Premier Amour

Everyone says, ‘girls are prideful’, so to you too

and everything could be clear with just a solitude, of these two mute lips.

Cause silence speaks louder than words


Author : leechira

Genre : Fluff, Romance

Length : ficlet

Rated : G

Language : Indonesian

Cast :

SNSD – Seo Joohyun

TVXQ! – Shim Changmin

BSM :

f(x) – So into U



Note : Warning! Tema FF ini sangat amat teramat pasaran, i know~

**



Gadis itu memeluk erat dua buku tebal di dadanya seraya berjalan mantap keluar dari lorong rak-rak buku tempat ia bermukim sejak sekitar sepuluh menit yang lalu. Perpustakaan kampus saat itu tetap tenang, sekalipun keadaan sedang ramai-ramainya, berbagai spot telah dipenuhi oleh orang-orang.

Tapi ia tahu arah tujuannya. Dengan mantap ia berbelok ke kanan dan berjalan lurus ke arah barat. Ia tahu betul bahwa sayap barat dari ruang baca perpustakaan itu tak akan terlalu ramai, bahkan terkadang agak sepi karena letaknya yang jauh dari peradaban perpustakaan. Meja paling ujung tepat di depan rak-rak buku berisikan biografi dan autografi para ilmuwan dan tokoh-tokoh dunia lainnya.

Ia tersenyum lega dan lekas mengambil posisi duduk di bangku ketiga dari ujung yang menghadap ke pintu dalam perpustakaan.

Bangku ketiga dari ujung, menghadap ke arah utara.

...

Ia masih polos dan suci, begitupun dengan hatinya. Ia bahkan tak sadar bahwa cupid sedang menembakkan panah asmaranya pada gadis itu saat gadis itu rela menghabiskan waktu akhir pekannya – waktu paling berharga baginya – dengan mengurung diri di dalam perpustakaan selama seharian penuh demi membaca buku yang bahkan sudah tiga kali ditamatinya hanya demi berada dalam radius dua meter dengan sosok itu.



Bangku kedua dari ujung, tepat diseberangnya, menghadap ke arah selatan.

Joohyun sekali-kali mencuri pandang pada sosok di seberangnya. God, mereka bahkan hanya dipisahkan oleh sebuah meja baca!

Ia memiliki hobi baru menghabiskan akhir pekannya dengan membaca buku tentang manajemen diri dan dongeng-dongeng dari negeri putri buatan Walt Disney itu di tempat favoritnya – bukan dengan maksud melupakan si Keroro-nya. Hal itu mungkin akan terdengar membosankan karena ia benar-benar mengorbankan waktunya yang berharga, tapi ia tak menyesal.

Karena ia, Seo Joohyun, tahu betul bahwa sosok yang kemudian menjadi motivasinya dalam belajar – melebihi motivasi akan persaingan dengan rivalnya di kelas – itu akan selalu berada di tempat yang sama dan waktu dan keadaan yang sama pula.

Ia tak tahu siapa nama laki-laki itu, ataukah bagaimana latar belakang keluarga dan pendidikannya. Tapi ia hanya tahu satu hal : bahwa ia merasa laki-laki itu berbeda dari laki-laki yang lainnya. Laki-laki itu, sepengamatan Joohyun – oh bahkan gadis itu benar-benar memerhatikannya dengan detail – laki-laki itu telah membaca tepat enam buku dengan judul yang berbeda terhitung sejak pertama kali ia menemukan ‘sosok’ di hadapannya ini sembilan minggu yang lalu. Dan yang membuat Joohyun heran, mengapa laki-laki itu tak meminjam saja buku-buku itu dan membawanya pulang untuk dibaca? Kenapa ia harus mengorbankan tulang punggungnya lelah karena membaca dengan posisi yang sama selama berjam-jam sedangkan ia dapat membacanya di rumah dengan posisi yang lebih nyaman? Dan masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin diutarakannya, andai saja mereka memiliki kesempatan – atau lebih tepatnya gadis itu memiliki inisiatif – untuk berbicara satu sama lain, daripada hanya duduk diam bagaikan dua patung batu tanpa keterkaitan.

But yeah still, they were strangers after all..

Joohyun menanggalkan sejenak bahan bacaan di tangannya dan secara tak sadar menatap laki-laki itu dengan intens, larut dalam pikiran akan rasa penasarannya terhadap laki-laki itu. Dan kurang dari semenit kemudian, gadis itu tertegun dan langsung menundukkan kepalanya menatap ke bawah saat laki-laki itu akhirnya mengangkat kepalanya dan balas menatap Joohyun dengan dalam.

Tak ada ekspresi di raut wajah laki-laki itu, datar.

Namun melihat wajah Joohyun yang memerah karena malu, ekspresi laki-laki itu melembut. Dan gadis itu bersumpah bahwa ia sempat menangkap seringaian kilat di wajah orang di hadapannya.

**

[BG : f(x) – So into U ]

http://www.youtube.com/watch?v=zcR0REVZEkA



Biasanya saat Joohyun datang, kursi itu sudah akan terisi oleh sosok yang sama.

Biasanya laki-laki itu akan duduk bersandar pada sandaran kursi yang empuk, tangannya memegang buku yang sedang dibaca secara kasual sambil sekali-kali memperbaiki letak kacamata di jembatan hidung mancungnya.

Biasanya laki-laki itu akan datang lebih dulu dan Joohyun akan pulang setelah laki-laki itu pulang.

Biasanya laki-laki itu tak akan pernah absen tiap hari Sabtu dan Minggu di perpustakaan ini untuk membaca.

Biasanya..



Terlalu banyak kata ‘biasanya’ di kepala gadis itu. Ia baru saja terhenti di tengah jalannya saat menyadari spot favorit (mereka)-nya kosong tak berpenghuni. Tapi ia memutuskan untuk menunggu, mungkin saja laki-laki itu terlambat datang. Bagaimana pun ia hanyalah manusia biasa.

...

Lewat tengah hari dan laki-laki itu belum juga menampakkan tanda-tanda kedatangan. Gadis itu bahkan hampir menyuruh orang lain yang duduk di bangku laki-laki itu untuk berdiri dan mengambil bangku lain karena bangku itu telah berpemilik. Ironic, how could it be..?

...

Joohyun menatap keadaan di luar gedung perpustakaan dengan sedih. Musim dingin. Ia mencoba untuk berbesar hati dan berpikiran positif, mungkin saja laki-laki itu memiliki urusan pribadi lain yang lebih penting dan darurat daripada sekedar membaca?

Langit mulai gelap. Dan dengan kekecewaan yang menyelimutinya, akhirnya gadis itu memutuskan untuk pulang ke rumah.

**



Dua minggu berlalu dan bangku itu tetap saja kosong, dua minggu terakhir bahkan seolah tak ada satupun yang berniat menempatinya. Dan Joohyun hanya menatap kosong ke depan. Ia kehilangan salah satu sumber kebahagiannya.

...

Joohyun sedang berjalan melewati meja penjaga perpustakaan menuju tempat penitipan barang saat sang librarian memanggilnya. Ia menoleh dan mendapati librarian itu berjalan ke arahnya, menyodorkan sebuah kertas ke arahnya. Penasaran, ia membuka lipatan kertas itu dan membacanya.



Aku berangkat ke Jepang untuk melanjutkan studiku dan tak akan berada di sini untuk kurun waktu yang lama.

Apa yang akan kau lakukan sekarang?

PS : Namaku Changmin, Shim Changmin.



Joohyun melotot membaca isi surat pendek itu dan menanyakan siapa pengirim suratnya yang hanya dijawab oleh sang librarian, ‘Seseorang yang sering duduk di pojok barat sana. Dia memintaku memberikannya padamu sekitar tiga minggu yang lalu.’

**



Seo Joohyun’s diary :

Cuaca akhir-akhir ini benar-benar mengerikan. Seharusnya ini masih musim gugur kan, tapi kenapa suhunya mulai turun drastis? Salju bahkan sudah mulai turun sejak minggu lalu. Sudahlah mengeluh tentang cuaca.

Dan tugas kampus benar-benar membunuh. Nilai responsi-ku mulai menurun, bagaimana ini? Syukurlah yang lain baik-baik saja. Harus semangat belajarnya! Dan ah, membahas tentang belajar. Bagaimana keadaan si Shim Changmin itu? Sampai berapa abad lagi ia baru akan kembali? Ini bahkan sudah lewat lima tahun!

Sudahlah, lupakan kekecewaan. SEO JOOHYUN, SEMANGAT ^o^!!



-SeoRoRo-

...



Joohyun berlari-lari kecil meloncati genangan-genangan air, di bawah hujan salju dengan tangan kanan yang erat memegang pegangan payung dan tangan kiri menempelkan ponselnya ke telinga. Ia sedang menghubungi librarian untuk meminta bantuan, agendanya tak berada di dalam tasnya saat di berada kelas tadi, dan ia berasumsi meninggalkannya secara tak sengaja di perpustakaan. Seraya mendeskripsikan wujud agendanya kepada sang librarian di seberang sambungan telepon sana, ia berpikir mengenai tempat lain kemungkinan ia meninggalkan agendanya itu.

Gadis itu hanya berjarak empat langkah dari pintu perpustakaan saat ia membeku mendapati sesuatu - atau lebih tepatnya seseorang - di depannya. Laki-laki itu baru saja keluar dari perpustakaan, sedang berjalan keluar dengan tas ransel hitamnya.

Sama seperti dirinya, laki-laki itu juga terdiam di tempatnya saat ia menyadari kehadiran Joohyun di hadapannya. Ia menatap gadis itu tepat di matanya, intens. Dan begitupun sebaliknya, Joohyun masih menatap laki-laki itu dengan tatapan yang sama, seperti dulu.

Terpaku di tempat masing-masing, terpisah empat langkah jauhnya, hanya saling menatap di bawah rintik salju di musim dingin ini. Namun bahkan tatapan sanggup menghangatkan diri mereka berdua, dan keheningan itu cukup memberikan rasa nyaman.

Sampai akhirnya Changmin memecah keheningan di antara mereka, tersenyum lembut dan menunjukkan mismatched-eyes-nya.

‘Hey, long time no see.’

**



It’s like you’re uninterested, it’s like you’re always busy,

and it’s like you think if you call first,

you’re losing a game,

i’ve always been like that too,



You’re different this time,

you’re a different person somehow, listen,

i don’t want to lose you,

i don’t think you’ll ever come back again,



So tell me what’s up,

to have my heart,

without having to hide,

with a little more love,

i want to deliver my heart,

and tell you, looking straight into your eyes,

so into u,



Although i miss you; although i want to hold you,

as if it was a habit to back off when someone approached me,

i’m someone who did that to everyone,



Everyone says,

girls are prideful,”

so to you too,

even if you try to protect me,

i need you, i want you,



These words are hard to say,

but i’ll find the courage to say them, oh,

i don’t want to lose you,

i don’t think you’ll ever come back again,



-FIN-



Woooo, akhirnya ff ini jadi. Bikin ff ini pusing, sampai saya sendiri juga gatau isi ceritanya apa, hahaha. Mian! *bow. Btw, adakah yang mengerti?

Maafkan kehancuran bahasa dan diksi dalam ff ini. Once again, so sorry -.-

Cristism and comment like oxygen..

{ 0 comments... Skip ke Kotak Komentar }

Tambahkan Komentar Anda

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri