Lovin You

Author:~>Miev Isnaeni


Cast :

> Min Sung Rin (OC)

> Kim Jaejoong DBSK

> Other DBSK member





Lovin’ You


-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang gadis duduk seorang diri dibawah sebuah pohon besar rindang yang tumbuh dihalaman samping kampusnya. Dibawah matahari yang bersinar sangat terik, pohon itu mampu melindungi sang gadis dari panasnya cahaya matahari yang membakar. Dengan telinga yang tertutup earphone yang terhubung dengan HPnya gadis itu merobek halaman2 buku tulis yang diambilnya dari dalam tas, melipatnya menjadi berbagai macam bentuk, sembari terus menggerutu tak karuan untuk meluapkan kekesalan dalam hatinya.



“apa hanya itu yang bisa kalian lakukan untukku??...” omelnya sembari terus melipat-lipat selembar kertas ditangannya.

“selalu mementingkan urusan kalian, mementingkan perusahaan kalian… tanpa ingin tau bagaimana aku hidup diantara dua orang yang menganggapku anak tetapi tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya padaku” kali ini gadis itu meremas kertas itu dengan kesal lalu membuangnya sembarangan karena dia tidak berhasil membuat bentuk origami yang diinginkannya dengan sempurna.

“aku tidak perlu harta melimpah yang kalian berikan untukku… yang aku butuhkan hanya perhatian dan kasih sayang kalian…” ujarnya lagi. Tangannya masih saja sibuk merobek dan melipat halaman bukunya menjadi bentuk yang diinginkannya, walaupun dihadapannya kini sudah berserakan puluhan kertas dalam berbagai bentuk origami.



Begitulah cara Min Sung Rin untuk melampiaskan kekesalannya. Sung Rin lebih memilih mengorbankan buku-buku kosongnya sebagai pelampiasan daripada harus mengomel dihadapan orang lain ataupun kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya? ya, kekesalan Sung Rin yang meluap tak lain karena kedua orang tuanya yang tidak pernah memperhatikan dirinya. Mereka berdua selalu mendahulukan kepentingan perusahaan dan pekerjaan diatas segalanya. Bahkan Sung Rin hampir tidak pernah bertatap muka dengan keduanya karena mereka selalu pulang larut malam, dan tak jarang menghabiskan waktu di luar negeri demi pekerjaan. Membiarkan Sung Rin hidup ditemani para pelayan yang siap melayani keinginan sang putri tunggal. Walaupun harus diakui kebutuhan materi Sung Rin selalu terpenuhi karena orangtuanya merupakan salah satu pengusaha terkaya di Seoul, namun kebutuhannya sebagai seorang anak yang butuh kasih sayang orang tua tidak pernah sekalipun dirasakannya.



“nona Sung Rin, ini sudah pukul 4 sore sudah waktunya anda pulang” ucap seorang namja berusia kira-kira 30 tahunan sembari membungkuk menghadapnya. Sung Rin meliriknya sebentar, lalu memasukkan kembali bukunya yang sudah tidak utuh kedalam tas biru kesayangannya dan menyandangkan tas itu pada bahu kirinya sembari beranjak berdiri. Tanpa mengeluarkan kata-kata apapun Sung Rin melangkahkan kaki meninggalkan origami hasil karyanya yang masih berserakan ditanah, menuju tempat dimana mobil yang selalu ditumpanginya dan akan membawanya kembali kerumah ‘dingin’nya diparkir. Namja bersetelan jas hitam yang tak lain adalah supir pribadinya itupun mengikuti putri tunggal majikannya itu dari belakang.



“Pak Lee, jalankan mobilnya perlahan saja! aku tidak mau cepat sampai rumah… kalau perlu, cari jalan memutar!” kata Sung Rin datar setelah berada didalam mobil mewahnya. Namja yang dipanggilnya Pak Lee itu mengangguk paham lalu mulai menyalakan mesin mobil dan melajukannya menjauhi halaman kampus.



Tanpa diketahui oleh Sung Rin, seorang namja bertopi yang duduk dibalik kemudi mobil van hitam mengawasi gerak-gerik gadis itu dari seberang jalan. Matanya terus mengawasi laju mobil metallic silver mewah yang membawa gadis itu. Disampingnya duduk seorang namja berambut dark brown yang juga ikut mengawasi Sung Rin.

“itu orangnya. Lakukan tugasmu besok!!” seru namja bertopi. Namja disampingnya itu hanya mengangguk pelan setelah menarik nafas panjang.





> Besoknya……

Sung Rin melangkah keluar dari gedung kampus dengan malas. Bagaimana tidak, hanya ditempat itu dia mendapatkan hiburan, perhatian, dan bisa saling bercanda dengan teman-temannya. Begitu jam kuliah selesai dia harus kembali ke tempat yang sangat ‘dingin’ baginya. Karena itu Sung Rin memilih untuk meninggalkan kampus setelah chingudeulnya semua sudah pulang.

Sung Rin melihat mobil metallic silver miliknya sudah terparkir didepan halaman kampus, itu artinya Pak Lee sudah menjemputnya dan siap membawanya pulang. Dengan langkah perlahan Sung Rin mendekati mobil itu berharap Pak Lee menyadari kedatangannya dan membukakan pintu mobil untuknya seperti yang setiap hari dilakukannya.



Gadis itu menghentikan langkahnya tepat disamping mobil, berdiam ditempat, lalu mengerutkan keningnya saat menyadari Pak Lee tidak juga keluar untuk membukakan pintu untuknya. Sung Rin pun membuka pintu mobilnya sendiri, namun dia mengurungkan niatnya untuk masuk dan berjalan menuju pintu depan tempat Pak Lee duduk. Terlihat Pak Lee sedang tidur bersandar jok mobil saat Sung Rin mengintip dari kaca mobil.

“pantas saja” gumamnya.



Tangannya baru akan mengetuk kaca mobil untuk membangunkan Pak Lee saat seorang namja dengan topeng menutupi wajahnya menarik tubuh Sung Rin dan membekap mulut dan hidungnya dengan saputangan. Sung Rin berontak, berusaha melepaskan diri dari tangan kekar yang melingkari tubuhnya. Namun itu sia-sia, tampaknya saputangan yang membekap mulut dan hidungnya telah dilumuri obat bius, karena Sung Rin kini merasakan kepalanya pusing dan pandangannya mulai kabur. Beberapa detik kemudian gadis itu benar-benar kehilangan kesadaran. Dengan mudah namja itu menggendong tubuh Sung Rin dan memasukkannya dalam mobil van hitam yang dibawanya.



***

“kau tidak bisa begitu Yunho a~, tugasku sudah selesai! kau hanya menyuruhku membawanya padamu kan?” ujar namja berambut dark brown dengan emosi. Namja yang dipanggilnya Yunho hanya tersenyum simpul.

“itulah kesalahanmu, kau tidak menanyakan tugas yang kuberikan padamu dengan jelas” jawab Yunho santai. Namja dihadapannya mengerutkan kening, mencerna ucapan seseorang yang telah menyuruhnya berbuat kejahatan untuk pertama kalinya itu.



“aku juga memintamu untuk menyembunyikannya bahkan kau harus membunuhnya jika perlu!” kata Yunho dengan bibir menyeringai sembari menggenggam bahu namja dihadapannya dengan kedua tangannya.

“tidak! aku tidak akan pernah membunuh!”

“ingat Jaejoong a!! nasib keluargamu ada ditanganmu. Kau harus melakukan perintahku jika ingin mereka selamat!” ancam Yunho. Namja tampan itu melepas bahu namja bernama Jaejoong itu dan kini menepuk-nepuk pelan pipi mulus Jaejoong.



Jaejoong hanya mematung menatap punggung Yunho yang kini berlalu meninggalkannya. Menyesali apa yang dilakukannya, itulah yang sempat terlintas dalam otaknya, tapi Jaejoong tidak pernah menyesal dengan apapun yang telah terjadi. Kini dia berusaha memutar otak agar bisa lepas dari tugas jahat yang diberikan Yunho padanya tanpa membahayakan keluarganya.



Awalnya Yunho adalah sahabat Jaejoong. Dia selalu membantu Jaejoong jika dalam kesulitan, karena dalam segi ekonomi memang Yunho berada jauh diatas Jaejoong. Namun bantuan yang diterimanya kini berakibat tidak baik pada dirinya dan keluarganya. Yunho mengancam akan mencelakai keluarganya jika Jaejoong tidak mau memenuhi perintahnya. Jaejoong menerima tugas Yunho untuk menculik putri seorang pengusaha kaya raya. Bukan hanya uang yang diinginkannya sekarang melainkan kehancuran perusahaan yang dipimpin keluarga Min. Perusahaan yang menjadi saingannya didunia bisnis.



“AAARRGGHHH…” teriak Jaejoong kesal sembari menendang udara dengan kaki kanannya. Otaknya masih belum berhasil menangkap cara yang tepat untuk melepaskannya dari perbudakan Yunho. Dengan raut wajah yang masih kesal Jaejoong membuka pintu gudang yang dijadikannya tempat menyekap tawanan yang baru saja ditangkapnya. Matanya membulat saat melihat yeoja yang duduk disudut ruangan dengan kedua tangan terikat kebelakang, yang tadinya pingsan karena obat biusnya kini telah menatap dirinya. Kekhawatiran pun muncul. ‘apa,,, dia tadi juga mendengar pembicaraanku dengan Yunho?’ tanyanya dalam hati.



Dengan segera Jaejoong menghapus kekhawatirannya tersebut lalu melangkahkan kaki perlahan mendekati yeoja yang kini menatapnya takut. Menarik nafas panjang, lalu berjongkok didepan yeoja itu membuat yeoja itu beringsut mundur hingga benar-benar tersudut.

“kau tidak perlu takut padaku. Aku tidak akan melakukan apapun padamu” Jaejoong mencoba menghilangkan ketakutan yang terpancar dari mata yeoja dihadapannya. Sementara yeoja itu hanya menggelengkan kepala, dia tidak bisa mengeluarkan suara karena mulutnya tertutup sebuah saputangan yang terikat kebelakang kepalanya.



“mianhae… tindakanku ini telah membuatmu takut” ucap Jaejoong sembari membenarkan posisi duduknya. Yeoja itu hanya diam dan kini malah mengerutkan keningnya. Jaejoong menoleh menatapnya, lalu tangannya tearah untuk membuka ikatan saputangan yang membungkam mulut gadis manis itu.



“YA!! LEPASKAN AKU!!!” teriak gadis itu seketika setelah Jaejoong melepas saputangan yang membungkam mulutnya.

“tenanglah Min Sung Rin!! aku tidak akan macam-macam padamu!!” ujar Jaejoong kesal dengan nada sedikit meninggi. Kekesalannya pada Yunho belum habis dan kini ditambah lagi dengan tingkah gadis bernama Sung Rin yang terus memberontak.



Sung Rin terdiam, matanya yang berkaca-kaca memandang Jaejoong dengan tatapan takut, bingung, dan sedih. Sekali lagi Jaejoong menghela nafas berat.

“jangan menatapku begitu! kau membuatku semakin merasa bersalah” ucapnya, kini dengan nada pelan.



“kau,,, kau mau membunuhku kan??” Sung Rin mulai terisak, setetes airmata mulai jatuh diatas pipinya. “apa salahku??,,, apa salahku padamu???” Jaejoong tersentak mendengar kata-kata Sung Rin. Ternyata gadis itu benar-benar mendengar ucapan Yunho yang menyuruh Jaejoong membunuh dirinya.



Jaejoong menunduk, diam, menatap lantai kotor yang menjadi pijakannya. “kau tidak bersalah padaku… akulah yang bersalah telah memanfaatkanmu…” Jaejoong kembali mengangkat wajahnya, menatap lekat gadis dihadapannya yang kini masih sesenggukan. “dengar! maafkan aku karena membuatmu terkurung disini… aku akan melepaskanmu jika kau mau menuruti kata-kataku!...”

Sung Rin mengangguk pelan, lalu sedikit memutar tubuhnya agar Jaejoong bisa membuka ikatan ditangannya. Setelah ikatannya terlepas Sung Rin mengelus-elus pergelangan tangannya yang memerah dan terasa panas karena tali yang mengikatnya terlalu kencang.



“sebenarnya,,, apa yang kau inginkan??” tanya Sung Rin dengan suara yang masih bergetar.

“sebelumnya, kau harus berjanji untuk tidak berusaha kabur dari sini!” ucap Jaejoong yang berhasil membuat Sung Rin menatapnya. Entah mengapa bukan lagi rasa takut yang dirasakan Sung Rin melainkan rasa nyaman saat menatap Jaejoong. Setelah yakin dengan kejujuran yang keluar dari sorot mata namja tampan itu, Sung Rin pun mengangguk menyanggupi.

Perlahan Jaejoong pun menceritakan duduk permasalahan kenapa dirinya harus menculik Sung Rin. Yang tak lain adalah karena Yunho yang menginginkan kehancuran perusahaan yang dipimpin ayah Sung Rin, yang merupakan saingan dalam bisnis Yunho. Yunho ingin perusahaan keluarga Min itu jatuh ketangannya jika mereka menginginkan putri tunggalnya kembali dalam keadaan hidup. Dan Jaejoong terpaksa melakukan itu karena ancaman Yunho yang terlalu menakutkan untuk dibayangkannya.



“appaku tidak akan menghiraukan ancaman kalian. Percuma saja kau menyekapku disini, sampai aku matipun appa tidak akan pernah menyerahkan perusahaannya pada temanmu itu” kata-kata Sung Rin kali ini benar-benar membuatnya mendapat tatapan penuh tanya dari Jaejoong.

“asal kau tau, sejak lahir aku tidak pernah merasakan kasih sayang mereka. Mereka selalu mementingkan perusahaan kebanggaan mereka diatas segalanya… dan mungkin mereka tidak peduli kini aku masih hidup atau sudah mati” tambahnya. Walaupun dalam hati Sung Rin sangat berharap kedua orang tuanya mau melepaskannya dari tempat yang gelap itu.



“aku harap tidak begitu… karena kini bukan hanya nyawamu yang dipertaruhkan, melainkan juga nyawa keluargaku” sahut Jaejoong sembari memutar kepalanya mengalihkan pandangannya dari Sung Rin. Sung Rin menatapnya datar. Jaejoong tidak membuka suara lagi hingga keheningan pun terjadi untuk beberapa saat.



“sudah larut malam, tidurlah!” ucap Jaejoong sembari beranjak dari duduknya. Sung Rin membulatkan mata mendengarnya. Ditebarkannya pandangan menyusuri tiap sisi ruangan. Tak ada sedikitpun tempat yang layak baginya untuk tidur, yang ada hanyalah dinding-dinding kusam yang dipenuhi sarang laba-laba, lantai berdebu yang kotor, dan barang-barang bekas yang tergeletak sembarangan disana-sini. Dan juga udara yang pengap serta gelap, sangat jauh berbeda dengan istana ‘dingin’ yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.



“ya!! yang benar saja??... kau menyuruhku tidur ditempat seperti ini??” Sung Rin ikut beranjak dari duduknya, kembali memandang sekeliling lalu menggeleng pelan.

Jaejoong yang tadinya berniat keluar dari tempat itu kini menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menghadap gadis yang baru saja membantah omongannya itu.



“bukankah tak seharusnya seorang tawanan meminta lebih dari apa yang diberikan untuknya?... dan lagi, kau sudah berjanji untuk menuruti kata-kataku dan tidak berusaha kabur dari sini!” cetus Jaejoong, membuatnya mendapat tatapan tajam dari Sung Rin.

“tapi kau bisa membunuhku dengan meninggalkanku sendirian ditempat seperti ini” bantah Sung Rin lagi. Gadis itu bukan hanya tak terbiasa dengan tempat yang berantakan seperti itu, tapi juga takut berada dalam ruangan yang gelap sendirian.



Jaejoong memutar kepalanya, mengedarkan pandangannya kesegala sudut. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi namja itu mulai menyingkirkan barang-barang yang ada ke satu sisi ruangan, lalu mencari-cari sesuatu yang cukup nyaman untuk alas tidur. Setelah menemukan 2buah kardus bekas Jaejoong merentangkannya dilantai didekat Sung Rin. Sementara Sung Rin hanya diam memperhatikan apa yang dilakukannya.

“tidurlah disini!” serunya. Tanpa membantah lagi Sung Rin langsung duduk diatas lembaran kardus itu.



“apa kau mau meninggalkanku sendiri?” tanya Sung Rin saat Jaejoong terlihat akan menuju pintu keluar. Sekali lagi Jaejoong berhenti melangkah dan memutar tubuhnya. “aku takut berada diruangan gelap sendirian… kau tega meninggalkanku?” lanjutnya.

“tidak ada hantu yang akan menakutimu”

“tapi kau tetap harus bertanggung jawab mengawasiku karena kau yang membawaku ketempat ini. Bagaimana,,, bagaimana kalau aku kabur??” sahut Sung Rin. Gadis itu memang terlalu takut untuk tinggal sendiri ditempat gelap.



Jaejoong masih terdiam ditempatnya, berfikir sejenak. Melihat Sung Rin yang sepertinya tidak biasa dengan keadaan ini, membuat Jaejoong sedikit kasihan padanya. Apalagi yang membawanya ketempat itu adalah dirinya.

“baiklah… aku mengawasimu disini” putusnya. Lalu mengambil tempat disudut lain ruangan dan duduk dengan melipat kedua tangannya didada.

Tanpa sadar Sung Rin tersenyum. Dia merasa sedikit lega karena ada seseorang yang menemaninya, walaupun dirinya sendiri masih sedikit merasa takut pada namja itu.



“ehhmm…” Sung Rin menggeliat, bangun dari tidurnya yang tidak lelap. Memutar-mutar lengannya, menggerak2kan punggungnya, mencoba merelaksasi tulang-tulangnya yang kaku akibat posisi tidur yang tidak nyaman.

“mana dia??” Sung Rin mencari sosok Jaejoong yang semalam duduk disudut ruangan. Sosok namja itu kini tidak ada ditempat. Dirinya kini hanya seorang diri. Walaupun itu sudah pagi dan keadaan dalam gudang tidak segelap saat malam, tapi gadis itu tetap bergidik ngeri.

Sung Rin beranjak dari duduknya dan melangkah menuju sebuah jendela yang tertutup rapat dan hanya menyisahkan beberapa lubang kecil dari sela-sela papan yang menutupinya.



CEKLEKK…… Tiba-tiba pintu terbuka. Sontak Sung Rin memutar kepalanya menghadap pintu. Seorang namja yang tak lagi asing baginya sudah berdiri disana.

“apa kau berusaha kabur??” tanya Jaejoong datar sembari mendekati Sung Rin yang masih mematung menatapnya. Jaejoong terlihat sedikit berbeda. Namja itu terlihat lebih segar, dan Sung Rin harus mengakui ternyata namja itu sangat tampan. Bahkan Jantung Sung Rin berdegup kencang saat Jaejoong mendekatinya.

“a,,, aniya” jawab Sung Rin gugup tanpa mengalihkan pandangan dari Jaejoong sedetikpun.



“ini” Jaejoong menyodorkan sebuah kotak kertas ditangannya. Sung Rin hanya memandangnya bingung.

“walaupun kau tawananku tapi aku tidak mau kau sakit, bisa-bisa aku akan semakin repot. Makanlah!!” serunya sembari kembali menyodorkan kotak berisi makanan itu pada Sung Rin yang tampak belum berniat menerimanya.



Karena merasa perutnya sudah benar-benar kosong karena seharian tidak terisi, Sung Rin akhirnya menerima kotak berisi makanan tersebut. Melirik Jaejoong sebentar, lalu tersenyum sembari berjalan menuju tempatnya lagi. Dengan lahapnya Sung Rin menyantap kimbab yang diberikan Jaejoong untuknya. Dan dalam waktu kurang dari 10menit seluruh isi kotak itu sudah berpindah dalam perut Sung Rin. Jaejoong hanya tersenyum memperhatikannya, dia lalu memberikan sebotol air mineral pada Sung Rin untuk menghilangkan rasa haus gadis itu.

“kenyangnya… gomawo, makanannya enak” ucap Sung Rin sembari tersenyum setelah menenggak setengah isi botol air mineral ditangannya. Jaejoong hanya tersenyum membalas ucapan Sung Rin.



“sepertinya kau orang baik, kau tidak pantas melakukan kejahatan” kata Sung Rin tiba-tiba. Jaejoong hanya tersenyum tipis.

“anak orang kaya sepertimu tidak akan mengerti masalahku” jawabnya datar.

“anak orang kaya… hmm, gelar yang tidak bisa dibanggakan. Untuk apa hidup mewah jika kedua orang tua tidak peduli padaku. Bahkan mereka tidak mau tau aku sudah makan atau belum, aku masih sehat atau aku sudah sekarat sekalipun…” ucap Sung Rin sembari menatap langit-langit gudang yang dipenuhi sarang laba-laba. Lalu Sung Rin memutar kapalanya menatap Jaejoong.

“menurutku, kau lebih baik dari mereka” tambahnya. Membuat Jaejoong menatapnya.



Menatap lekat kedalam mata hitam Jaejoong membuat Sung Rin terpaku. Seakan ada sebuah energi yang memaksanya untuk tidak mengalihkan pandangannya dari sorot mata yang menenangkan itu. Sekali lagi tiba-tiba jantungnya bekerja lebih cepat dari kata normal. ‘Omo… ada apa denganku?’ pekiknya dalam hati.

Dan untuk pertama kalinya Jaejoong tersenyum manis padanya. Mengangkat tangan kanannya dan mengacak lembut puncak kepala Sung Rin. Membuat jantung gadis itu semakin bekerja cepat.

“kau tidak boleh begitu. Seburuk apapun mereka, mereka tetaplah orang tuamu” ucapnya dengan senyum manis yang masih tersungging dibibir.



TOK TOK TOK……

“Jaejoong a~ kau didalam???” teriakan seseorang dari luar gudang itu berhasil menyadarkan Sung Rin dari hipnotis mata Jaejoong. Namja itupun juga tampak menoleh kearah pintu.



“kau tetaplah disini dan jangan bersuara! aku akan keluar menemuinya” bisik Jaejoong yang dijawab anggukan kepala Sung Rin. Kali ini Sung Rin benar-benar menuruti perkataan Jaejoong, karena dia tau seseorang diluar sana adalah orang yang telah menyuruh Jaejoong menculiknya. Jadi dia tidak akan membiarkan Sung Rin bebas tanpa ikatan seperti saat ini. Jaejoong pun segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu.



“ada apa Yunho a??” tanya Jaejoong setelah kembali menutup pintu gudang.

“aku hanya ingin memastikan kau melakukan tugasmu dengan baik. Dan aku juga ingin mengecek keadaannya” jawab Yunho sembari mencoba membuka pintu, namun dengan cepat Jaejoong menghalanginya.

“tidak usah. Dia masih baik-baik saja dan masih dalam keadaan terikat” dusta Jaejoong. Yunho mengerutkan keningnya, tapi dia cukup percaya pada sahabatnya itu.

“baiklah. Sekarang kau ikut denganku! ada masalah penting yang harus kita tangani” ujar Yunho. Jaejoong mengangguk lalu segera mengunci pintu gudang itu dan mengikuti langkah Yunho menuju mobilnya.



***

Malam itu tiba-tiba cuaca menjadi sangat tidak bersahabat. Hujan turun dengan derasnya, diiringi guntur dan petir yang saling menyambar memecah keheningan malam. Tanpa memperdulikan seorang gadis kini tengah meringkuk ketakutan disudut ruangan yang gelap. Matanya yang berkaca-kaca menyapu seluruh ruangan sembari menggigit bibir bawahnya yang pucat karena takut.

DUAARRRR!!!……

Petir kembali menyambar. Dan mungkin kali ini yang paling besar dibandingkan sebelumnya. Suaranya yang menggelegar mengiringi nyanyian hujan yang tak kunjung berhenti. Dindingpun seakan bergetar dibuatnya. Tak urung itu berhasil pula memecahkan kaca-kaca dimata Sung Rin menjadi buliran air yang mengalir.



Sementara itu, terlihat Jaejoong baru saja keluar dari mobil van hitam yang dipinjamkan Yunho untuknya. Dia berlari secepat mungkin menuju gudang untuk menghindari hantaman air hujan yang turun tanpa henti dan sangat menyakitkan saat menghantam kulit. Jaejoong pun dengan segera membuka kunci pintu gudang itu dan masuk kedalamnya. Begitu masuk pandangannya langsung tertuju pada sosok gadis yang kini meringkuk disudut ruangan. Duduk memeluk lutut dan menunduk menyembunyikan wajahnya. Perlahan Jaejoong melangkah mendekatinya.



“Min Sung Rin, kau tidak apa-apa??” tanya Jaejoong panik sembari menepuk pelan bahu gadis itu. Sung Rin tidak menjawab, dia masih tetap menunduk sembari terisak dengan tubuh yang gemetar ketakutan.

“Sung Rin ssi” panggil Jaejoong lagi. Kini namja itu mengambil tempat tepat disamping Sung Rin.

“aku,,, aku takut” ucap Sung Rin dengan suara bergetar. Jaejoong memandangnya iba. Tak pernah terfikir olehnya dirinya akan menyebabkan seorang gadis ketakutan seperti itu.



Perlahan tangannya menarik tubuh Sung Rin kedalam pelukannya, berharap ketakutan gadis itu akan segera hilang.

“tenanglah!!...” ucap Jaejoong sembari mengelus lembut rambut Sung Rin.

“kau,,, kemana saja??... apa kau tau?,,, kau hampir saja membuatku mati ketakutan” kata Sung Rin yang masih sesenggukan. Pelukan Jaejoong berhasil membuatnya merasa lebih nyaman, ketakutannya pun sedikit berkurang. Bahkan kini kedua tangannya mengarah membalas pelukan Jaejoong.



Menyadari tangan Sung Rin kini juga memeluknya membuat Jaejoong merasakan sesuatu yang berbeda. Bukan karena kini dia sedang memeluk tubuh Sung Rin yang masih gemetar ketakutan, melainkan karena jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat. Semakin lama semakin cepat. Bahkan kini Sung Rin sudah sedikit tenang dan tampaknya sudah tertidur dalam pelukannya, tapi jantungnya tetap belum bekerja secara normal.



Sinar matahari yang menerobos masuk melewati celah-celah papan penutup jendela berhasil membuat Sung Rin membuka kelopak matanya. Mengerjap2kan matanya, mencoba mengumpulkan kesadarannya.

“kau sudah bangun?” tanya seseorang yang berhasil membuat Sung Rin mendongak seketika. Dan saat itu juga dia membelalak kaget menyadari posisinya kini ada dalam dekapan Jaejoong. Dan itu artinya semalam dirinya tidur dalam pelukan Jaejoong. Sontak Sung Rin menarik diri dan menggeser duduknya sedikit menjauhi Jaejoong.



“mi, mianhae…” ucap Sung Rin pelan. Jaejoong tersenyum.

“aku yang seharusnya minta maaf karena meninggalkanmu sendiri hingga ketakutan seperti itu” sahut Jaejoong.

“apa kau sudah merasa tenang?” tanya Jaejoong. Sung Rin mengangguk sembari tersenyum malu.

“syukurlah… hmm, sepertinya kau harus belajar menghilangkan ketakutanmu” kata Jaejoong lagi.

“kalau aku takut kau harus menenangkanku lagi, karena kau yang membawaku ketempat ini” sahut Sung Rin dengan senyum polosnya.



“tidak bisa” ucapan Jaejoong membuatnya mendapat tatapan bingung dari Sung Rin. “appamu akan datang siang ini. Dia akan membawamu kembali pulang. Kau akan pulang dengan selamat, dan berkumpul lagi bersama mereka” lanjutnya sembari tersenyum tipis.

“jinja??” tanya Sung Rin datar. Jaejoong hanya mengangguk.



Seharusnya itu adalah kabar yang bagus untuk Sung Rin. Orang tuanya bersedia menebus dirinya agar bisa kembali kepangkuan mereka. Kembali pulang ketempat yang lebih nyaman. Tapi entah kenapa saat ini kekecewaanlah yang ada dalam hatinya. Kecewa karena setelah dia kembali dia tidak akan bertemu dengan namja yang kini ada dihadapannya. Namja yang baru 2hari bersamanya. Namja yang tanpa disadarinya telah berhasil membangunkan sebuah perasaan yang tersembunyi dilubuk hatinya.

“itu berarti,,, kita harus berpisah, dan aku tidak bisa bertemu denganmu lagi?” tanya Sung Rin.

“begitulah” jawab Jaejoong pelan. Dan untuk beberapa saat mereka saling diam hingga Sung Rin kembali membuka suara.



“setelah aku pulang, berjanjilah untuk menemuiku!” ucapnya. Jaejoong menatapnya, meminta penjelasan atas ucapannya.

“aku,,, entahlah, walaupun saat ini aku adalah tawananmu tapi aku merasa nyaman didekatmu… makanya, aku ingin kita bertemu lagi sebagai seorang teman” lanjut Sung Rin sembari menunduk menghindari tatapan Jaejoong.

“kau,,, tidak takut padaku?” Sung Rin menggeleng pelan menjawab pertanyaan Jaejoong itu.

“aku tau kau orang baik” kata Sung Rin dengan sebuah senyum manis menghiasi wajahnya.



“jadi,,, kau berjanji menemuiku??” tanya Sung Rin lagi sembari mengulurkan jari kelingkingnya. Jaejoong terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk dan mengaitkan jari kelingking mereka, tanda menyanggupi janjinya. Membuat gadis dihadapannya itu tersenyum lebar.



“hmm, aku lapar…” kata Sung Rin tiba-tiba. Membuat Jaejoong tertawa sambil mengacak lembut rambutnya.

“tunggu disini! aku akan membeli makanan untukmu” seru Jaejoong sembari beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju pintu. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat dia mendengar sebuah suara yang cukup dikenalinya. Jaejoong memutar tubuhnya menatap Sung Rin.

“apa itu suara sirine mobil polisi??” tanya Sung Rin yang sudah berdiri dari duduknya. Jaejoong hanya mengangguk.



“apa eomma dan appa akan menjemputku dengan polisi??” tanyanya lagi sembari berjalan mendekati Jaejoong.

“entahlah…” jawab Jaejoong pelan. Dirinya sendiri juga bingung kenapa ada mobil polisi yang mendekati tempat persembunyiannya, sementara dalam perjanjiannya mereka berjanji tidak melibatkan polisi.



“Kim Jaejoong keluarlah!!!” teriak seseorang dari luar. Jaejoong yakin itu suara salah seorang polisi yang kini sudah menghentikan mobilnya didepan gudang tempatnya bersembunyi. Jaejoong sedikit tersentak saat mendengar namanya disebut. ‘darimana mereka tau namaku?’ batinnya.

Mengetahui mobil polisi kini sudah ada diluar serta terdengar suara orang berlarian, membuat Sung Rin tanpa sadar menggenggam tangan Jaejoong. Jaejoong meliriknya sembari tersenyum.

“aku antar kau menemui orangtuamu” ucapnya.



“apa,,, aku bisa memelukmu sebelum aku pulang?” tanya Sung Rin yang membuat kening Jaejoong berkerut.

“mungkin untuk yang terakhir kalinya” tambahnya. Dan sebelum Jaejoong mengiyakan, Sung Rin sudah berhambur memeluk erat tubuhnya.

“aku akan mengingat janjimu” ucapnya masih dengan memeluk Jaejoong. Jaejoong hanya diam, namun perlahan tangannya pun mengarah memeluk Sung Rin. Dan untuk kesekian kalinya Jaejoong merasakan jantungnya kembali berdetak cepat.



“sekarang kita keluar” kata Jaejoong sembari melepas pelukannya. Sung Rin mengangguk dan mengikuti langkah Jaejoong yang menggenggam erat tangannya. Mata Sung Rin membelalak saat pintu gudang terbuka. Dihadapannya kini telah terparkir 4 buah mobil polisi dengan lebih dari 10 orang polisi yang mengepung mereka.



“SUNG RIN A~…” teriak seorang yeoja setelah melihat Sung Rin keluar dari dalam gudang.

“eomma… appa…” panggil Sung Rin saat mengetahui dua orang yang sangat dikenalnya berdiri dibalik barisan polisi. Tapi kedua tangannya masih mencengkeram lengan Jaejoong kuat-kuat.

“Inspektur Shim, itu putriku. Tolong cepat bawa dia kemari!” teriak Mrs. Min pada seorang Inspektur dengan name tag Shim Changmin tertempel didadanya.



Dengan segera Inspektur Shim memberi aba-aba pada anak buahnya untuk membentuk formasi mengepung Jaejoong. Jaejoong yang merasa terpojok pun refleks menarik Sung Rin mundur hingga menabrak dinding luar gudang itu.

