis bertubuh mungil itu, ia amati punggung Sanghee, perlahan ia menyadari bahwa ia memang merasakan perasaan yang aneh di dalam dirinya. Namun ia pendam hal itu dalam-dalam, karena ia tak ingin mengetahuinya semakin jauh lagi.
Mereka duduk terdiam di dalam kedai makanan di pinggir jalan itu, entah apa yang ada di dalam pikiran mereka. Baik Yunho maupun Sanghee bingung untuk memulai pembicaraan.
“Uhm, Yunho-ssi, mianhada. Aku.. sebenarnya aku tak berniat untuk mengatakan hal itu. Aku benar-benar minta maaf. Aku merasa sangat bersalah. Aku tak menyangka kalau perkataanku itu membuat semua mahasiswa percaya. Aku… minta maaf.. maukah kau memaafkanku?” terang Sanghee menunduk, tak berani menatap mata Yunho.
Yunho masih terdiam, angannya masih melayang. Bahkan ia tak pernah berpikir Sanghee akan meminta maaf padanya. Ia tak berpikir sejauh ini. Bahkan di hatinya ia tak merasa Sanghee melakukan kesalahan besar. Ia juga tak merasa terusik dengan pikiran mahasiswa-mahasiswa di universitasnya, ia juga tak merasa bersalah pada orangtuanya.
“Yunho-ssi, mianhada..”
“YA, JUNG YUNHO!!! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?” Teriak seorang pria paruh baya yang baru saja masuk di kedai kecil itu.
Pandangan Sanghee dan Yunho pun saling bertabrakan setelah menatap pria paruh baya itu.
“Aish, appa.” Gumam Yunho, dan tanpa pikir panjang ia langsung menarik tangan Sanghee dan beralari keluar, meninggalkan ayahnya yang sudah naik pitam itu.
“Yunho-ssi, kenapa kau mengajakku berlari? Bukankah beliau ayahmu?” Tanya Sanghee terengah-engah mengikuti langkah Yunho yang lebih panjang darinya.
“Sudahlah, kita harus menghindarinya.” Jawab Yunho sekenanya, ia terus berlari tak tentu arah, kalau sampai ayahnya menangkapnya, hukuman pun akan semakin berat ia terima.
Entah apa yang membuat Sanghee terus berlari dengannya tanpa protes ia mengikutinya, sebuah senyuman terlukis di wajahnya.
Baru kali ini ia merasa jantungnya semakin terpacu kencang, aliran darahnya pun terasa memanas. Langkah larinya pun semakin kencang tanpa merasa lelah, dan meski salju tengah turun perlahan, menciptakan cuaca yang begitu dingin, ia merasa tangan kanannya semakin menghangat, terasa nyaman dalam genggaman tangan pria itu.

-To Be Continued-
March 10th, 2012
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Annyeong.. mianhada.. I’m a bad author,, telat banget ngupdate FFnya.. bener-bener gak ada ide nulisnya, ini mungkin terkesan gaje yah. .>< dimohon RCL nya.. ^^ semoga Suci saeng dan my beloved readers gak kecewa.. huhu~
dan maaf aku hanya  ngetag buat nae chingudeul yg udah RCL di chappie sebelumnya.. ^^

 ·  

{ 0 comments... Skip ke Kotak Komentar }

Tambahkan Komentar Anda

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri