And All Is Over

Title                          : And All is Over
Cast                         :
- DBSK
- Manajer Lee (OC)
- Cassiopeia, and others
Genre                      : Friendship, hurt
Rating                     : PG 13
Author                    : Nao Shidajin

WARNING: gaje, ancur, alur kecepetan, membosankan, dll.

Ini fanfic request dari Niekfest unnie, dan sesuai permintaan disini Junsu oppa yang sebagai main cast. Jadi jangan heran jika ceritanya mayoritas dilihat dari sudut pandang Junsu oppa ne ^^

Happy reading ^^




*** 5 – 1 = 0 ***


~Author’s POV~

“Yah! Tangkap ini, Junsu-ah!” teriak Yunho pada Junsu yang tengah berbaring di hamparan pasir putih pantai sambil memandang langit jingga sore hari yang terbentang luas memayungi laut di selatan Hamamatsu, Jepang.

Junsu yang mendengar hyungnya meneriakkan namanya bergegas bangkit dan memandang hyungnya itu yang tengah mengangkat tinggi-tinggi sebuah benda sambil berlari ke arahnya. Dan tampak jelas, sang magnae, Shim Changmin mengejar Yunho bak seorang polisi yang mengejar seorang narapidana yang kabur dari tahanan, “YAH! Hyung, awas jika aku menangkapmu nanti! Kembalikan sekarang juga!” teriak Changmin sambil terus berlari.

“Junsu-ah, tangkap!” Yunho pun melemparkan benda tersebut kepada Junsu. Dan Junsu hanya berdiam diri setelah menerima benda yang telah dilemparkan kepadanya itu, ‘Eh? Sebungkus roti?’ pikirnya masih tak mengerti.

“Junsu, cepat lari!” teriak Yunho lagi, dan sel-sel otak Junsu pun mulai bekerja setelah melihat Changmin berlari ke arahnya seolah ingin menerkamnya.

“Hiyaaaaaaaaaaaaa. . . Hyung, tolong aku!” pinta Junsu saat berlari melewati Jaejoong dan Yoochun yang tengah sibuk memasak takoyaki (bakso ala Jepang yang terbuat dari adonan tepung terigu dan biasanya ditambahkan potongan gurita atau semacamnya ke dalamnya) di bawah sebuah pohon kelapa. Jaejoong dan Yoochun hanya dapat tertawa melihat tingkah mereka bertiga. “Yunho hyung.. hosh.. hosh.. aku sudah tidak kuat lagi.. tangkap ini!” kata Junsu sambil terengah-engah.

Junsu segera melempar roti itu kepada Yunho yang berdiri sekitar satu meter di depannya, “Junsu hyung, kau sama menyebalkannya seperti Yunho hyung!” dengus Changmin sambil lalu melewati Junsu yang terduduk dan meluruskan kakinya di hamparan pasir putih. Yunho tertawa sambil membawa lari roti itu. Seakan tak kenal rasa lelah, Changmin kembali mengejar Yunho demi mendapatkan roti terakhir yang ia temukan di dalam tas ranselnya yang hanya berisi makanan.

Dan kemudian, dua sosok namja berbadan tinggi itu menghilang diantara rapatnya barisan pepohonan di salah satu sisi pantai. Tiba-tiba langit yang pada awalnya berwarna jingga, kini berubah menjadi gelap nan mengerikan. Laut yang tenang mulai bergelombang, dan angin mulai berhembus kencang. Junsu menengok ke belakang dan ia tak menemui siapa pun disana, hanya tersisa meja masak yang tadi digunakan oleh Jaejoong dan juga Yoochun yang berantakan akibat hembusan angin.

“Jaejoong hyung? Yoochunnie?” panggilnya seraya mendekat ke meja tersebut, lalu meja itu hilang dengan sendirinya bersamaan dengan bertiupnya angin ke arah laut yang mulai mengganas. Junsu ketakutan dan kebingungan, ia berusaha berteriak memanggil hyung-hyungnya namun hasilnya nihil. Ia mengikuti jejak Yunho dan Changmin memasuki rapatnya barisan pepohonan di salah satu sisi pantai tersebut, ia terus berteriak berharap mendapat sebuah jawaban sambil terus berjalan di tengah kegelapan. Entah kemana arah tujuannya, ia merasa ada sesuatu yang menuntunnya untuk terus berjalan. Hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah sinar yang begitu menyilaukan.

Ia berusaha menghalangi cahaya masuk ke matanya, namun tak khayal ia begitu penasaran dengan cahaya menyilaukan itu. Dilihatnya dari balik ruas-ruas jarinya, ada dua orang pria yang tengah bersimpuh di dalam sebuah kerangkeng besi dengan tali terikat dileher mereka yang mana salah satu ujung tali tersebut diikatkan ke bagian atas kerangkeng besi itu. Sinar itu semakin meredup dan tampaklah dua pria yang semula menundukkan wajah mereka, kini secara perlahan mengangkat wajahnya menatap Junsu dengan tatapan pilu dan kesedihan yang begitu nyata. Wajah mereka penuh lebam, dan cairan merah kental menghiasi sudut bibir keduanya. Darah..

“Changmin! Yunho hyung!” Junsu berteriak sekeras mungkin, ia ingin melangkahkan kakinya ke dua sahabatnya yang mengenaskan itu. Tapi kakinya terasa berat, dan ia dapat merasakan dirinya dengan perlahan semakin masuk ke dalam pasir di bawahnya.  ‘Pasir apung? Tapi bagaimana bisa?’ pikirannya berkecamuk, sementara tanah yang ia pijak semakin menenggelamkannya. Terakhir hal yang bisa Junsu lihat adalah Yunho dan Changmin yang menangis di dalam kerangkeng tanpa bisa melakukan apapun.. Dan..



*** 5 – 1 = 0 ***



“TIDAAAAAAAK!” teriak Junsu terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat bercucuran dari pelipisnya.  Jaejoong serta Yoochun yang masih terjaga dan berada dalam satu ruangan yang sama dengan Junsu segera menghampirinya.

“Ada apa, Junsu-ah? Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaejoong khawatir. Yang ditanya hanya memejamkan matanya seraya menghela nafas berat.

Junsu menatap Yoochun dan Jaejoong bergantian, “Aku memimpikan mereka lagi. Aku..” tenggorokan Junsu terasa tercekat, “Aku benar-benar tak tahan lagi, aku ingin bertemu dengan mereka berdua..” raut wajah Yoochun dan Jaejoong yang awalnya tampak khawatir kini berubah sedih. Yoochun dan Jaejoong saling bertukar pandang, “Kami juga, Junsu-ah.. Sama sepertimu, kami juga sangat merindukan mereka.” ucap Jaejoong lemah.

“Yakinlah bahwa suatu saat nanti.. entah cepat ataupun lambat, kita pasti akan kembali bersama.. berlima.” mata Yoochun berkaca-kaca, ia menatap Junsu dan menggenggam erat tangannya. “Mmm.. apa yang kau mimpikan sampai berteriak seperti itu, Junsu-ah? Tak biasanya kau terbangun karena bermimpi.” ucap Jaejoong lembut.

“Keadaan mereka sangatlah menyedihkan.. aku tak tahu harus bercerita dari mana.. tapi mereka.. hiks.. mereka.. hiks..”

“Jangan menangis, Junsu-ah.. Itu hanya mimpi belaka. Mereka akan baik-baik saja walaupun tak berada dekat dengan kita. Ssshh, tenanglah..” kata Yoochun mencoba menenangkan Junsu dan menyandarkan kepala Junsu pada bahu kanannya.

“Eum.. hiks..” isakan-isakan kecil masih saja terdengar dari bibir tipis Junsu. “Sekarang tidurlah, besok kita harus berangkat ke Indonesia.” ujar Yoochun kemudian.

“Tidak.. karena mimpi itu, aku menjadi takut untuk tidur.” jawabnya dengan menundukkan kepala. “Baiklah, aku tidur duluan kalau begitu. Ingat, jangan terlalu malam begadang, dan segeralah tidur Junsu-ah.” Jaejoong melangkah ke ranjang yang berada di seberang tempat tidur Junsu dan merebahkan badannya disana. Sedangkan Yoochun lebih memilih keluar kamar dan menuju balkon untuk merasakan sentuhan udara malam, ia mendekap badannya sendiri kedinginan karena hanya mengenakan kaus berlengan pendek nan tipis.

Junsu bangkit dari atas ranjangnya dan berjalan ke tempat dimana laptopnya ia simpan. Kemudian ia kembali duduk di atas tempat tidur dan menghidupkan laptop kesayangannya itu. Tanpa sengaja, ia menemukan sebuah folder yang sangat asing baginya, “Eh? Sejak kapan ada folder ini di dalam dokumenku?” tanyanya pada diri sendiri, “Hm.. Mungkinkah ini dokumen milik Changmin ketika ia dulu meminjam laptopku sebelum ia memiliki laptop sendiri? Tapi itu sudah lama sekali, bagaimana bisa aku baru menyaadarinya?” tanyanya pada diri sendiri.

Karena rasa penasaran, Junsu pun membuka folder yang berjudul ‘Bebek dilarang masuk’ itu. Di dalamnya terdapat beberapa video, Junsu tertarik dengan salah satu video yang berjudul ‘Nae hyungdeul’. Ia mulai memainkan video itu, dan seketika itu pula Junsu terpaku melihatnya.

Di dalam video itu memperlihatkan Yunho, Jaejoong, Yoochun, dan Junsu tengah duduk di rerumputan taman sedang asyik bermain gunting, kertas, batu sementara Changmin mengambil gambar mereka menggunakan kamera. Dapat terdengar suara Changmin yang menginterupsi para hyungnya untuk tersenyum ke kamera.

“Changmin-ah, kau yakin tak mau bergabung dengan kami?” tanya sang leader di dalam video itu. Changmin menggeleng, “ Aku tak mau diserang oleh pasukan semut lagi karena bersembunyi di balik semak-semak seperti minggu lalu.” jawabnya cemberut. Empat namja yang lainnya pun tertawa mendengar jawaban sang magnae tersebut.

Lima detik kemudian video itu menampilkan Yunho, Jaejoong, dan Yoochun yang berlarian berusaha mencari tempat yang aman untuk bersembunyi sedangkan Junsu yang berjaga. Pikiran Junsu melayang ke beberapa tahun silam dimana dirinya dan ke-empat personil DBSK yang lainnya kerap bermain petak umpet di taman. Ia sangat merindukan saat-saat itu terulang kembali.

Kemudian sekelebat perkataan Yoochun di sebuah fans meeting terlintas dalam benaknya, “Tidak hanya dua tahun, tapi bahkan sampai dua puluh, dua ratus, dua ribu tahun … kita harus selalu bersama-sama.” Dan ia teringat Jaejoong pernah berkata, “Kami ditakdirkan untuk selalu berlima.”

Mata Junsu mulai berkaca-kaca, ia segera menghentikan video itu dan menutup laptopnya. Ia meringkuk di atas tempat tidur dengan menahan tangis. Saat itu pula Yoochun masuk ke dalam kamar, “Junsu? Kau sudah tidur?” tanya Yoochun dari balik punggung Junsu. Junsu pura-pura memejamkan mata agar Yoochun mengira bahwa ia telah tertidur. Karena tak mendapat jawaban dari Junsu, akhirnya Yoochun pun memilih untuk tidur juga. Ia mematikan lampu kamar sehingga kini hanyalah lampu di samping tempat tidur yang menyala. Lalu Yoochun mengambil tempat di sebelah Junsu, membaringkan dirinya disana.

“Selamat malam, Junsu. Semoga mimpi indah.” kata Yoochun setengah berbisik. Junsu dapat mendengarnya, karena sebenarnya ia masih terjaga. ‘Kata-kata itu.. selalu kami ucapkan kepada setiap anggota ketika akan beranjak tidur di dorm kami dahulu.. Oh Tuhan, kapan akan Kau persatukan kami kembali?Jika kami harus bersatu dengan cara melewati padang rumput yang penuh duri, ataupun melewati jutaan ular berbisa yang mematikan.. kami akan lakukan. Namun, jangan Kau buat kami mati karena rasa rindu yang begitu dalam dan menyakitkan..’ batin Junsu menjerit pilu.



*** 5 – 1 = 0 ***



7 p.m. @ Jakarta, Indonesia

Dengan tiba-tiba Yoochun masuk ke dalam kamar hotel tempat mereka menginap, “Jaejoong hyung, Junsu-ah.. Apakah kalian telah mendengarnya? Aaaaahh.. Aku begitu gembira.” katanya begitu bersemangat dengan wajah berseri-seri. “Ada apa, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong penasaran.

“Kalian belum mendengarnya? HoMin ternyata juga memiliki jadwal show di Indonesia, namun di tempat yang berbeda dengan kita. Diperkirakan mereka akan tiba esok hari.”

“Wah.. Benarkah? Bagaimana bisa kami tidak mengetahui kabar sepenting ini? Ah.. Aku benar-benar merindukan mereka, aku sudah tak sabar melihat mereka dari jarak dekat.” ucap Junsu girang.

“Junsu-ah, sadarkah kau keadaan kita sekarang?” Yoochun mengerutkan dahinya yang lebar.  “Mm.. Ya, aku tahu. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk bertemu mereka secara langsung kan?” kata Junsu optimis.


Keesokan harinya..


“Kau mau kemana, hyung? Kita baru saja sampai, apa kau tak ingin beristirahat terlebih dahulu setelah melakukan perjalanan jauh?” kata Changmin menghentikan langkah kaki Yunho menuju pintu.

“Tidak, Changmin-ah. Ada hal yang lebih penting dibandingkan itu.” Yunho menatap Changmin dengan penuh keseriusan.

“Hal apa itu.. kalau boleh aku tahu?” tanya Changmin penasaran. Yunho mendekati Changmin yang tengah duduk di atas ranjang seraya memegang bahu kiri magnae tercintanya itu, “Kau akan mengetahuinya nanti, sekarang tidurlah. Aku tak ingin rencanaku tak berjalan sesuai semestinya jika kau terlalu kelelahan. Kurasa tiga jam waktu yang cukup untuk beristirahat sejenak.” Yunho menyunggingkan senyum penuh arti.

“Hah? Apa.. maksudmu, hyung? Aku benar-benar tak mengerti..” Changmin nampak bingung memikirkan kata-kata hyungnya tadi. “Sudahlah, aku tahu kau sangat lelah. Cepat pergi tidur.” Yunho menepuk-nepuk pipi Changmin dan melangkah menuju lobi hotel untuk bertemu dengan seseorang yang telah diberinya suatu tugas penting.


*** 5 – 1 = 0 ***


Ting tong..

Bunyi bel memecah kesunyian di dalam kamar JYJ dimana ketiga namja di dalamnya tengah berbaring di atas ranjang melepas keletihan seusai melakukan konser perdananya di Jakarta. Kini waktu telah menunjukkan pukul 00.30 WIB, namun mereka belum juga terlelap.

“Tunggu sebentar.” suara lembut khas Hero Jaejoong menjawab dari dalam, ia segera beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu. Namun ternyata tak ada seorang pun disana, yang ada hanyalah secarik surat yang tergeletak di lantai. Jaejoong segera mengambilnya dan kembali masuk.

“Ada apa, hyung? Apa itu?” tanya Junsu menunjuk kertas di tangan Jaejoong. “Surat, hm.. mencurigakan.” jawab Jaejoong sembari membolak-balikkan surat itu.

“Surat? Ayo cepat dibuka, hyung. Aku tak sabar ingin mengetahui isinya. Siapa tahu itu surat cinta dari salah satu penggemar untukku.” seketika sebuah pukulan keras mendarat di kepala Yoochun. “Yah! Kenapa otakmu hanya berisi wanita dan wanita saja, huh? Pernahkah kau memikirkan krisis keuangan di negara kita?” kata Junsu berapi-api.

“Junsu-ah.. Kukira itu bukan urusan kita, melainkan pemerintah Korea.” Jaejoong menyela dengan mengernyitkan dahinya. “Oh.. ya.. memang.. tapi, aku benar-benar kesal dengan si jidat lebar ini, yang ia pikirkan hanyalah tentang wanita saja.” elak Junsu.

“Iya.. aku minta maaf, lalu tunggu apa lagi? Segera buka suratnya..” kata Yoochun tak sabar. Jaejoong segera duduk disamping Junsu, dan Yoochun mendekat ke arah mereka berdua.

Aku tahu kalian pasti lelah setelah melakukan konser hari ini..
Tapi lelah hati kita dalam menunggu sebuah kepastian tiada ujung kurasa lebih melelahkan..
Aku ingin mengabarkan sebuah kabar penting kepada kalian ..
Kurasa dini hari seperti ini adalah waktu yang tepat untuk kita bertemu
Kalian tahu? Magnae kita begitu bahagia mengetahui kita menghirup udara di tempat yang sama kembali, tak ubahnya diriku
Kumohon salah satu dari kalian datang ke Gereja tepat di seberang hotel kalian menginap untuk menemui kami setelah kalian membaca surat ini..
Kalian tak ingin jika kegundahan hati manajer kalian karena mengetahui kami yang berada dekat dengan kalian lantas mengakibatkan sesuatu yang tak terduga bukan?
Mengecek kamar kalian ditengah malam seperti ini misalnya?
Kuharap kalian segera mengambil gerak cepat dan memutuskan siapa yang akan bertemu dengan kami..


~Jung Yunho~

“Yunho hyung..” lirih Junsu. Jaejoong dan Yoochun masih tampak terkejut, mereka tak menyangka surat misterius itu dari Yunho. “Hyung, sekarang bagaimana? Siapa yang akan pergi menemui Yunho hyung dan Changmin?” Yoochun menatap dalam mata Jaejoong. Jaejoong beralih menatap Junsu, “Junsu-ah..” panggilnya pelan.

“Ya, hyung?” dilihatnya wajah hyung tertuanya itu. “Kau sangat rindu mereka bukan? Pergilah dan temui mereka, katakan bahwa kami juga sangat merindukan mereka.” ucap Jaejoong tegas.

“Ta.. tapi kali-“ Jaejoong segera memotong perkataan Junsu, “Cepat pergilah.”

“Eum!” akhirnya Junsu pun mengangguk mantap. “Bergegaslah!” perintah Jaejoong. Segera Junsu menyambar jaket dan mengenakan syalnya serta kaca mata besar tanpa ukuran lensa. Ia menoleh ke Jaejoong dan Yoochun sebelum memutar kenop pintu, “Hyung, kalian yakin tak ingin ikut?”

“Tidak, Junsu-ah.. yang dikatakan Yunho hyung ada benarnya. Kau ingat gerak-gerik manajer yang selalu mengamati kita saat di belakang panggung tadi kan?” Jaejoong berusaha meyakinkan. “Benar kata Jaejoong hyung.” tambah Yoochun.

“Baiklah, aku pergi dulu. Akan kusampaikan pesan kalian kepada mereka.” Junsu melangkah pergi dengan perasaan yang bercampur aduk.

~End of POV~

*** 5 – 1 = 0 ***


~Junsu’s POV~

Tap.. tap..

Disanalah mereka, duduk di kursi panjang Gereja dengan membelakangiku. Ingin sekali aku berteriak memanggil nama mereka, tapi tenggorakanku terasa kering, “Yunho hyung.. Changmin-ah..” panggilku pada akhirnya dengan suara pelan. Tapi mereka dapat mendengarnya, terbukti mereka menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. Badanku bergetar, tapi aku melawannya, aku berusaha berlari dan mereka melakukan hal yang sama. Kami berpelukan diiringi isak tangis kerinduan.

“Hyung.. hiks.. walaupun kau sering membuatku.. hiks.. menangis tapi aku tak bisa menutupi perasaanku bahwa aku.. hiks.. merindukanmu juga Jaejoong hyung dan Yoochun hyung..” suara kekanakan Changmin ketika menangis seperti ini amat kurindukan.

“Aku juga, Changmin-ah.. hiks.. kami bertiga juga sangat merindukan kalian. Yunho hyung.. katamu ada hal penting yang ingin kau katakan. Apa itu?” tak banyak bicara lagi, segera kulontarkan pertanyaan yang berada di benakku sedari tadi. “Aku tak tahu apakah ini berita buruk.. atau berita baik untuk kita. CEO SM Entertaiment, Kim Young Min, beliau meninggal sebulan yang lalu. Dan kini saham terbesar dimiliki oleh Hong Suk Chun, sehingga beliaulah yang menggantikan posisi Kim Young Min saat ini. Dan Suk Chun-shi.. beliau akan membantu kita untuk kembali bersatu.” papar Yunho hyung.

“Benarkah?”

~End of POV~

>>>>> 

~Author’s POV~

“Hai, anak-anak! Yah! Dimana Junsu?” kata manajer JYJ dengan seenaknya masuk ke kamar mereka tanpa ijin. “Ma.. manajer Lee? Kau mengagetkan saja. Kau belum tidur?” tanya Yoochun, sementara Jaejoong memutar otak untuk menjawab pertanyaan manajernya ini.

“Yoochun-ah, kenapa kau balik bertanya? Jawab dulu pertanyaanku!” ucap sang manajer dengan berkacak pinggang. “Ah.. Junsu sedang membeli makanan untuk kami. Well, kafetaria hotel telah tutup diatas jam 10 bukan? Kau tahu, kudengar ada makanan khas Indonesia yang sangat lezat, Manajer. Namanya telak telu.” dusta Jaejoong dengan pura-pura memasang wajah ceria.

“Kerak telur, hyung..” ralat Yoochun. “Ah, iya itu maksudku.” sahut Jaejoong.

“Hmm.. mungkin tak ada salahnya jika aku ikut mencicipinya. Kalian tak akan keberatan kan? Baiklah, aku akan menunggu Junsu bersama kalian disini.”

“APAAAAAA??!” seru Yoochun dan Jaejoong bersamaan, dalam hati ia merutuki perkataannya sendiri. “Yoochun-ah, cepat kau kirim pesan ke Junsu untuk membeli makanan itu!” bisik Jaejoong. “Dia bahkan tak membawa ponselnya, bagaimana caranya aku memberi tahunya?” Yoochun menunjuk ponsel Junsu yang tergeletak di atas meja, Jaejoong menghela nafas dengan ekspresi ‘matilah kita’.

>>>>> 

“Ya, beliau ingin merubah sistem perbudakan di SM. Beliau juga akan membantu kita dalam persidangan nanti. Ini kesempatan emas untuk kita. Dua tahun lebih bukanlah waktu yang singkat menunggu kalian kembali pada kami.. dengan hati yang perih.” lirih Yunho.

“Hyung.. hiks.. aku benar-benar bingung, aku tak tahu bagaimana mengungkapkan perasaanku saat ini.. hiks..” kata Junsu disela-sela isakannya, “kita harus segera membicarakannya dengan Jaejoong hyung dan Yoochun. Ayo kita kesana.” Junsu menarik tangan Yunho dan Changmin, tapi Yunho menghentikannya dengan sentuhan halus.

“Junsu-ah.. dengarkan aku.. terlalu berbahaya bagi kami untuk kesana. Jangan sangka aku tak tahu bagaimana sifat manajermu, aku tahu dia tak ingin melihat kalian mengetahui ataupun membicarakan apapun tentang kami.” kata Yunho.

“Tapi, hyung.. aku sangat merindukan Jaejoong hyung dan Yoochun hyung.. akan sungguh sia-sia jika kesempatan ini tidak kita gunakan. Ayolah, hyung.. kumohon..” sekarang giliran si magnae yang angkat bicara, sorot matanya sendu dan menggambarkan sebuah permintaan yang tulus dari dalam hatinya.

“Changmin-ah..” belum selesai Yunho mengutarakan maksudnya, Junsu segera memotong perkataannya. “Hyung.. benar apa yang dikatakan Changmin. Kau tahu? Mereka juga sangat merindukan kalian.. jadi apa salahnya?”

“Tapi, Junsu-ah..” Junsu menyelanya lagi, “Gwaenchana, hyung.. ini sudah lewat tengah malam, pasti manajerku sudah tidur.” Junsu berusaha meyakinkan. Yunho berpikir sejenak, “Jika itu yang kalian inginkan.. baiklah..” kata Yunho akhirnya.

“Aah.. Terima kasih, hyung.” ujar Changmin senang.

~End of POV~

>>>>> 

~Junsu’s POV~

Kami melangkah menuju hotel tempatku menginap. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana senangnya hatiku saat ini. Tapi di sisi lain, hati kecilku mengatakan bahwa ada hal buruk yang akan terjadi. Aah.. entahlah, apa pun itu aku berusaha menyikapinya dengan berpikir positif. Aku berjalan di depan, sementara Changmin dan Yunho hyung mengikuti sekitar 4 meter di belakangku. Ini atas perintah Yunho hyung agar kami tak terlihat mencurigakan di mata staff hotel.

Dan disinilah, kamar dimana kami menginap. Aku berdiri di depan pintu dan melambaikan tanganku memberi isyarat kepada mereka berdua untuk mempercepat langkahnya. Setelah mereka berdua berada di sampingku, aku pun menekan bel. Tak lama kemudian pintu pun terbuka. “Hyung, aku memba-“ seketika badanku terasa tersengat listrik tegangan tinggi, mataku membulat tak percaya, “Manajer..”

“YAH! KIM JUNSU! KENAPA KAU MEMBAWA DUA ORANG TENGIK INI?” teriak manajer hyung memekikkan telinga, dan kulihat Jaejoong hyung dan Yoochun segera menghambur ke arah kami, mereka nampak begitu terkejut melihat keberadaan kami.

“Hyung!!” seakan tak menghiraukan sosok emosinal di depannya, Changmin berusaha memeluk Jaejoong hyung dan Yoochun yang berada di belakang manajer hyung. Namun yang terjadi justru Changmin didorong oleh manajerku sampai jatuh ke lantai dan ia meringis kesakitan. “Jangan perlakukan ia seperti itu!” gertak Yunho hyung, aku dan dia berusaha membantu Changmin untuk berdiri.

“PERGI KALIAN SEKARANG JUGA! JUNSU, CEPAT MASUK!” manajer hyung menarik tanganku untuk masuk ke dalam kamar, tapi aku menangkis tangannya, “Aku yang membawa mereka kemari, jika kau mengusir mereka sama saja kau mengusirku. Tanpa mengurangi rasa hormat, mereka adalah tamuku, jadi kau tak berhak mengusir mereka sesuka hatimu!” bentakku.

PLAAK

Sebuah tamparan melayang di pipi kananku. Sakit. “Berani sekali kau! Pergi kalian berdua!” bentaknya lagi. Kurasakan sebuah tangan menyentuh bahuku, “Maaf, Manajer-shi.. Tapi kurasa Junsu benar, dia yang mengundang kami kesini dan dia juga yang berhak mengusir kami, bukan Anda.” kata Yunho hyung dengan tenang.

“Kurang ajar kau!” tangan manajer hyung terangkat hendak menampar Yunho hyung yang beridiri disampingku, tapi dengan sigap aku menghentikannya sebelum benar-benar mendarat di wajah Yunho hyung. “Jangan bertindak kasar kepada tamu-tamuku. Kau boleh menamparku sesuka hatimu, tapi jangan sakiti mereka!” ancamku. Jaejoong hyung yang berdiri di belakang manajer berjalan menerobos melewatinya begitu saja dan berdiri berhadapan dengannya, “Aku juga.” ucapnya penuh kesungguhan, Yoochun melakukan hal yang sama. Ia berdiri di samping Jaejoong hyung, menghadap ke arah manajer hyung untuk melindungi kami bertiga, “Aku juga. Jangan pernah sedikitpun kau menyentuh mereka lagi.”

“YAH! KALI-“

*Klik*

Sebuah blitz kamera mengalihkan perhatian kami, seseorang tengah bersembunyi di balik dinding di sudut koridor dengan membawa sebuah kamera. “Yah! Siapa kau? Awas kau! Yah! Yah! Berhenti!” manajer hyung berlari mengejar orang itu, sementara aku hanya berdiri menatapnya dari kejauhan.

“Yunho hyung! Changmin-ah!” seruan Jaejoong hyung dan Yoochun membuatku tersadar dari lamunan. Kami berlima berpelukan dengan erat. Isakan tangis terluap sudah, sebagai akhir dari rasa rindu berkepanjangan, “Percayalah kita akan kembali bersama seperti dulu. Dan semuanya akan berakhir..” kata Yunho hyung menitikkan air mata. “Kami percaya itu, hyung.. selalu.” sahut Yoochun dengan suara serak.

“Hiks.. aku rindu masakanmu Jaejoong hyung.” kata Changmin polos. “Aku akan memasakkan makanan sebanyak apapun yang kau mau jika kita bersama lagi, Changmin-ah.”

“Dan aku- Aww!” badanku terpelanting ke belakang dan pantatku mendarat mulus di ubin yang keras. “Junsu-ah!” teriak mereka berempat serempak, Changmin hendak membantuku berdiri, namun sebuah lengan kekar menangkis tangannya.

“Usir mereka berdua, Pak!” seru manajer hyung dengan aksen Bahasa Inggris yang agak patah-patah seraya menunjuk pada Yunho hyung dan Changmin. Ia kembali dengan membawa sebuah kamera di tangannya dan dua pria bertubuh tegap dengan seragam security yang melekat pada tubuh mereka. Seketika salah satu security itu menggamit tangan Yunho hyung dan Changmin sambil menariknya menjauhi kami. Changmin meronta-ronta, sebelah tangannya yang terbebas berusaha meraih tangan kami. Kuulurkan tanganku untuk menggapai tangannya, namun security lainnya yang berkumis tebal menghalanginya. Kami bertiga berusaha mengejar mereka yang semakin menjauh, namun security ini membuat benteng pertahanan dengan merentangkan kedua tangannya, dan manajer hyung semakin mempersulit keadaan dengan menarik tanganku dan Yoochun masuk ke dalam kamar.

“Hyung!” teriak Changmin masih meronta-ronta, kami bertiga tak bisa berbuat apa-apa lagi. Jaejoong hyung tampaknya amat terpukul, ia menggapai-gapai tangan Changmin yang mustahil akan diraihnya. Ia menangis dan menjerit tak karuan dengan terus menerus meneriakkan nama Yunho hyung dan juga Changmin.



*** 5 – 1 = 0 ***


Pagi harinya..

“Junsu-ah, Yoochun-ah! Lihat ini!” suara Jaejoong hyung memekikkan telinga, aku dan Yoochun yang sedang asyik menonton konser HoMin di laptopku segera berpaling ke arah yang di tunjuk oleh Jaejoong hyung.

“Tahun 2010 merupakan tahun terberat bagi kami, aku berharap mereka segera pulang, tapi ternyata tidak. Tiga mungkin telah pergi, tapi aku tak ingin TVXQ untuk dilupakan. Kita harus melakukannya dengan baik dan menyusuri jalan yang positif, bahkan walaupun kami hanya berdua. Kami tak ingin mengecewakan Cassiopeia dan BigEast yang telah setia dan selalu mendukung kami hingga detik ini.” ungkap Yunho hyung ketika di wawancarai di salah satu stasiun televisi.

‘Hyung.. kami ingin pulang.. tapi tidak jika kembali dalam perusahaan itu lagi.’ batinku pilu. Di saat perhatian kami berpusat pada acara televisi tersebut, suara gaduh dari luar hotel menarik perhatian kami. Kami bertiga segera keluar menuju balkon lantai 3 kamar kami. Aku terperangah, begitu juga dengan Jaejoong hyung serta Yoochun, kami saling bertatapan dengan ekspresi bahagia yang sulit digambarkan.

Jalan raya yang berada di pandangan kami kini disesaki dengan orang-orang berbaju merah dan mereka melambaikan tangan kepada kami dengan suara teriakan yang bergemuruh. Tiba-tiba terbentuklah formasi berbentuk persegi panjang yang terdiri dari beberapa barisan orang. “DONG-BANG-SHIN-KI!” teriak seorang gadis di barisan depan dengan lantang menggunakan pengeras suara. Bersamaan dengan itu, empat orang di belakangnya membalikkan papan berwarna merah bertuliskan 동방신기 (DongBangShinKi).

Sedetik kemudian teriakan kembali menggema hingga terasa menggetarkan tempat kami berdiri. Hatiku berdesir, aku sungguh tak menyangka Cassiopeia di Indonesia telah merancang sambutan sebesar ini untuk kami.. dan kedua sahabat kami juga pastinya. Lalu alunan reff lagu Break Out pun terdengar. Mereka yang tergabung dalam barisan-barisan itu menari mengikuti alunan lagu. “Wow, mereka lincah sekali. Hmm.. mungkin suatu saat mereka bisa dijadikan sebagai dancer kita.” celetuk Yoochun.

Kini giliran lagu Mirotic diputar, aku jadi teringat masa-masa ketika kami berlima membawakan lagu ini dari panggung ke panggung. “I.. ini benar-benar.. luar biasa.” ucap Jaejoong hyung terbata-bata. Para Cassiopeia di luar barisan itu memang tak ikut menari bersama mereka, tapi dengan kompak mereka menepuk-nepukkan tangan sehingga terdengar bunyi ‘prok prok’ yang seirama, menambah keramaian suasana pagi hari ini.

Setelah itu, lagu Balloons dikumandangkan dan seluruh Cassiopeia kembali merapat, sehingga barisan itu pun berbaur lagi seperti semula. Semua Cassiopeia yang memadati jalan di hadapan kami ini menarikan lagu Balloons sesuai dengan gerakan kami di MV tersebut. “Woaahh.. Benar-benar hebat, pemandangan yang sungguh luar biasa!” seruku kegirangan. Tiba-tiba sebuah ide muncul di otakku. Aku berlari masuk ke kamar dan mencari apapun yang bisa kugunakan.

Kubuka laci meja di samping tempat tidur, dan kutemukan beberapa lembar kertas HVS juga spidol merah disana. “Perferct!” segera aku mengambil 3 lembar kertas dan menulis huruf I, LOVE, dan YOU di setiap lembarnya. Aku berlari ke balkon, “Apa itu, Junsu-ah?” tanya Yoochun.

“Lihat ini!” aku mensejajarkan ketiga kertas itu dan mengangkatnya di udara, memperlihatkannya kepada para Cassiopeia di bawah sana. Seketika suara gemuruh teriakan kembali terdengar, aku dapat mendengar teriakan “I love you too” dari beberapa orang dengan jelas. Kami tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka. Aku menangkap beberapa tulisan yang mereka bawa dan itu terasa menohok hatiku seperti ‘Please comeback as five..’, ‘DB5K FOREVER’ atau ‘TVXQ  not 2 or 3 but 5’. Sebesar inikah kepercayaan mereka kepada kami? Aku begitu bangga kepada seluruh Cassiopeia yang masih setia menunggu kami kembali berlima. Terima kasih, Cassiopeia.. Aku yakin penantian kalian akan segera berakhir.. Percayalah seperti kami percaya akan besarnya cinta kalian kepada kami.

.

.

.

.

30 Desember 2012 @ Hawaii island

“Changmin-ah, tolong bantu aku untuk menimbun badanku dengan pasir! Cepat!” dengan semangatnya Yoochun memerintah Changmin seenak jidatnya sendiri, aku hanya memutar bola mataku tak perduli. Aku tahu apa yang ia pikirkan, apalagi kalau bukan untuk mengintip apa yang berada di balik rok mini para gadis yang berlalu lalang disini? Sangat kentara dari gelagatnya yang kuperhatikan sedari tadi, ia melihat gadis-gadis seksi yang berjajar di sepanjang pantai dengan ekspresi yang.. ya, kurasa kalian dapat menebaknya. Dasar mesum!

“Hyung.. apa kau tak melihat aku sedang sibuk, huh?” kata Changmin tanpa memandang Yoochun. “Sibuk apa? Memainkan game fieldrunners itu lagi?” tanya Yoochun. Hah, aku tak tahu sudah berapa ratus kali ia memainkan game itu. “Tentu.. diamlah, aku sedang berkonsentrasi!” rasanya aku ingin tertawa mendengar jawaban Changmin yang otomatis membuat Yoochun mengerucutkan bibirnya kesal.

“Baiklah, kalau begitu.. Juns-“

“TIDAK!” ketusku, aku tetap melanjutkan aktivitasku membaca buku tanpa menoleh sedikitpun kepadanya. Kekanak-kanakan sekali, kenapa ia tak mengajak berkenalan gadis-gadis itu saja dibandingkan mengintip gadis-gadis itu dengan cara yang konyol? Ayolah Park Yoochun, dimana harga dirimu jika fansmu mengetahui kelakuanmu ini?  Aku menggeleng-gelengkan kepala prihatin ketika sebuah tangisan anak kecil samar-samar terdengar mengalihkan perhatianku.

“Yah! Lihat anak itu!” kataku pada Changmin dan Yoochun. Aku pun mendekati gadis kecil berambut panjang itu. Ah, ternyata dia gadis dari Korea yang satu pesawat dengan kami kemarin, “Mengapa kau menangis, adik manis?” tanyaku sambil mensejajarkan tubuhku disamping tubuhnya yang mungil. “Balonku.. hiks.. balonku tersangkut disana, oppa.. huwaaaaaaa..” aku mendongak melihat ke arah pohon yang ditunjuknya.

Tinggi juga tempat balon itu tersangkut, dan buruknya lagi aku tak bisa memanjat. “Ada apa, hyung?” kata Changmin yang sudah berdiri di belakangku bersama Yoochun. “Balon adik ini tersangkut disana.” tunjukku pada balon merah yang tersangkut di pohon itu, “seandainya saja ada tangga diseki-“ tunggu.. tangga? Aku menyunggingkan sebuah seringaian.

“Changmin-ah, jongkok sekarang juga!” aku suka ideku ini, “A.. apa? Jangan berkata kau..” kata Changmin tergagap. “Ya, tentu saja. Cepatlah!”

“Hahaha.. Matilah kau, Changmin-ah.” Hey, dia pikir aku ini seberat kuda nil? “Yah! Jangan tertawa. Kau juga harus menggendongku!” aku menatap Yoochun tajam, seketika ia menghentikan kekehannya. “Mwo? Aku juga? Tidak!”

“Huwaaaaa~~” gadis kecil itu kembali menangis. “Lihat? Kau telah membuatnya kembali menangis. Changmin cepat berjongkok! Dan kau, naik ke bahu Changmin!” mereka pun melakukan perintahku dengan wajah malas. Kemudian aku naik ke bahu Yoochun, “Changmin-ah ke kanan sedikit.” kataku, ah.. hampir saja aku mendapatkannya. “Kau terlalu ke kanan, ke kiri sedikit! Aku tak dapat menjangkaunya.” Setelah beberapa lama akhirnya aku pun mendapatkannya.

“Hyu.. hyung.. aku sudah tidak kuat.” teriak Changmin, aku dan Yoochun menjadi panik, “Changmin (tahan) cepat (dulu) berjongkok!” seruku dan Yoochun bersamaan. Namun sedetik kemudian..

BRUUK

Kami bertiga jatuh, dan aku yakin akulah yang paling merasakan sakit, “Aww.. appo.” ringisku. Tiba-tiba aku mendengar suara tepukan tangan. Aku mendapati beberapa orang memandang kami seraya bertepuk tangan, termasuk Yunho hyung dan Jaejoong hyung yang tadi menghilang entah kemana. “Gomawo, oppa..” kata gadis itu manis setelah aku memberikan balon itu kepadanya, lalu ia mengecup pipiku. Ia melakukan hal yang sama pada Yoochun dan Changmin, kemudian pergi meninggalkan kami.

“Aku menyesal tak membawa kameraku, hahaha..” Yunho hyung menertawakan kami. “Aiiisshh.. Ini tak lucu, hyung. Kami kan sudah berbaik hati membantu gadis kecil itu.” kata Changmin cemberut. “Darimana saja kalian, hyung?” tanya Yoochun.

“Kami hanya berkeliling di sekitar sini, dan kami menemukan sebuah tempat yang sangat indah di atas bukit sana.” tunjuk Jaejoong hyung ke sebuah bukit yang nampak kehijauan dari kejauhan. “Hanya berkeliling? Dengan berpegangan tangan?” aku mengernyitkan dahi, dengan cepat mereka melepas genggaman tangan mereka.

“Hey, apa yang salah?” sembur Yunho hyung. Tidak ada yang salah memang, namun senyum sumringah mereka menjadikanku sedikit penasaran. Ketika Yunho hyung sudah melotot seperti ini, aku tak berani menentangnya, “Ani, gwaenchana.” kataku untuk menyudahi sebelum aku ditelan bulat-bulat olehnya.

“Ah, bagaimana kalau kita ke bukit itu saja? Kalian pasti akan kecewa jika melewatkannya.” ajak Jaejoong hyung. “Hmm.. Baiklah, kedengarannya menarik.” sahut Changmin. “Apakah ada wanita-wanita cantik disana?” tanya Yoochun antusias.

“YAH! Apa-apaan kau ini, huh? Lantas kenapa jika ada wanita-wanita cantik disana? Kau mau menciumnya? Cium saja pantatku!” teriakku cukup keras, dan semuanya tertawa kecuali Yoochun. “Sudahlah, lebih baik kita segera kesana sebelum hari mulai gelap.”

Ya, kini senja pun telah tiba, menyisakan semburat kemerahan di langit biru nan luas membentang. Bayangan pepohonan semakin samar-samar terlihat. Kami melangkahkan kaki ke atas bukit kecil yang tak jauh dari bibir pantai. Aku begitu takjub akan keindahan yang terhampar di depan mataku. Tempat ini begitu sunyi dengan rerumputan yang tumbuh menyelimuti permukaan tanah, setinggi betis kaki orang dewasa. Beberapa kupu-kupu berterbangan kesana kemari seakan-akan ini adalah kebun bunga yang mengundang mereka untuk singgah kemari. Dan ketika aku melihat ke sisi kanan, aku dapat melihat debur ombak yang tak terlalu tinggi namun terkesan menawan terlihat dari atas sini. “Waaaah.. Indah sekali.” gumam Changmin di sampingku.

“Eh? Apa itu?” kata Jaejoong hyung seraya menunjuk sesuatu berwarna putih yang bergerak-gerak diantara rungkutnya rerumputan. “Itu kelinci, hyung. Aaaahh, lucu sekali.” pekik Yoochun kegirangan. Ia pun mencoba mengejarnya, Changmin dan Jaejoong hyung yang melihat tindakan Yoochun mengikuti di belakangnya, sementara Yunho hyung hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku lebih memilih duduk di bawah sebuah pohon willow besar untuk menikmati indahnya laut dari ketinggian.

“Hey, kau tak bergabung dengan mereka?” ucap Yunho hyung sembari duduk di sampingku. “Hahaha.. Tidak, hyung. Aku lebih suka menikmati suasana tenang seperti ini.” Aku menghela nafas dalam-dalam,”Suasana ini membuat pikiranku menjadi lebih segar, jarang-jarang kan kita mendapatkan ketenangan seperti ini? Tanpa sorotan kamera.. tanpa pertanyaan-pertanyaan dari wartawan.. tanpa gangguan dari fans-fans yang terlalu fanatik.. Biasanya kita pergi berlibur sekaligus untuk melakukan konser, namun tidak untuk kali ini. Aah, sangat menyenangkan.Kau tahu? Setelah kita dipersatukan kembali seperti sekarang, aku merasa seperti terlahir kembali.. dan aku merasa lebih bebas. Sepertinya semua beban dipikiranku telah musnah.”

Dipersatukan kembali? Apakah aku belum menceritakannya kepada kalian? Baiklah, sejak pertengahan tahun ini kami telah kembali berlima. Ini benar-benar merupakan suatu hal yang.. besar bagi kami khususnya, tatkala CEO baru SM Entertaiment, Suk Chun-shi membela kami dan ia menunjukkan data keuangaan TVXQ yang sebelumnya tak pernah ditunjukkan di saat persidangan di pengadilan sehingga kami pun memenangkan persidangan itu. Aku tak tahu apa yang telah dipikirkan olehnya sehingga mati-matian membela kami. Apa ia tak berfikir akan dampak yang bisa ditimbulkan karena perbuatannya?

Ah, entahlah. Yang ku tahu, beliau sangat-sangat berjasa bagi kami berlima dan jasanya tersebut tak dapat ternilai dengan apa pun. Kini kami tak lagi bernaung di bawah SM Entertaiment, kami telah menciptakan sebuah manajemen sendiri dengan nama Dong Bang Shin Ki Group. Tidaklah mudah untuk mendirikan perusahaan kami sendiri, namun dengan keyakinan dan kepercayaan serta dorongan yang di berikan oleh semua pihak, terutama Cassiopeia dan BigEast apa yang kami cita-citakan sedari dulu akhirnya dapat terwujud.

Aku meluruskan kakiku, kulihat wajah Yunho hyung di sampingku yang tersenyum penuh arti. “Kenapa kau tersenyum sendiri, hyung?” aku mengerutkan dahi keheranan.

“Hidup itu sulit, Junsu-ah. Terkadang apa yang kita inginkan tak sejalan sesuai rencana yang telah kita buat. Oleh karena itu di dalam hidup dibutuhkan perjuangaan.. Jika orang berfikir bahwa jalan yang kita tempuh selama ini untuk membuat kita kembali bersatu merupakan cobaan yang sangat berat, sesungguhnya hal yang jauh lebih sulit adalah membina apa yang telah kita peroleh saat ini. Kebersamaan yang telah kita dapatkan kembali ini harus kita jaga untuk selamanya. Demi kita.. dan juga orang-orang yang mengasihi kita..” ucap Yunho hyung.

Aku berpaling melihat ketiga saudaraku yang masih saja berusaha menangkap seekor kelinci liar, menyenangkan sekali rasanya bisa melihat mereka tertawa dengan riang. Tawa mereka memberikan kehangatan tersendiri untukku. “Kau benar, Yunho hyung.” kataku tak berpaling dari ketiga sosok itu, “Kalian adalah salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadaku. Aku tak akan menyia-nyiakannya.” sambungku sambil tersenyum.

“Yah! Aku mendapatkannya! Woohooo..” sorak Yoochun girang. Ia tersenyum lebar seraya mencengkeram kedua telinga si kelinci dan memperlihatkannya kepada kami. Karena terlalu bersemangat, ia sampai tak menyadari bahwa kelinci itu meronta-ronta dan akhirnya terlepas dari tengannya. “Baboya! Kau membuat kelinci itu lepas lagi, Yoochun-ah!” bentak Changmin. “Kau ini bagaimana sih, Yoochun-ah?” tambah Jaejoong hyung.

“M.. mwo? Aiish.. Ayo kita cari lagi. Pasti tak jauh dari sini.” kata Yoochun. “Hey, biarkan dia pergi. Dia juga ingin bebas.” ucap Yunho hyung setengah berteriak. “Ah, ya sudah. Kita kejar kupu-kupu saja. Disini ada banyak.” ujar Jaejoong hyung yang langsung dibalas anggukan bersemangat dari Changmin dan juga Yoochun. Dasar mereka.. Tetapi bagaimanapun juga aku tetap mencintai mereka.

Dan kini semuanya telah berakhir.. Jaejoong hyung bisa memasak sesuka hatinya seperti dulu, Changmin bisa memakan apapun yang ia inginkan karena Jaejoong hyung selalu bersedia memasakkan apapun untuknya, seperti yang pernah ia katakan dahulu. Sementara Yunho hyung.. Ia akan segera mewujudkan mimpinya ketika 3 tahun yang lalu ia berkata bahwa ia ingin menggelar konser keliling dunia bersama keempat member lainnya. Dan Yoochun.. ah, aku tak mau membahas orang yang satu ini. Yang jelas, aku sangat bahagia saat ini. Tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata akan betapa indahnya kebersamaan yang telah kami peroleh kembali setelah melewati jalan penuh cobaan selama ini. Dan.. ya, semuanya telah berakhir.



___ THE END ___



Ingat, ini hanyalah sebuah fanfiction. Keanehan, kemustahilan, dan sebagainya mohon dimaklumi XD
Maaf banget, terutama untuk Niekfest unnie jika ceritanya mengecewakan..Jeongmal mianhamnida, unnie-ya jadinya jelek begini
TT_____TT

O ya, saya juga berharap tidak ada HoMin STAND atapun JYJ STAND lagi..
Ingat jika JYJ pernah berkata bahwa mereka masih merupakan bagian dari TVXQ, kan? Semoga tak akan ada perpecahan lagi antara Cassiopeia..

ALWAYS KEEP THE FAITH!!! :D

1 comments:

  1. Sis....ff nya menyentuh bangett..hiks hikss...
    Semua yg aku harapin ada di ceritanyaaa....
    #nangis1minguuuu

    ReplyDelete

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri