[FF] I Hate Loving You - Chapter 1




Author: Yessyka WIdy
Requested by: SucciAssri Hyera Orchyd Wullanddarri

Casts:
-          Choi Sanghee
-          Jung Yunho
-          Lee Kiseop
-          Kim Jaejoong

------------------------------------------------------------


Chapter 1

        Suasana tenang menyelimuti atmosfer langit di salah satu universitas terkemuka di Seoul. semua mahasiswa memiliki kesibukan masing-masing, aroma persaingan pun semakin menusuk. Menjadi yang sangat baik dan yang terbaik.
        Seorang mahasiswa fakultas fotografi sedang hanyut dalam sebuah buku tebal seraya mengulum lollipopnya. Ia tengah serius mengerjakan salah satu tugasnya. Ia ketuk-ketukkan ujung pensilnya ke meja, mengisyaratkan bahwa ia sedang bingung.
“Seharusnya Kiseop oppa membantuku mengerjakan ini.” gerutunya mengacak-acak rambutnya. Ia memang sangat lemah dalam pelajaran teori fotografi, “ pelajaran ini tak perlu teori, tapi praktek.” Sergah seseorang seraya duduk di bangku samping Sanghee.
“Oh, oppa.” Ia memang pandai menangkap berbagai angle foto langsung melalui kameranya, namun ia lemah dalam teori tersebut. Sungguh aneh memang.
Kiseop adalah sahabat Sanghee sejak kecil, Ia sangat mengenal seperti apa Sanghee. Dan Sanghee sangat mempercayai semua hal padanya. Dan hubungan mereka pun sudah seperti hubungan kakak dan adik.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
        Seorang mahasiswa music tingkat atas bernama Jung Yunho tengah mengawasi gerak seorang juniornya, sorotan tajam matanya menggambarkan keseriusannya, tak ada yang berani macam-macam dengannya. Anak dari pemberi saham terbanyak di universitas tersebut.
“Yah, kau tak bisa melakukannya dengan baik huh?” pekiknya.  Ia memang buka tipikal orang yang memiliki batas kesabaran besar.
“Mianhamnida, sunbaenim. Aku akan mengulanginya lagi.” Pinta junior itu .
“Memang seharusnya seperti itu.”
“Lihatlah, dia begitu tampan.”
“Gerakan hip hopnya pun memukau.”
“Andai Yunho oppa menjadi kekasihku.”
Bisikan-bisikan seperti itu sudah tak asing lagi. Semua perkataan itu tertuju pada Yunho. Pria bertubuh tinggi tegap dan maskulin itu. Namun ia bukan lelaki yang ramah pada semua orang, ia terkesan memasang topeng keangkuhan di mukanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sanghee berjalan menapaki rimbunan semak di belakang universistasnya. Seperti biasa, ia menuju sebuah gudang tua tak terpakai yang selalu ia gunakan untuk merenung, ataupun mencari sebuah ketenangan, menghindari keramaian hatinya.
Ia pegang gagang pintu yang mulai rapuh dimakan waktu itu. Ia terhenyak, menyadari bahwa ada sedikit perubahan di dalam ruangan itu setelah 1 bulan ia tak menjamahnya.
Terpadat banyak jejak sepatu tak beraturan, dan debu di atas meja yang ia yakini seharusnya menebal, kini menipis, bukan menipis karena dibersihkan dengan sengaja, namun bersih karena tersapu oleh suatu benda yang sengaja pernah diletakkan di atasnya.
“Siapa ini?” gumamnya, sangat jelas tempat ini tak hanya ia yang mengunjungi, namun ada orang lain.
Ia berusaha tak mempedulikannya, untuk apa ia pedulikan jika ruangan ini memang bukan ruangannya, tapi ruangan umum yang tak pernah dipakai lagi.
Ketika ia sedang menyunting beberapa foto hasil tangkapannya, ponselnya pun berbunyi.
“Benarkah? Sekarang?”
“Ne, arasseo oppa. Aku akan segera kesana.”
Ia tutup IPadnya, dan segera bergegas menuju sebuah ruang latihan. Ruang berukuran 10x10 meter itu tampak lengah. Hanya ada 5 pria yang sedang duduk di berbagai sudut ruangan mengusap peluhnya.
“Ah, Sanghee, kau sudah datang.” Lontar Kiseop yang tengah mengalungkan tali kamera di lehernya seraya memasuki ruangan itu, “Annyeonghaseyo, sunbaenim.” Salamnya sedikit membungkuk dan spontan membuat Sanghee ikut member hormat kepada 5 orang yang sebenarnya ia tak tahu siapa.
“Apa kau Lee Kiseop, mahasiswa fotografi yang akan mengambil beberapa foto kami?” Tanya seorang pria berwajah tampan seperti malaikat itu.
“Ne,subaenim. Aku Lee Kiseop, dan ini temanku Choi Sanghee.”
“Kau dan temanmu bisa mengambil foto kami berapapun.”
Suara hentakan music pun terdengar menggaung di ruangan itu. Kelima pria itu tampak terhanyut dalam alunan music yang mengiringi gerakan tubuh mereka. Sementara Sanghee dan Kiseop tengah serius mengambil foto mereka, cukup sulit untuk mengambil angle yang tepat mengingat objeknya adalah manusia yang sedang menari.
‘Bahkan kau masih sama, kau masih tampak angkuh.’ Batin Sanghee dengan hati yang mulai membeku, ia terbuai dalam lamunannya sendiri, hal yang harus ia lakukan pun sedikit hilang dari ingatannya, ia terus mengamati setiap gerakan pria angkuh bernama Jung Yunho itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Sial.” Umpat Yunho memijat lengan kanannya, “bisakah kau menggunakan matamu saat kau berjalan?” pekiknya meninggi.
“”Mianhamnida, Yunho-ssi.” Jawab Sanghee, ia memang tak sengaja menabrak Yunho, bukan, sebenarnya ia memang sengaja menabrak Yunho. Ia sudah sangat muak dengan pria itu.
“Apa hanya dengan kata maaf dapat menyelesaikan semuanya? Hah? Lalu apa guna kantor polisi jika semua penjahat mengatakan maaf setelah mereka melakukan kejahatan. Bodoh!”
Sanghee menahan amarahnya, ia eratkan giginya kuat-kuat. Menahan semua umpatan yang sebenarnya ingin ia lontarkan pada pria itu.
        Tanpa menghiraukan suara Yunho yang memekik tajam itu, ia bergegas melangkahkan kakinya menjauhi pria itu. Jika tidak, mungkin pukulan berat akan mendarat mulus di wajahnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
        “KAU GAY!” Tanpa diperintah oleh siapapun, tanpa di duga 2 kata itu tiba-tiba tergelincir jatuh dari mulut Sanghee. Seolah menyulut sebuah api dengan ribuan botol bensin.
“MENJIJIKKAN! LIHAT SAJA MUKAMU, SIKAPMU TAK JAUH BEDA SEPERTI MANUSIA TAK BERMORAL.”
Kata-kata hina itupun terus muncul darinya, ia tak peduli apa yang telah ia lakukan, karena ia sudah puas, dan sangat puas dengan semua ini. Ia puas dapat mengeluarkan semua amarahnya selama ini.
        Semua mata pun tertuju pada dua manusia yang tengah berhadapan itu, Sanghee dan Yunho. Sorot mata panas membara tampak dari sudut penglihatan Sanghee. Dan sementara Yunho.. ia tampak tenang, ataukah ia sedang sangat terkejut sekarang hingga ia tak tahu harus mengatakan apa.
Perlahan Yunho menyunggingkan bibirnya sebelah. Menampakkan sebuah keacuhannya.
“Lalu?”
Sanghee mengernyitkan dahinya. Bukan ini yang ia inginkan, ia ingin membuat Yunho marah, dan kenapa Yunho lebih tampak tertantang?
Gunjingan-gunjingan penuh keingintahuan pun semakin tersebar di seluruh sudut universitas itu. Bagaimana tidak? Yunho adalah seorang anak dari orang yang berpengaruh di tempat itu. Dan ini bukan rahasia yang  benar-benar rahasia lagi, karena ini merupakan sebuah rahasia umum bagi semuanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
        Sanghee meremas sudut bajunya, perasaannya pun panik, seolah ia tak tahu harus berbuat apa. Bukankah ini yang ia ingin lakukan selama ini? Membalas dendam atas apa yang telah Yunho lakukan?
“Sanghee-ah, apa yang telah kau lakukan hah? Apakah kau tak sadar bahwa kau sudah membuat sebuah masalah?” Kiseop menggoyang kedua lengan Sanghee. Ia masih tak percaya bahwa Sanghee sudah mengatakan hal itu. 2 kata yang dapat membuat sebuah masalah besar untuknya.
“Apa? Itu memang benar oppa. Dia gay. Aku sering melihatnya berduaan dengan pria bernama Kim Jaejoong itu. Kau tahu, bahwa aku sering memergoki mereka saling memandang, dan tak jarang mereka saling menyentuh.” Bela Sanghee.
Demi Tuhan, ia tak tahu bagaimana ia dapat mengatakan semua itu dengan lantangnya. Ia memang pernah melihat Yunho dan Jaejoong berdua, tapi bahkan ia sendiripun tak dapat meyakini bahwa Yunho gay.
“Sanghee. Bangunlah. Bukan begini caranya. Hal ini akan menyakitimu nanti. Percayalah padaku, hentikan semua ini, sebelum semuanya terlambat.”
Bagaimana Sanghee bisa menghentikan hal yang baru saja ia mulai?
Ia teguh pada pendiriannya. Ia akan balas dendam. Bagaimanapun caranya ia akan membuat Yunho menderita. Batin ataupun raganya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Hyung, bagaimana kau tampak tenang menghadapi ini? Ini fitnah bukan?” Tanya pria bernama Changmin itu.
“Apa aku tampak tenang, Changmin?”
Changmin menjawabnya dengan anggukan beruntun seperti anak kecil.
Yunho tetap dengan apa yang ia miliki, ia tetap melakukan aktivitasnya seolah tak terjadi masalah apapun padanya. Bahkan ia juga tak berusaha membantah fitnah gadis itu.
“Hyung, apa kau mengenal gadis bernama Choi Sanghee itu? Tampaknya ia sangat membencimu.” komplain Junsu mengerutkan dahinya.
“Aku tak mengenalnya dekat, tapi aku tahu siapa dia.” Jawab Yunho, pandangannya pun menerawang jauh membuka semua kenangan masa lalunya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dari kejauhan tampak sosok gadis mungil bernama Sanghee itu menyelinap masuk ke dalam gudang tua tak terpakai itu. Dugaannya pun semakin kuat bahwa ada orang lain selain dia yang singgah di tempat itu juga. Apa boleh buat, tempat itu bukan tempat rahasianya lagi.
“Jaejoongie, tapi aku.. aish, baiklah, aku akan ke sana sekarang.”
Sanghee mendengar ucapan itu dari luar, ia mengintip dari sisi jendela gudang itu, tampak sesosok pria tengah melewati gudang itu dan bergegas pergi, Jung Yunho.
‘Apakah kau benar-benar gay?’ gumamnya menundukkan wajahnya, mengamati lipatan roknya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sebuah klise, saat Sanghee melintasi sebuah ruangan latihan untuk menari itu ia lagi-lagi melihat Yunho di sana, dengan sorang pria berambut pirang itu. Meski ia tak dapat melihat wajahnya, tapi ia tahu betul siapa pemilik rambut pirang itu adalah Kim Jaejoong. Dua pria itu tampak asyik bercengkrama, bahkan sesekali Yunho melingkarkan tangannya ke bahu Jaejoong, dan mereka tertawa bahagia. Benarkah bahagia? Bahagia yang dikira oleh Sanghee.
Sebuah keingintahuan yang membesar yang tak dapat Sanghee bendung, membuatnya semakin lama menguntit mereka. Sudah setengah jam ia berdiri di depan ruangan itu, meski ia tak tahu apa yang sedang mereka lakukan.
“Jadi benar bahwa Yunho oppa gay?”
“Seperti yang kita lihat, sebenarnya aku tak ingin mempercayai ini, tapi kita sudah melihatnya.”
“Bahkan aku tak habis pikir teman kencannya adalah Jaejoong oppa.”
“Haruskah kita mempercayai semua ini?”
Tanpa Sanghee sadari, ada 4 mahasiswi yang juga melakukan hal yang sama sepertinya, mereka sangat mengagumi Yunho, atau entahlah mungkin juga mengagumi Jaejoong.
Sanghee terdiam, mencerna kata-kata itu.
Ia memang orang yang menyebarkan fitnah itu, fitnah yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya jika ternyata memang mungkin benar adanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
                Sejak 2 kata itu terlontar dari mulut Sanghee, ia memang tak pernah berbicara lagi dengan Yunho, ya memang ia sebelumnya tak pernah bericara dengannya, di universitas ini.
“Apa kau yang sering kemari?” Tanya seseorang memasuki ruangan tua itu, sebuah gudang yang biasa Sanghee singgahi. Dengan tatapan terkejut, Sanghee hanya terdiam memandang sosok pria mengenakan kaos dibalut kemeja kotak dan celana jeans yang melekat pas ditubuhnya berdiri di ambang pintu gudang itu.
“Pantas saja, aku pernah menemukan sebuah foto kami berlima berlatih disini, siapa lagi kalau bukan kau pemiliknya.” Terka Yunho tertawa puas. 
Dan Sanghee hanya terkesiap menyadari bahwa Yunho lah yang pernah ‘menjamah’ ruangan itu selain dia.
“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Sanghee dingin, menjadi dingin.
“Aku rasa mulai sekarang kita harus berbagi ruangan ini.” Jawab Yunho sekenanya, menyandarkan tubuh tegapnya di pintu gudang itu.
Kata-kata Yunho entah bagaimana membuat hati Sanghee miris, mendingin, dan sedikit tersayat, ya tersayat, seolah melukai hatinya dengan ucapan-ucapan Yunho yang kasar dan sengaja untuk menyindirnya. Tapi bukankah Sanghee pantas menerimanya? Ia sepenuhnya bersalah atas fitnah yang pernah ia sebar.
“Pakai saja ruangan ini, aku tak memerlukannya lagi.” Sergah Sanghee berdiri dan hendak melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, hingga sebuah tangan kokoh mendorongnya dan membuat tubuhnya terhempas ke pintu itu, Sanghee terperangkap di tengah kedua tangan Yunho yang menyangga di daun pintu itu.
Mata tajam Yunho menabrak pandangan mata Sanghee yang mulai tampak kilau kegelisahan, bagaimana tidak? Mata itu seolah menusuk ulu hatinya dengan tajam. Nafas Yunho pun terasa menghembus di wajahnya.
Sedikit perasaan takut akan perlakuan Yunho untuk balas dendam padanya, dan juga perasaan takut menyadari bahwa ia sedang dengan seorang pria di ruangan itu dengan posisi yang tak membuatnya nyaman.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Sanghee lirih, terdengar seperti sebuah bisikan di telinganya.
“Kenapa?” Tanya Yunho menyunggingkan sebelah bibirnya. Ia amati Sanghee yang tampak tak berani menatap Yunho, “Kau takut jika aku akan melakukan sesuatu?”
Sanghee terkejut dan tanpa sadar ia semakin mencengkeram sudut cardigannya, menyembunyikan segala ketakutannya.
Semburat tawa kecil dari bibir Yunho, “Kau pikir aku akan melakukan sesuatu? Tapi bagaimana kau bisa tampak takut jika kau berpikir aku tertarik pada pria? Seharusnya kau tak takut, Choi Sanghee.Bukankah aku gay?!” Yunho dengan wajah nakalnya menebah kemejanya dan melangkah pergi, meninggalkan Sanghee dalam keadaan yang tak dapat dibaca.

-To Be Continued-
March 2nd, 2012
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Annyeonghaseyo, I’m here again.. maaf ya saya muncul lagi di notifikasi kalian. Bagi2 yg aku tag ataupun gak sengaja mampir di note ini, dan RCL yah.. ^^
Dan buat Suci saeng, here your request.. hehe~ moga gak mengecewakan yak.. ditunggu saja chappie2 berikutnya.. keke~
LOVE YA ALL..

{ 0 comments... Skip ke Kotak Komentar }

Tambahkan Komentar Anda

 
Share

TVXQ in Fanfiction © 2012 | Template By Jasriman Sukri