“kau sudah terkepung! bahkan temanmu juga sudah meringkuk dipenjara. Sekarang serahkan nona Sung Rin pada kami dan menyerahlah!!” seru Changmin. Kedua tangannya menggenggam gagang pistol yang terarah pada Jaejoong.



“Sung Rin ssi, larilah! mereka tidak akan menyakitimu!” bisik Jaejoong tanpa menoleh pada Sung Rin yang masih belum melepas tangannya dari lengan Jaejoong.

“tidak mau! aku tidak mau kembali bersama mereka” tolak Sung Rin. Entah apa yang membuatnya mengurungkan niat untuk pulang bersama orang tuanya. Sontak Jaejoong menatapnya dan memaksanya melepas genggaman tangannya.

“pulanglah! orang tuamu sangat menghawatirkanmu” bujuk Jaejoong. Sung Rin menggeleng. Matanya menatap Jaejoong dalam.



“Ya! cepat serahkan nona Min Sung Rin pada kami!!” teriak Changmin lagi. Dan kali ini 2 polisi yang berada dekat dengan Jaejoong bertindak cepat. Mereka lari mendekati Sung Rin dan segera menarik lengan gadis itu dengan paksa, dan membawanya menjauhi Jaejoong.

“ya! lepaskan aku! tanganku sakit!” Sung Rin meronta, mencoba melepaskan kedua lengannya yang dicekal 2orang polisi. Jaejoong yang melihat itu tanpa pikir panjang langsung berlari mengejar Sung Rin yang ditarik paksa oleh polisi-polisi itu. Seakan ada yang merasuki otaknya dan menyuruhnya untuk menarik gadis itu kembali bersamanya.

“ya! jangan sakiti dia!!” teriaknya sembari mencoba melepas lengan Sung Rin dari tangan para polisi itu.



“Kim Jaejoong, lepaskan dia!!” kini Changmin langsung turun tangan. Dia berlari kearah Jaejoong diikuti beberapa polisi lain dibelakangnya. Namun terlambat, Sung Rin sudah berhasil lepas dari tangan 2 polisi itu dan kini berlindung dibelakang punggung Jaejoong. Jaejoong pun melangkah mundur, menggiring Sung Rin menjauhi sekelompok polisi didepannya.



“kenapa kau jadi melindungiku? bukankah kau juga ingin aku pulang bersama mereka??” tanya Sung Rin setengah berbisik.

“molla… mungkin karena aku juga tidak ingin berpisah denganmu” jawab Jaejoong tanpa mengalihkan pandangan dari Changmin cs. Sung Rin tersenyum mendengar jawaban jujur dari Jaejoong.



“Kim Jaejoong serahkan dia!!” teriak salah seorang polisi.

“tidak!! kalian menyakitinya” sahut Jaejoong. Dia semakin berjalan mundur. Membuat Changmin cs semakin tidak sabar berhadapan dengannya. Tak ada yang mau mengalah diantara mereka. Polisi-polisi itu semakin maju mendekat sementara Jaejoong semakin menggiring Sung Rin mundur. Hingga……



DORRR!!!...... sebuah peluru terlepas dari mulut pistol salah satu polisi. Suasana jadi hening sesaat.

“kau ceroboh sekali!!” bentak Changmin pada salah satu polisi yang telah melepaskan tembakannya.

“maaf Inspektur Shim” sahutnya.

Kini semua mata tertuju pada Jaejoong yang berlutut dengan kedua tangan memegangi dada kanannya yang bocor. Ya, peluru yang meluncur berhasil menembus tubuh Jaejoong, lebih tepatnya kini peluru tersebut telah bersarang di paru-paru namja itu.



Sung Rin membisu. Tubuhnya seakan tidak bisa bergerak. Wajahnya pucat, menyaksikan pemandangan yang baru pertama kali dilihat dalam hidupnya. Darah yang keluar dari luka Jaejoong semakin banyak, hingga dia tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Tubuhnya yang lemah kini tergeletak tepat didepan Sung Rin.

Sung Rin berlutut, menggenggam erat tangan Jaejoong. Airmatanya sudah tidak bisa dibendung lagi.

“Jaejoong ssi…” panggilnya. Melihat Jaejoong dalam keadaan seperti itu membuat Sung Rin merasakan sakit yang amat sangat didalam hatinya.

“Sung Rin ssi,,, pulanglah…” ucap Jaejoong sembari sesekali memejamkan mata menahan sakit yang sangat menusuk didadanya.

Sung Rin hanya bisa menangis tanpa menjawab ucapan Jaejoong. Melihat darah yang keluar semakin banyak, refleks Sung Rin mengarahkan tangan kanannya menutupi luka didada Jaejoong. Berusaha mencegah darahnya keluar lebih banyak lagi.

“tolong jangan keluar lagi!!” ucapnya sembari terus menutupi luka yang kini membuat namja tampan itu tak berdaya.

“tolonglah!! jangan keluar!!” serunya lagi dengan setengah berteriak.

Mrs. Min yang menyaksikan kejadian memilukan itu kini berlari mendekati putrinya. Beberapa polisi terlihat berusaha mencari pertolongan medis.



Sementara Jaejoong merasakan dadanya semakin sesak. Paru-parunya sudah tidak bisa lagi menampung oksigen yang dihirupnya. Kepalanya pun serasa berputar, pusing karena volume darah dalam tubuhnya semakin berkurang. Perlahan penglihatannya semakin kabur. Dengan sisa tenaganya Jaejoong meraih tangan Sung Rin yang masih menutupi lukanya dan menggenggamnya erat.

“tidak bisa,,, Sung Rin ssi, sepertinya,,, aku harus segera pergi…” ucapnya dengan nafas yang tersengal-sengal.

“tidak! kau sudah berjanji menemuiku… kau tidak boleh mati!!” seru Sung Rin sembari menggenggam erat tangan Jaejoong.

“mianhae,,, Sung Rin ssi” itulah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Jaejoong sebelum dia benar-benar menutup matanya.

Sung Rin terdiam. Dia merasakan genggaman Jaejoong merenggang. Namja itu tidak lagi berusaha bernafas. Dan yang lebih membuat Sung Rin terpukul, dia merasakan jantung Jaejoong kini berhenti berdetak. Namja tampan itu benar-benar telah pergi.



Tangis Sung Rin yang terhenti beberapa detik kini kembali pecah.

“Jaejoong ssi, bangun!!! kau sudah berjanji menemuiku… bangun!!!” seru Sung Rin sembari mengguncang-guncang tubuh Jaejoong.

Mrs. Min yang berdiri disamping Sung Rin kini memeluk bahu putrinya itu, terlihat matanya juga telah memerah menahan tangis. “Sung Rin a~ kita pulang, jagi!” ucapnya sembari mencoba membantu Sung Rin berdiri, tapi Sung Rin menolak.

“eomma.. dia tidak boleh mati” katanya sembari melepas rangkulan eommanya.

“Jaejoong ssi, bangun!!” teriaknya lagi.



“Sung Rin a~ biarkan polisi membawanya! kita pulang sekarang!” seru Mrs. Min, kali ini dia memaksa Sung Rin untuk bangun dan segera menarik Sung Rin menjauhi tubuh Jaejoong yang tergeletak ditanah. Sebuah mobil ambulance telah datang. Beberapa petugas medis dan polisi terlihat berlari mendekati Jaejoong.

“dia tidak boleh mati, eomma…” ujar Sung Rin yang terus berusaha lepas dari dekapan eommanya.



Seorang petugas medis terlihat memeriksa keadaan Jaejoong, hingga sebuah kalimatpun meluncur dari mulutnya, “dia tidak tertolong!”

“Jaejoong ssi!!!” teriakan Sung Rin itu mengiringi kepergian tubuh Jaejoong yang telah diangkut dalam mobil ambulance.





> 2 tahun kemudian…

“aku tidak mau, eomma~!!...” ujar Sung Rin sembari melangkah meninggalkan kamarnya. Mrs. Min pun mengikuti langkah putrinya itu meninggalkan kamar.

“tapi dia pemuda yang baik… eomma yakin kau pasti suka padanya jika kalian sudah bertemu” ucap Mrs. Min sembari masih mengikuti langkah Sung Rin menyusuri koridor rumahnya yang besar.



“eomma selalu berkata seperti itu setiap kali berusaha menjodohkanku dengan pemuda-pemuda pilihan eomma… pokoknya aku tetap tidak mau!!” teriaknya sembari menuju ruang makan.

“itu karena eomma menyayangimu, eomma ingin kau mendapatkan pemuda yang baik.”

“dulu eomma selalu sibuk dengan pekerjaan, dan eomma bilang itu karena eomma menyayangiku… dan kini eomma berusaha keras menjodohkanku dengan pemuda itu juga dengan alasan eomma menyayangiku…” Sung Rin semakin mempercepat langkahnya meninggalkan eommanya.



“Sung Rin a~ sudah 2tahun sejak kejadian itu, apa kau tetap tidak bisa melupakannya?” pertanyaan Mrs. Min kali ini berhasil menghentikan langkah Sung Rin. Gadis itu tampak terdiam sejenak, lalu menggeleng lemah.

“tidak bisa” ucapnya. Ya, sudah 2tahun dia berpisah dengan Jaejoong, tapi selama itu pula dia tidak sekalipun berusaha menghapus kenangan singkatnya bersama namja yang telah berhasil masuk kedalam hatinya itu.



Mrs. Min menghela nafas berat, mendekati putrinya yang kembali bersedih lalu memeluknya singkat. “eomma tidak ingin kau bersedih lagi, karena itu lupakan dia dan turuti permintaan eomma!” ucapnya sembari melepas pelukannya.

“eomma……”

“sudahlah!... sebentar lagi dia datang, cepat turun!!” Mrs. Min memotong kata-kata Sung Rin.

“tidak!!!... aku tidak mau bertemu dengannya! aku mau pergi kuliah” kata Sung Rin sembari berlari menuruni tangga dan segera menuju pintu utama rumahnya.



Betapa terkejutnya Sung Rin saat sampai didepan rumahnya. Seorang namja baru saja turun dari sebuah mobil hitam mewah yang terparkir dihalaman rumahnya yang luas. Namja itu berjalan mendekatinya. Sung Rin membatu seketika. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Seperti sebuah mimpi, dia bisa kembali menatap seorang namja yang sangat dirindukannya. Namja yang membuatnya menutup hatinya selama 2tahun. Namja yang selama ini dianggapnya telah tiada. Bahkan kini Sung Rin bisa melihat namja itu kembali tersenyum manis dihadapannya. Senyum yang sangat dinantinya. Tanpa sadar sebulir airmata menetes keluar dari persembunyiannya, mengalir turun diatas pipinya.

“kau…”





-END-




uwaahhhh… FFnya kepanjangan ya???...... >/\

gimana???... bagus ato malah geje???...

sebelumnya, maaf bwt yunpa, dirimu jd sedikit jahat disini… ==”

maaf jg bwt jaepa, dirimu teraniaya… T.T

sekarang giliran readers, harus RCL ! ! !… *pemaksaan tingkat akut*

{ 0 comments... Skip ke Kotak Komentar }

Tambahkan Komentar Anda

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri